Senin, 16 November 2020

PERLU ANDA TAHU

```Menolak Lupa```

RAHASIA KESAKTIAN HABIB RIZIEQ

Beritaterheboh.com - Kenapa Habib Rizieq & FPI sangat "sakti?"

Bocoran Wikileaks juga mengatakan bahwa mantan Kapolda Metro Jaya, Komjen (purn) Nugroho Djajusman, sebagai tokoh yang 'dihormati' di lingkungan FPI.

Bocoran Wikileaks menyebutkan bahwa FPI mempunyai kedekatan dengan Nugroho Djajusman, dan ia (Nugroho) telah mengakui hal itu kepada pejabat Kedubes AS. "Tapi Nugroho membela diri dengan mengatakan bahwa suatu hal yang lumrah ia memiliki kontak dengan semua organisasi, termasuk FPI, karena posisinya saat itu sebagai Kapolda Metro Jaya."

Wikileaks membocorkan jika mantan Kapolri di jaman SBY, Jenderal Sutanto membiayai FPI dan menghentikan pada Februari 2006 gara-gara FPI mendemo Kedubes AS untuk kasus "Kartun Nabi Muhammad".
Dan saat terjadi demonstrasi disertai aksi kekerasan oleh massa FPI, Sutanto terpaksa harus menelpon dan meminta bantuan Nugroho sebagai tokoh yang dihormati di lingkungan FPI.
"Nugroho kemudian mengatakan kepada pejabat Kedutaan AS bahwa dia kemudian menelepon Ketua FPI, Habib Rizieq, dan mengatur penyerahan diri tiga orang anggota FPI, yang mengatur kekerasan di depan Kedubes AS", ungkap bocoran kawat diplomatik tersebut.
Kita tarik kebelakang lagi, Habib Rizieq ternyata sangat dekat sekali dengan militer, dalam buku (JEJAK KUDETA (1997-2005): Catatan Harian Jenderal (Purn) TNI Djadja Suparman (Hal: 309) tgl 10 Mei 2000, di kamar 620 Hotel ... ada rapat yg dihadiri Wiranto, Djaja Suparman, Sjafrie Syamsudin, Zaky Makarim, Fuad Bawazier, Hariman Siregar, Muslim Abdurahman, Burzah Zarnubi, Habib Rizieq, Egy Sudjana dan beberapa Ormas kanan lainnya. Pokok bahasannya adalah: "Mendorong aksi-aksi separatis di berbagai Kota, Penetrasi, Penunggangan, Provokasi terhadap Aksi Mahasiswa di Jalan Cendana yang menuntut Adili Soeharto. Agar jadi aksi anarkis yang mengupayakan aksi itu menyebar ke seluruh Ibukota. Tugas Habib Rizieq adalah Memobilisasi massa FPI untuk melakukan sweeping malam dengan target memancing kerusuhan biar meluas.
Dalam buku (JEJAK KUDETA (1997-2005): Catatan Harian Jenderal (Purn) TNI Djadja Suparman (Hal. 318) ada pertanyaan pada Jenderal Djaja Supratman yang menanyakan "Apakah Jenderal masih ada di kepengurusan FPI?" walaupun tidak tegas menjawabnya secara tersirat bisa saya tangkap jawabannya disana (diplomatis).
Terus kenapa FPI sangat membenci Gus Dur?  Karena saat Presiden Habibie menjabat Presiden tak berani mengadili Soeharto padahal saat itu Mahasiswa dan Gerakan Prodemokrasi masih gencar menuntut pengadilan Cendana dan Jenderal-jenderal loyalis Soeharto,  membuat upaya pencegahan dan Habibie ternyata tak berani kemudian ada Sidang Istimewa, kebetulan kandidat kuatnya Megawati karena PDI-P pemenang Pemilu & Gus DUR.  Cendana dan loyalisnya tidak mau Soeharto diadili karena khawatir Megawati akan membalaskan dendam (bapaknya) Soekarno dengan intrik politik maka dipilihlah Gus Dur lewat trik licik "poros tengah" yang dimotori Amien Rais dan Yusril, Akbar Tanjung .... akhirnya terpilihlah Gus Dur jadi Presiden.
Tapi Gus Dur ternyata "susah" dipegang dan Soeharto tetap saja mau di adili dan akhirnya Gus Dur "gantian" di kerjai. Saat Gus dur jadi Presiden "karena tidak patuh" pada settingan "poros tengah" dan tetep berkeras mau adili Soeharto, Gus dur seperti Jokowi saat ini diserang dengan HOAX dan fitnah hampir setiap hari,  juga di serang dengan aksi separatis dan demo-demo dari Mahasiswa "kanan" yang dimotori BEM se-Indonesia yang isinya dari HMI, juga di demo oleh ormas-ormas Islam. Gus Dur lewat intelijennya (yang dikatakan oleh lawan politik sebagai tukang bisik) bahwa selain Cendana adalah TW yang membiayai demo-demo itu.
Kemudian Gus Dur memerintahkan Kapolda Metro Jaya untuk menangkap TW dan sungguh luar biasa Komjen Nugroho Jayusman menolak perintah Presiden Panglima Tertinggi TNI & Polri dan sejak saat itu pula Habib Rizieq dan FPI semakin kasar menyerang Gus Dur sampai kejatuhan beliau dari kursi kekuasaannya.

Siapakah Nugroho Djayusman? Dialah yang membesarkan FPI bersama dgn Jenderal Djaja Supratman. Di kalangan Aktivis Radikal Kanan, walaupun tak pernah jadi "kapolri beneran" akibat dijegal Presiden Megawati gagal jadi Kapolri, disebut-sebut sebagai "Kapolri Sepanjang Masa" karena berkat Komjen Nugroho Djayusman sukses membuat FPI menjadi "rekanan POLRI" yang disebut-sebut oleh Amerika  "FPI adalah sekadar "Attack Dog" tapi bagi Polri adalah peliharaan yang baik untuk memainkan permainan politiknya.
Bukan rahasia lagi bahkan Jenderal Tito yang waktu itu jadi Kapolda Metro Jaya seperti "tak berdaya" waktu FPI melakukan sweeping Bupati Purwakarta - Dedy Mulyadi dan janganlah heran jika Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel menyambut Habib Rizieq dgn saat istimewa seakan-akan Ketua Ormas ini adalah pejabat tinggi yang jenjangnya ada diatasnya.
POLRI (terutama Jenderal Tito) perlu melakukan pembersihan didalam jajarannya "anjing peliharaannya" sudah mulai ngawur menggonggongi tuannya.

Jelas "simbiosis mutualism" antara POLRI dan FPI sudah membahayakan keutuhan negara.

Bagaimana dengan TNI?  Bagaimana hubungannya dengan FPI? Juga hubungannya dengan radikalis ini, akan saya bahas lain waktu.

Budi Prasetyo

*(Shared by SIW: 14-11-2020)*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar