Senin, 16 November 2020

BRAVO, KAPOLRI !

Orang bilang tulisan itu lebih mematikan dari sebutir peluru. Jika sebutir peluru hanya bisa menembus kepala satu orang, sebuah tulisan bisa menembus ribuan kepala orang.

Keresahan kelompok moderat dengan petantang petentengnya Riziek saat kepulangan, dijawab dengan tegas. Tegas bukan berarti keras. Tegas itu bisa berarti bertindak pada waktu yang tepat.

Dan terjawab sudah. Kapolri langsung memecat jajarannya yang terkesan membiarkan Riziek seenak udelnya merusak tatanan negara. Mulai Kapolda sampai Kapolres habis dihajar. Mereka tidak berhasil memetakan situasi dan mengambil langkah preventif pulangnya Riziek. Dan ini berarti gagal dalam tugas..

Tekanan demi tekanan masyarakat melalui media sosial sangat berarti. Negara tidak boleh kalah, tidak boleh tidak punya wibawa. Siapapun yang ingin merusak tatanan, mau cucu malaikat sekalipun, harus diberi pelajaran. Biar tidak ada yang menganggap kesalahan jadi pembenaran.

Apa yang dilakukan Kapolri hari ini istimewa. Memecat beberapa pejabatnya dalam satu hari saja. Masak Polri dihina-hina oleh pencetak rekor MUI sebagai jamaah umroh terlama ? 

Anies Baswedan pun dipanggil. Riziek tinggal menunggu kabar. Gak boleh ada yang lolos, semua harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Ini bukan masalah personal, ini masalah kewibawaan institusi yang harus menegakkan Undang Undang. 

Jadi benar teori saya, kenapa kemarin kerumunan pembela Nikita dibubarkan, sedang pernikahan Riziek dibiarkan ? Polisi masih sayang sama mereka yang kemarin berkerumun membela Nikita. Mereka dibubarkan supaya tidak kena pasal pelanggaran. Sedangkan Riziek dibiarkan, karena sedang ditunggu bukti kuat bahwa dia melawan hukum.

Malam sebelumnya saya memang sudah dengar kabar, bahwa Jokowi sudah memanggil pejabat2 keamanan negara. Itulah kenapa TNI, bersama Panglima, mempublish video bersama Jenderal-Jenderal perangnya, berikrar bahwa TNI solid menjaga persatuan.

Situasi pulangnya Riziek memang kompleks. Ini melibatkan banyak tokoh penting yang terlibat, yang tidak bisa diselesaikan dengan cara sembarangan. Salah langkah sedikit api menyala, karena Riziek cuman pion, dibelakangnya ada orang2 kaya dan berpengaruh yang mengatur semua. 

Karena itulah teriakan2 kita, suara2 kita di media sosial menjadi sangat penting untuk memberikan dukungan pada negara, tindakan apa yang harus diambil. Suara kita adalah motivasi bagi negara, bahwa apapun yang terjadi, kita selalu dibelakang mereka. Bukan buat Jokowi, bukan buat Polri, bukan buat tentara. 

Tapi untuk Indonesia.

Bersuaralah terus meski lelah. Meski dibentak dan bahkan mau dibungkam. Karena sekecil apapun suara kita, jika digabungkan akan menjadi toa raksasa yang berisik melebihi 10 ribu kerumunan yang datang di acara pernikahan.

Bravo, Kapolri. Ini langkah awal yang baik sekali. 

Seruput kopinya.. ☕☕

Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar