Senin, 21 Maret 2016

Perjalanan Taksiku


Perjalanan Taksiku
================
Aku tiba di alamat itu dan membunyikan klakson sekali... Setelah menunggu beberapa menit aku berjalan ke pintu dan mengetuk ..... 'Tunggu sebentar ya', terdengar jawaban, suara orang tua yang lemah. Aku seperti mendengar sesuatu yang diseret di lantai.

Setelah jeda cukup lama, pintu terbuka. Seorang wanita kecil di usia 90-an berdiri di depanku. Dia mengenakan gaun cetak dan topi dengan kerudung disematkan di atasnya, seperti seseorang yang baru saja keluar dari film tahun 1940-an.

Di sisinya terlihat sebuah koper kecil. Rumah itu sekilas tampak seolah-olah tidak ditinggali selama bertahun-tahun. Semua perabotan ditutupi dengan kain.

Tidak ada jam di dinding, tidak ada pernak-pernik atau peralatan di meja. Di sudut ada sebuah kotak kardus penuh dengan foto dan barang pecah belah.
----------------------
"Bisa bawakan tas saya ke mobil?" katanya. Aku mengambil koper itu ke taksi, kemudian kembali untuk membantu nenek itu.

Dia mencekal lenganku dan kami berjalan perlahan menuju tepi jalan.

Dia terus berterima kasih kepadaku atas kebaikanku. "Tidak apa-apa", aku bilang ..."Aku cuma berusaha memperlakukan penumpangku seperti ibuku."

'Oh, kamu baik', katanya. Ketika kami sudah di dalam taksi, dia memberi alamat dan kemudian bertanya, "Bisakah kamu berputar melalui pusat kota?"

"Ini akan lebih jauh, memutar," jawabku cepat ...

"Oh, tidak apa2," katanya. "Aku tidak terburu-buru. Aku sedang menuju rumah peristirahatan" (Rumah khusus utk merawat penderita penyakit yg tdk bisa sembuh, utk menanti kematian).

Aku melihat di kaca spion. Matanya berkilauan. "Aku tidak punya keluarga lagi," lanjutnya dengan suara lembut ... 'Dokter mengatakan waktuku tidak terlalu lama lagi." Aku diam-diam mengulurkan tangan dan mematikan argometer.

"Kita lewat mana, nih?" aku bertanya.

Selama dua jam berikutnya, kami melaju melalui sudut2 kota. Dia menunjukkan gedung tempat dia pernah bekerja sebagai operator ...

Kami melalui lingkungan di mana ia dan suaminya pernah tinggal ketika masih pengantin baru. Dia minta aku berhenti di depan gudang mebel yang pernah menjadi ballroom tempat ia belajar dansa sewaktu masih gadis.

Kadang-kadang dia meminta untuk memperlambat taksi di depan atau di sudut bangunan tertentu dan dia akan duduk diam, menatap ke dalam kegelapan, tanpa mengucapkan apa-apa.

Saat petunjuk pertama dari matahari muncul di cakrawala, dia tiba-tiba berkata, "Aku capek. Ayo kita pergi sekarang".

Kami melaju dalam keheningan ke alamat yg telah dia berikan tadi. Alamat itu adalah sebuah bangunan rendah, seperti rumah peristirahatan kecil, dengan jalan yang lewat di bawah atap serambi.

Dua perawat keluar menuju taksi segera setelah kami berhenti. Mereka tampak cemas, mengawasi setiap gerakan nenek ini. Mereka tampak telah lama mengharapkan kedatangannya.

Aku membuka bagasi dan menenteng koper kecilnya ke pintu. Wanita itu sudah duduk di kursi roda.

"Berapa bayarannya?' tanyanya, merogoh tasnya.

"Tidak usah," kataku

"Tapi kamu perlu uang," jawab dia.

"Ada penumpang lain," jawabku.

Hampir tanpa berpikir, aku membungkuk dan memeluknya. Dia memegang erat-erat ......

"Kamu kasih nenek tua ini saat2 bahagia," katanya. "Terima kasih ya."

Aku meremas tangannya, dan kemudian berjalan ke dalam cahaya pagi yg redup .. Di belakangku pintu menutup. Itu suara penutupan kehidupan ..
----------------------------
Aku tidak cari penumpang lagi. Aku melaju tanpa tujuan, melamun... Untuk sisa hari itu, aku hampir tidak bisa bicara ...

Bagaimana jika nenek itu ketemu sopir yg pemarah, atau orang yang tidak sabar, pengen segera pulang?
Bagaimana jika aku menolak mengambil jalur putar2 itu, atau aku tadi cuma membunyikan klakson sekali, kemudian pergi?

Bila dipikir lagi, aku telah melakukan sesuatu yang lebih penting dr pada semua hal dalam hidupku ini.

Kita biasa berpikir bahwa hidup kita berputar pada hal2 yg besar.

Tapi kejadian besar sering memerangkap kita tanpa kita sadari - dibungkus dengan indah oleh apa yang bagi orang lain dianggap kecil.

ORANG MUNGKIN TIDAK INGAT akan apa yang kamu lakukan, atau apa yang kamu katakan ~ TAPI ~ MEREKA AKAN SELALU INGAT BAGAIMANA KAMU menyentuh perasaan mereka.

========================
**** Selamat Minggu Palma ****
Jadikan kisah di atas bahan renungan seminggu ini. Utk selalu membuka tangan, mata, telinga, dan hati kita, bagi mereka yg membutuhkan. Bnyk org memerlukan belas kasih Anda... Amin.

Dikirim dari perangkat Samsung saya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar