*APA KABARNYA FIRZA HOTS & KAK EMMA?*
Penulis Denny Siregar
Lama tidak dengar kabar tentang kasus Firza Hots dan Kak Emma. Kasus ini seperti mengendap tanpa ada kabar apapun. Hilang seperti kentut yang cuma mampir di ujung hidung -buat orang marah-marah- untuk kemudian pergi bersama angin.
Bagaimana bisa begitu? Supaya paham, kita kembali dulu ke aksi 212.
Ketika penahanan "pelaku makar aksi 212", polisi juga menyita gadget mereka. Dari isi gadget, polisi bisa menentukan langkah selanjutnya. Dan banyak "hil yang mustahal" di gadget orang-orang itu yang jadi kartu as polisi untuk menekan mereka.
Ibaratnya "rahasia tergelap" mereka terbongkar sudah, bahkan diantaranya ada rahasia yang sangat memalukan jika dibuka keluar. Seperti ada gambar yang sedang mengupil pake jempol kaki.. sungguh mengherankan.
Oke, sesudah itu para "tersangka" dipulangkan ke rumah masing-masing dengan pernyataan tidak akan lagi ikut aksi bahkan muncul ke permukaan massa.
Efektif.
Sampai sekarang kita jarang sekali mendengar kicauan RS, KZ, AD bahkan tokoh emak2 RSP. Suara mereka hilang ditelan bumi dan tidak terdengar berkoar lagi..
Poin ini dimenangkan polisi. Tapi polisi punya satu target lagi, yaitu tokoh yang sedang naik daun dan punya pengaruh besar terhadap gelombang aksi selanjutnya. Karena itu polisi menangkap satu orang yang diduga dekat dengannya.
Dibongkarlah gadgetnya dan tampaklah gambar2 dan chat yang aduhai indahnya. Gambar2 itu "dibungkus" oleh polisi dan dibawa ke tokoh tadi.
"Gimana, kami punya gambar2 hot melotot nih. Bisa ngga berhenti dari aksi2 besar ?" Kata polisi. Si tokoh ini berkeras tidak mau. Lha, dia sudah dibayar banyak, nanti bisa wan prestasi bisnis selanjutnya bisa gak jalan lagi.
Mentok negosiasi, polisi mulai jalankan planning B. Gambar2 itu sulit dijadikan bukti hukum kuat, tapi ada satu senjata pemusnah massal jika gambar itu beredar yaitu hancurnya performa suci yang selama ini dibangun susah payah.
Karena polisi tidak mungkin menyebarkan, maka dibuatlah seolah-olah ada "anonymous". Dengan nama anonymous ini, beredarlah di dunia maya chat yang membuat seorang kakek - yang sudah mati segan hidup setengah mati - bisa bangkit dan muda kembali.
Maka mulailah sesi penghancuran karakter paling ganas di abad ini.
Perlahan kesucian itu ditelanjangi sebulat-bulatnya dengan beredar luas percakapan itu. Bully-an massif membuat harga diri jatuh ke dasar bumi. Polisi sudah diatas angin.
Untuk menepis kabar yg sudah beredar luas itu, pertahanan terakhir -meski sangat lemah- adalah membuat baliho dimana2 dengan tema "Bela Ulama".
Akhirnya sang tokoh menyerah. Ia datang ke salah satu menteri dan minta supaya tidak di kriminalisasi. Seperti tikus, ia sebenarnya memang digiring ke sang menteri karena disanalah sebenarnya kunci jawaban dan jalan keluarnya.
"Oke, saya bisa stop kasus itu. Tapi dengan syarat bla bla bla..". Kata sang menteri. Kali ini si tokoh kontroversial tidak bisa mengelak. Kacau kalau gambar2 itu beredar di dunia maya. Jejak digital bisa jadi jejak abadi. Masak satu waktu cicit2nya melihat eyangnya sedang dalam posisi sama seperti waktu mereka masih bayi ?
Maka sang menteri berjanji akan menjaga nama baiknya dengan catatan ia harus bekerja sama. Pertama, sang tokoh harus menghentikan aksi massa. Dan kedua, jika masih ada aksi beritahu siapa tokoh2nya.
Maka sang tokoh pulanglah dengan hati lega sambil mendengar lagu obbie messakh, "malu aku malu, pada semut merah.. yang berbaris di dinding, menatapku curiga.."
Ia kemudian meminta kelompoknya untuk tidak melakukan aksi besar lagi.
Tapi ada tokoh2 lain yang tidak setuju dengannya. Mereka ini jauh lebih radikal dan punya agenda sendiri. Tokoh lain ini memaksa untuk buat aksi yang lebih frontal yang sempat tertunda, yaitu jatuhkan sang Presiden.
Karena menghentikan tidak bisa, maka jalan satu-satunya membiarkan aksi itu dilaksanakan. Tapi kali ini sang tokoh tadi menjadi kaki tangan polisi.
Ia memetakan apa yang akan terjadi dan mengirimnya melalui pesan rahasia seperti film2 spy Hollywood. Kadang pake celana dalam bekas sebagai kode dan dijemur dengan merk di luar. Polisi juga menyamar sebagai pedagang tahu bulat dan siap mengambil cd bekas yang dijemur itu. Canggih lah strategi pertukaran informasi mereka...
Dan kita tahu akhirnya aksi 313 bisa diredam dan penjahat sebenarnya bisa diamankan...
Begitulah kenapa Firza Hots dan Kak Emma sampai sekarang tidak pernah lagi keluar.
Dapat kabar bahwa ternyata kode2 di cd bekas itu di merknya.
Kalau HINGs artinya Hari Ini Nasi Gorengs. Maksudnya, sedang ada pertemuan tertutup. Kalau RIDER artinya Rasanya peDes tapi segER. Yang maksudnya target sudah ditentukan untuk masuk gedung DPR.
Dan polisi yang menyamar sebagai pedagang tahu bulat memberi kode, "tahu bulat digoreng dadakan... 500 saja.". Maksudnya, siapa yang menggerakkan?.
Kode polisi langsung dijawab dengan cd bekas yang disobek di jemuran, artinya "si Khottot".
Ribet kan permainan intelijen itu?. Lebih mudah seruput kopi sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar