Selasa, 07 April 2020

Pendeta Tua Ini Tantang Pendeta Palsu Buat KKR Kesembuhan Covid

Christianity is at stake. Kekristenan saat ini sedang ada di ujung tanduk.

Banyak sekali orang-orang yang mengaku-ngaku dirinya Kristen, kenal Tuhan, sering ketemu Tuhan, mengklaim diri adalah utusan Tuhan Yesus Kristus langsung dari surga, dan bahkan mengklaim diri sudah mondar mandir surga dan berbahasa roh, malah menjadi alat setan untuk merusak agama Kristen.

Ada seorang pendeta tua, yang setia melayani Tuhan sepanjang hidupnya, murka terhadap hal ini. Ia melihat di sepanjang hidupnya, kekristenan seringkali disalahartikan oleh orang-orang, sehingga banyak stigma bahwa orang yang beragama Kristen ini, seperti orang gila.

Banyak sekali peranan-peranan nabi palsu yang dinyatakan oleh mereka-mereka yang mengklaim diri Kristen. KKR Kesembuhan dan Festival Kuasa Ilahi pun dibawa-bawa oleh para nabi palsu ini sambil membawa-bawa nama Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus pun juga sudah mengingatkan di dalam 3,5 tahun pelayanan-Nya di dunia, bahwa suatu saat akan datang nabi palsu yang membawa-bawa nama-Nya dan menyembuhkan dalam nama-Nya. Dan itu adalah palsu! Kenapa? Tidak ada injil yang diberitakan. Nama Tuhan di sana tidak dipermuliakan!

Maka dengan ini, perlu saya katakan, kesembuhan-kesembuhan semacam ini pun bisa dikerjakan oleh para tukang sihir di Mesir saat tulah-tulah diberikan oleh TUHAN melalui Musa kepada orang-orang Mesir dan Firaun.

Saat tulah pertama, air jadi darah yang dikerjakan oleh Musa dan Harun, pun bisa dikerjakan oleh tukang-tukang sihir di istana Firaun. Terlepas dari bodohnya mereka kenapa malah bikin semua air di Mesir jadi darah dan tidak mengubah darah jadi air bening, mereka tetap bisa mengerjakan hal ini. Kesembuhan? Gampang.

Saat tulah kedua, katak yang dianggap dewa di Mesir pun bisa dipermainkan oleh Musa dan Harun, para ahli tenung istana Firaun pun juga bisa melakukan hal itu. Ngomong-ngomong tentang mujizat, sihir, pengalaman pribadi naik turun surga dan sebagaiya, hal tersebut tidak akan membawa kita kepada TUHAN.

Semua tulah yang diturunkan Tuhan untuk menghajar dewa-dewa Mesir dan Firaun, sebetulnya bisa ditiru, kecuali tulah ke sepuluh, matinya anak sulung. Semakin ditiru, justru semakin membuat kehendak Tuhan dijadikan. Herannya, kenapa dalam pandemic yang terjadi di Mesir, Firaun malah menyuruh mereka untuk meniru, bukannya untuk menghalau tulah? Kembali ke laptop.

Bicara tentang mujizat dan kisah-kisah heboh orang ngopi dan merokok sama Tuhan, itu jelas tidak ada dasar Alkitabnya. Bahkan berbahasa lidah alias glosolalia versi dorun alias domba gurun itu, sangat tidak masuk akal.

Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa dengan berbahasa roh, orang akan mengerti. Kalau tidak percaya, lihat saja Kisah Para Rasul, saat Roh Kudus diturunkan oleh Tuhan saat Pentakosta. Lidah api menyala-nyala di atas mereka, dan mereka berbahasa yang bisa dimengerti dan membuat orang bertobat.

Pendeta tua ini bernama Stephen Tong. Ia yang sudah berusia 80 tahun itu, menjadi orang yang berdedikasi untuk melawan ajaran-ajaran sesat dan membangun fondasi kekristenan berdasarkan teologi Reformed dengan semangat injili.

Baginya, ajaran Reformed saja tidak cukup, karena doktrin tanpa semangat injili, itu seperti tulang tanpa daging. Baginya, injili saja tidak cukup. Karena injil tanpa doktrin yang kuat diajarkan sepanjang sejarah, itu sangat lemah dan mudah dipatahkan, apalagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran saat ini.

Saya berkesempatan kemarin mengikuti ibadah online streaming yang dilakukan oleh Pendeta Stephen Tong. Sebelum ia membawakan Firman, ia menjelaskan sedikit mengenai global pandemic Covid ini. Ia marah dan kecewa melihat banyak penyesatan yang dikerjakan oleh pendeta Kristen saat ini.

Ia terlihat begitu marah dengan penyalahgunaan kekristenan yang dilakukan oleh pendeta-pendeta sesat. Bahkan ia menantang orang yang mengatakan akan menyelesaikan Covid. Ini adalah ucapan sesat. Bahkan ia mengutip kalimat dalam kitab Ulangan yang mengecam nabi-nabi palsu yang tidak terbukti kata-katanya, jangan hormat kepada mereka.

Kemarahan ini, bagi saya adalah kemarahan yang kudus, suci dan bisa dimengerti. Orang yang sudah bertobat dan melayani Tuhan sejak usia belasan tahun ini, tidak rela melihat kekristenan diinjak-injak dan direndahkan oleh sesama Kristen.

Sebagai pemuka agama, kemarahannya adalah hal yang wajar. Malah di puncak amarahnya, ia menantang para pendeta yang selama ini berkoar-koar sudah berhasil menyembuhkan orang secara massal, untuk melakukan hal ini. Saya rasa, amarah pendeta ini masuk akal.

Bongkar terus kemunafikan orang-orang yang membawa-bawa nama Kristen. Saya dukung Pak Pendeta tua ini. Di hari tuanya, ia terlihat semakin membara. Tuhan besertamu, Pak Pendeta. Saya juga gak rela melihat agama saya dinista sama orang yang agamanya sama. Nama Tuhan gak semurah jualan mereka.

Covid ini harus dilihat sebagai sebuah pesan Tuhan kepada dunia ini, bahwa betapa manusia harus bergantung kepada Tuhan. Bukan malah langsung klaim bisa tengking dan hardik Covid. Hanya Tuhan Yesus yang bisa menghardik badai agar tenang.

Begitulah marah-marah.

Artikel tampan lainnya silakan disimak di https://seword.com/author/mawengkang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar