Permohonan Kepada Tuhan Yesus
(Matius 15:21-28)
Jika kita memperhatikan dan membaca laporan tentang penanganan kasus Covid-19, pemerintah melalui jurubicaranya selalu menekankan bahwa sikap yang disiplin dan ketaat terhadap peraturan pemerintah dalam penanganan Covid-19 merupakan kunci dalam menghambat penyebaran Covid-19 dan mempercepat penanganannya.
Demikian halnya dengan kita dalam menghadapi masalah dan kesulitan yang ada saat ini, sikap dan tindakan yang benar dari seseorang dalam memohon pertolongan kepada Tuhan Yesus akan dapat menggerakkan hati-Nya untuk memberikan pertolongan kepada orang yang memohon kepada-Nya. Sikap dan tindakan seperti apa yang perlu kita miliki agar Tuhan Yesus mengabulkan permohonan kita?
1. Mempunyai pengenalan yang benar, siapa Yesus Kristus itu (ayat 22).
Saya kagum pengenalan perempuan Kanaan ini terhadap Tuhan Yesus. Bagaimana mungkin perempuan Kanaan ini dapat mengenal Tuhan Yesus dengam benar? Dalam ayat 22 dikatakan, "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud!" Frasa sebutan ya Tuhan, Anak Daud. Mempunyai pengertian bahwa perempuan Kanaan ini mengenal secara benar siapa Yesus Kristus itu? Dia adalah Mesias yang telah dijanjikan Allah yang akan turun ke dalam dunia melalui keturunan Daud.
Dari mana perempuan Kanaan ini dapat mengenal Yesus Kristus secara benar? Ada dua kemungkinan menurut saya. Pertama, perempuan ini mengenal Tuhan Yesus sebagai Mesias dari orang--orang yang ada di sekitarnya. Karena dalam ayat 21 dikatakan bahwa Tuhan Yesus pernah mampir ke daerah Tirus dan Sidon yang berada di daerah sebelah utara Galilea. Khabar tentang pelayanan dan Pribadi Yesus Kristus pasti sudah tersebar kemana-mana termasuk wilayah dari Tirus dan Sidon.
Kedua, melalui pekerjaan Roh Kudus. Dalam Matius 16:16-17 dan 1 Korintus 12:3b mengatakan bahwa seseorang dapat mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan adalah pekerjaan Roh Kudus. Jadi perempuan ini dapat mengenal Yesus Kristus sebagai Mesias karena pekerjaan Roh Kudus sehingga yang menuntunnya untuk datang kepada Tuhan Yesus.
Jadi pemahaman dan pengenalan yang benar akan pribadi Tuhan Yesus itu sangat penting bagi kita. Karena hal itu akan senantiasa menuntun dan mengarahka kita hanya kepada Dia sebagai satu-satunya penolong dalam kehidupan kita. Dan ini merupakan pekerjaan dari Roh Kudus yang ada dalam diri kita. Oleh sebab itu, kita perlu membangun hubungan pribadi dengan Tuha setiap hari.
2. Sikap yang tidak mudah menyerah (ayat 23-27).
Disamping mempunyai pengenalan yang benar tentang siapa Tuhan Yesus itu, ternyata perempuan Kanaan ini juga memiliki sikap yang tidak mudah menyerah dalam permohonannya kepada Tuhan Yesus. Dalam ayat 23-27 menceritakan demikian. Ketika perempuan ini datang kepada Tuhan Yesus untuk memohon pertolongan terhadap anaknya yang kerasukan setan, ia menghadapi berbagai tantangan.
Tantangan tersebut adalah sikap Tuhan Yesus yang tidak menjawab permintaan perempuan itu. Ayat 24 mengatakan bahwa Tuhan Yesus diam saja dan tidak menggubrisnya. Bahkan murid-murid-Nya pun minta supaya Tuhan Yesus mengusir perempuan itu karena dianggapnya mengganggu mereka.
Tuhan Yesus menjawab permintaa murid-murid-Nya dengan mengatakan, "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel"(ayat 24). Dengan kata lain ayat ini menjelaskan bahwa perempuan Kanaan itu bukan bagian dari bangsa Israel. Jadi jangan berharap terlalu banyak dari-Nya. Namun hal inipun tidak membuat patah semangat dari perempuan tersebut, justru sebaliknya ia semakin mendekatkan diri dan menyembah dan berkata, "Tuhan tolonglah aku!" Menanggapi permintaan kali ini, Tuha Yesus memberikan respon yang isinya di luar dugaan dan sangat menyakitkan. Tuhan Yesus mengatakan, "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Perkataan Tuhan Yesus ini seolah-olah menggolongkan perempuan Kanaa ini sebagai anjing. Dan hal ini merupakan sebuan tamparan yang begitu tajam ke wajahnya. Sekali, perkataan yang tajam inipun tidak membuat perempuan ini undur diri sambil mencaci maki Tuhan Yesus justru sebaliknya ia pun memperagakan dirinya seperri anjing.
Dari sikap yang tidak mudah menyerah yang dimiliki perempuan Kanaan ini kita dapat belajar dua hal:
Pertama, tanggapan Tuhan Yesus yang tingkat kekerasannya bertahap terhadap perempuan ini. Di mana makin lama makin berat. Mula-mula hanya dengan membisu, tidak peduli, mendiamkan saja kemudian menolak perempuan ini sebagai bagian yang bukan dari domba Israel dan diakhiri dengan merendahkannya sebagai anjing.
Kedua, perempuan ini datang dengan harapan untuk mendapatkan pertolongan. Tetapi kenyataannya bukan pertolongan supaya anaknya disembuhkan, malah ia mendapat penderitaan baru yang bersumber dari sikap Tuhan Yesus. Karena itu tidak berlebihan bila kita menyimpulkan bahwa ketika kita bermasalah dan datang kepada Tuhan, adakalanya bukan pertolongan yang kita terima, malah penderitaan kita semakin menjadi-jadi. Hal yang lebih menakutkan lagi adalah bahwa tekanan dan penderitaan itu justru datangnya dari Tuhan yang kepada-Nya kita berharap untuk mendapatkan pertolongan. Ketika hal itu terjadi atas kita, Alkitab sangat jelas mengajarkan kepada kita melalui sikap perempuan Kanaa ini.
Kalau kita perhatikan, ternyata iman perempuan Kanaan ini berbanding terbalik dengan berat tekanan yang diterimanya. Semakin besar dan berat tekanan yang diterimanya semakin terbentuk dan terlihat keteguhan imannya kepada Tuhan Yesus.
Ketika perempuan ini didiamkan saja ia tidak meninggalkan Tuhan Yesus dengan kecewa, melainkan terus mengikuti-Nya dari jarak jauh, sehingga ia harus berteriak-teriak dalam menyampaika permohonannya. Ketika ia disuruh pergi secara halus dengan dikatakan sebagai bagian orang luar yang tidak mendapat perhatian dari pelayanan Tuhan Yesus, ia tidak menyingkir sambil mencaci maki Tuhan Yesus, sebaliknya semakin mendekat dan bersimpuh di hadapan-Nya. Dan ketika diperlakukan dengan kasar dengan sebutan anjing perempuan ini pun semakin merendahka diri bahkan berlaku benar-benar seperti seekor anjing di hadapan Tuhan Yesus.
Semakin ia ditolak, semakin mendekat. Semakin besar penderitaannya, semakin besar pula iman yang dinyatakannya. Sampai akhirnya Tuhan Yesus memuji perempuan Kanaan ini, "Hai ibu, besar imanmu!"
Jadi, sikap dan tindakan yang benar dalam memohon pertolongan kepada Tuhan Yesus dalam menghadapi masalah dan kesulitan, bukan hanya menghasilkan pertolongan/doa kita dikabulkan, melainkan juga dapat membentuk dan menghasilkan karakter iman yang kokoh dan kuat. Soli Deo Gloria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar