Jumat, 27 Maret 2020

Lukas 5:33-39

Dalam banyak kesempatan, orang Farisi dan Ahli Taurat merasa punya kewenangan untuk menghakimi orang-orang yang tidak menaati Taurat dan tradisi Yudaisme. Perjumpaan mereka dengan Yesus dan murid-murid-Nya kerap diwarnai kontroversi. Orang Farisi dan Ahli Taurat  memakai standar kesalehan mereka untuk menghakimi Yesus dan para murid-Nya. Kali ini yang menjadi pokok kontroversi itu adalah tentang puasa. Semua tahu, puasa merupakan salah satu bentuk kesalehan dan kewajiban religius yang harus dilakukan oleh orang-orang Yahudi, selain berdoa dan memberi sedekah. Orang-orang Farisi menegur Yesus karena murid-murid-Nya tidak melaksanakan puasa.

Bagi Farisi, berpuasa adalah kewajiban yang harus dilakukan apapun alasannya. Tuhan Yesus balik menegur mereka dan mengatakan bahwa sahabat mempelai tidak akan berpuasa pada waktu sang mempelai ada, karena saat itu justru merupakan saat bersukacita (34-35). Oleh karena itu Ia tidak mewajibkan mereka berpuasa. Baru nanti setelah Yesus tidak lagi hadir bersama mereka, mereka pun akan berpuasa. Yesus tidak menolak puasa sebagai bentuk kesalehan. Namun, Ia menolak apabila kesalehan itu dipergunakan untuk menuai pujian dan dipakai untuk menghakimi orang lain yang belum tentu berbuat dosa.

Lebih jauh, Yesus berbicara tentang kontras antara yang lama dan baru. Yang lama berisi pengajaran tentang hukum Taurat dan yang baru adalah pengajaran-Nya sebagai yang menggenapi Taurat dan yang membangun suatu perjanjian yang baru.

Ayat 36-37:"tidak seorang pun tempel kain baru ke kain yang sudah lapuk. Tidak seorang pun yang taruh anggur baru ke kantong yang sudah lapuk", ini peribahasa yang diambil dari tulisan para rabi. Kalimat ini merupakan sindiran Yesus terhadap pepatah mereka sendiri. Di dalam pepatah Yahudi ada pepatah seperti ini, engkau pakai tinta baru jangan tulis di kertas, di papyrus atau di media yang sudah lapuk, begitu tinta baru dituliskan engkau hanya akan menyaksikan kertas yang hancur. Engkau punya anggur yang baru, engkau harus taruh di dalam kantong yang baru sampai keduanya menjadi tua, barulah engkau meminum anggurnya. Ini dua pepatah yang berbeda, pepatah pertama mengatakan kalau ada yang indah jangan ditaruh di tempat yang bobrok, kalau engkau taruh di tempat yang bobrok, tempat itu akan hancur. Lalu yang kedua, anggur kalau diminum makin tua itu makin bagus, anggur lama itu yang bagus.

Ketika Tuhan menyampaikan Firman, mereka abaikan demi kantong anggur mereka, demi kebiasaan mereka, demi anggur tua yang mereka pikir adalah yang terbaik. Kapan kita mau meruntuhkan konsep kita yang salah dan mau mendengarkan Firman Tuhan yang sejati? Hanya ketika kita punya kemurnian hati mengatakan "aku mau mengikuti jalanMu"

Di ayat 39 dikatakan "yang sudah minum anggur tua tidak ingin minum anggur baru".   Orang yang sudah dibentuk dengan  satu konsep tidak mudah runtuhkan konsep itu, konsep yang lama mempengaruhi hidupnya dan  tidak mudah untuk lepas.

Apa yang selama ini kita  pegang dengan teguh dan menjadi halangan untuk Firman Tuhan mengubah hatimu, paradigma lamamu? Tuhan mau menyentuh hatimu dan mengubahmu sehingga hatimu, paradigmamu diperbaharui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar