Senin, 09 Maret 2020

APAKAH AHOK LEBIH PINTAR DARI GABENER ANIES BASWEDAN?



APAKAH AHOK LEBIH PINTAR DARI GABENER ANIES BASWEDAN?    Kalau tolok ukur kepintaran adalah prestasi akademik, sudah pasti Anies Baswedan jauh lebih pintar dari Ahok. Ahok pendidikannya cuma sampai tingkat master, sementara Anies bergelar PHD. Ahok menamatkan s1 dan s2 nya di dalam negeri, sementara Anies mulai sejak SMA sudah dapat kesempatan belajar ke Amerika. Bea siswa tentu saja. Pendidikan master dan doktoralnya juga didapat dari negeri Paman Sam.    Sejak selesai kuliah Anies sudah berkarir di bidang pendidikan dan penelitian. Pernah menjadi ketua osis se Indonesia, ketua senat UGM, bahkan rektor termuda di Indonesia ketika memimpin Universitas Paramadina yang cukup terkenal itu. Puncak karirnya dibidang pendidikan adalah ketika dipercaya Jokowi menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan RI, sebelum AKHIRNYA DIPECAT JOKOWI.    Kalau Anies bodoh tak mungkin dia bisa mendapatkan semua prestasi itu. Dan rasanya memang tak mungkin Anies itu bodoh. Bapak ibunya adalah guru. Bapaknya pernah menjadi wakil rektor Universitas Islam Indonesia dan ibunya adalah seorang guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta. Bisa dibilang Anies itu sudah terpelajar sejak dari orok.     Tapi mengapa prestasi Anies, khususnya ketika memimpin Jakarta, amat sepi dari kemilau prestasi? Kenapa Ahok nampak lebih mentereng daripada Anies, dalam hal penataan kota? (Kalau soal penataan kata sudah pasti Anies lebih manis daripada Ahok). Mengapa Anies yang nampak cerdas kalau lagi pidato bisa begitu minim prestasi ketika dipercaya mengemban sebuah jabatan? Sudah lebih dari 2 tahun lho Anies jadi Gabener DKI, sejak presiden Joko Widodo melantiknya di Istana Negara, Jakarta, Senin (16/10/2017) siang. Lebih dua tahun tanpa prestasi, walau tiap bulan dapat gaji, dan mungkin komisi APBD & IMB DKI.    Apa memang Ahok lebih pintar dari Anies?    Tentu saja tidak. AHOK CUMA LEBIH BERANI DARI ANIES. Ahok adalah seorang "pemberontak". Sejak kecil dia selalu melawan apapun yang dianggapnya tidak benar. Bahkan termasuk berani melawan kehendak King Nam, ayahnya sendiri, yang juga sekaligus idolanya. Ahok punya prinsip, dan dia berani mati demi tidak melanggar prinsipnya. Sementara Anies cuma punya mimpi, dan berani melanggar prinsip demi mencapai mimpinya.    Gubernur adalah penguasa tertinggi di dalam sebuah provinsi. TAPI CUMA SECARA ADMINISTRATIF. Secara de jure Anies adalah penguasa Jakarta, namun secara de facto dia hanyalah boneka pajangan. Ada "shadow leader" dengan "shadow power" yang sudah puluhan tahun menguasai kota, bahkan bangsa. Siapakah mereka?    Kita sudah memberi mereka banyak nama. Mafia, Naga, dan lain sebagainya. Mereka kebanyakan tak menduduki jabatan formal apapun, tapi punya kekuatan untuk mengatur siapa saja yang memiliki jabatan. Termasuk gubernur.    Modus mereka sederhana. Bantu semua pejabat dan calon pejabat untuk menduduki jabatannya. Biayai bila perlu. Dan tagih imbalannya beserta bunganya setelah mereka duduk di jabatannya.     Apakah seorang Gabener bebas berkarya untuk.membangun wilayahnya? Apakah dia bisa leluasa mewujudkan rencana dan impiannya demi kemajuan daerahnya? Nonsens. Para cukong2, "shadow powers" yang mendudukkan dialah yang menentukan semua kebijakan daerah. Gabener boleh berkreasi di wilayahnya, selama itu menguntungkan buat dalang2 yang menjadikan dia wayang.    Apa yang yang terjadi bila seorang pejabat berani menentang kemauan "shadow powers"? DI AHOK KAN..!!    Ahok adalah contoh manusia yang tidak mau tunduk pada kekuatan "shadow powers". Dia menolak mentah2 gagasan "bagi2 rejeki" dengan merekayasa anggaran. Ahok bukan hanya menolak memberi upeti, tapi bahkan menolak memberi jatah proyek kepada para mafia. Padahal disisi lain para mafia sudah keluar uang sangat banyak untuk mengelola perusahaannya. Mana mau mereka rugi.    Anda tak percaya?    Cobalah berbagi cerita dengan jujur kepada mereka2 yang pernah berkuasa. Tak usah lah kepala daerahnya. Cukup kepala dinasnya. Bisakah mereka leluasa menentukan program kerjanya sendiri, tanpa intervensi pihak luar yang sering mereka sebut rekanan? Coba tanyakan kepada mereka bagaimana rasanya menghadapi orang2 yang sering disebut sebagai Tim Sukses kepala daerah terpilih. Bagaimana rasanya dikendalikan oleh tangan2 tak kelihatan?    Menyadari bahwa negeri ini masih dijajah oleh para mafia seharusnya membuat semua anak bangsa ini sadar. Sikap diam dan apatis kita dalam politik selama ini benar2 memberi peluang besar bagi para mafia untuk terus berkuasa, dengan cara menempatkan kepala2 daerah sebagai wayang, dan mereka bertindak sebagai dalang.      Ciri2 pemimpin jenis wayang ini mudah dikenali sebenarnya. Mereka tak segan mengobral janji demi menyenangkan para calon pemilih. Soal nanti bisa ditepati atau tidak, itu urusan lain, contohnya pengelolaan banjir Jakarta. Kemudian mereka juga akan rajin bikin program2 yang nampak keren TAPI TAK BERGUNA. Mereka akan membungkus sampah dengan berbagai wacana, padahal tak menyelesaikan masalah apapun ditengah masyarakat pemilihnya.    Mereka bukannya tak tahu persoalan masyarakat. Mereka juga bukannya tak tahu jalan keluarnya. MASALAHNYA, MEREKA HANYALAH WAYANG YANG HARUS TUNDUK PADA KEINGINAN DALANG YANG DAHULU MENJADIKAN MEREKA PENGUASA.    Inilah balada negeri jajahan mafia.    Afriyanto Arifin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar