Jumat, 13 Maret 2020

LEBIH BAIK TIDAK BICARA DARI PADA BERBICARA SESUATU YANG TIDAK BENAR‎

‎Seorang pria yang hendak menikmati makan di sebuah restoran. 

Berkata kepada pelayan "Saya tak bisa makan sup ini..."

Pelayan 
Dengan buru² berkata, ‎"Maaf tuan, saya akan memanggil manajer restoran ini."

Manajer datang dan segera berkata,
 ‎"Maaf tuan, saya akan panggil juru masaknya."

Setelah bertemu juru masak, 
Pria tersebut berkata, "Tuan juru masak,
saya tak bisa makan sup ini..."

Juru masak tersebut bertanya, ‎
"Apa ada yang salah dengan sup ini?"

Pria tersebut menjawab,
"TIDAK ADA
hanya saja saya belum di beri sendok."
Cerita di atas mewakili satu kata: 
Prasangka atau Asumsi.

Pelayan dan manajer memiliki prasangka yang salah mengenai perkataan pelanggannya,‎
mereka berasumsi bahwa si koki keliru masak.

Prasangka inilah yang kerap menimbulkan miskomunikasi, SALAH PAHAM,
b a h k a n perselisihan;‎
Belum mengetahui kebenaran yang seutuhnya, kemudian men-duga² sendiri dan karena memiliki prasangka yang negatif,
timbullah gosip yang memicu pertengkaran.

Gosip selalu di bangun dengan Prasangka atau Asumsi, ‎bukan Fakta.
Kita menuduh seseorang melakukan pelanggaran hanya berdasarkan prasangka atau asumsi, ‎bukan di dasarkan bukti yang jelas,‎
jangan sampai kita berpikir, bertindak dan mengambil keputusan hanya karena prasangka atau asumsi.

Prasangka atau Asumsi bukanlah Fakta yang layak untuk di percaya;‎

LEBIH BAIK TIDAK BICARA DARI PADA BERBICARA SESUATU YANG TIDAK BENAR.‎

"Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran,
tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi."
(Amsal 10:19)

Goϑ ϐlešš Yoυ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar