KENA TULAH AHOK RS kini nasibnya seperti Ahok. Terjungkal oleh kata-katanya sendiri. Bedanya Ahok dijatuhkan karena kutipan Al Maidah dipelintir sana sini oleh adu kekuatan politik yang membuat dia akhirnya lengser dan dipenjara. RS juga demikian terbelit karena lidahnya sendiri. Namun berhubung kadar intelektualnya jauh dibawah Ahok, dia melenceng dari skenario yang sudah disiapkan oleh para dalang. Dia menyentuh saraf sensitif negeri ini. Yakni Marwah TNI. Tidak pernah sekalipun dan seorang pun yang menghina TNI dengan kata kurang ajar dan tidak ada akhlak. Dan kata-kata hinaan itu disemburkan dari mulutnya yang bau berkali-kali. Hanya berselang sejam video makian itu, panglima TNI dikawani oleh komandan perang berpidato yang intinya menyiratkan kemarahan TNI terhadap RS. Para dalang tepuk jidat melihat ketololan RS yang terlalu menggebu-gebu di start awal. Panas dingin mereka sampai sekarang. Karena TNI dan polisi bergabung menggunakan pisau kecil namun sangat tajam. Menyayat daging gerombolan RS dengan cara yang sangat menyakitkan. Semua baliho RS tidak sekedar diturunkan. Tapi dirobek-robek dulu. Kemudian dibuang. RS tentu sangat marah. Tapi dia tidak bisa bersuara. Para begundal pendukungnya disekat dimana-mana. Seperti jumpa pers 212 yang langsung dilarang polisi dan TNI. Tidak hanya itu, tengah malam polisi dan TNI minta RS lakukan swab test. Aparat keamanan tahu tidak bakalan RS menuruti kemauan mereka. Tapi efek mengebrak langsung di jantung markas gerombolan itu adalah pukulan telak ke rahang RS. Sejauh ini, tidak pernah sekalipun ada personil keamanan berani bertindak demikian. Sekali lagi RS tidak bisa berbuat apapun. Seluruh saluran media sosial dikunci. Pernyataan Panglima TNI bahwa media sosial sekarang jadi alat propaganda bisa diarttikan bahwa dengan segala jalan, baik langsung atau tidak langsung, bakal memberangus Front TV yang kini menjadi satu-satunya media penyambung lidah fitnah RS. Jika memang demikian, RS dipenjarakan secara sosial. Dia tidak bisa jalan kemanapun berjumpa para kaum tolol yang lahap memakan hidangan fitnahnya. Media mainstream hanya saluran komunikasi sempit dan kecil seperti lubang sedotan. Yang tidak bisa seenaknya memuat aneka pernyataan RS. Sementara disaat yang sama, kampanye mengasingkan RS dan gerombolannya diperkirakan bakal terus marak. Mungkin kedepan, TNI dan Polri hanya mengawasi sejumlah masyarakat menurunkan dan merobek-robek baliho bergambar muka RS kemudian membuangnya ke tempat sampah. Jika gerombolannya ngotot, aparat keamanan pasti bertindak. Entah itu merobek-robek lagi baliho atau meminta percetakan sablon tidak menerima orderan dari gerombolan RS. Kedepan, kita akan menyaksikan RS dipenjara dirumahnya sendiri. Sambil menyaksikan aneka hujatan dan cacian tanpa bisa balas. Kondisi yang berkebalikan dengan Ahok dulu. Dia terus menuai pujian dan secara sosial , masyarakat sepakat bahwa Ahok tidak bersalah. Dan mungkin Ahok sekarang tersenyum bahwa kata-kata dia ketika vonis hukuman dijatuhkan ternyata manjur. Sudah banyak yang kena tulah Ahok. Dan sekarang RS Yang kini diazab kata-kata sakti Ahok berikut ini : " Percayalah sebagai penutup, kalau Anda menzalimi saya, yang Anda lawan adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Esa. Saya akan buktikan, satu persatu dipermalukan. Terima kasih..." Budi Setiawan
Selasa, 24 November 2020
KENA TULAH AHOK
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar