Komersialisasi Agama dan Fenomena Evangelis Rita Tiara Panggabean
Dekade 90an ketika masih remaja, booming KKR Kebaktian Kebangunan Rohani Kristen sering diselenggarakan di Medan. Biasanya mengambil tempat di Lapangan Stadion Teladan Medan.
KKR ini diikuti puluhan ribu jemaat. Maklum promosinya besar-besaran. Dua koran lokal Medan setengah halaman dipasang iklan. Judulnyapun super bombastis "Yang Tuli Mendengar, Yang Buta Melihat, Yang Lumpuh Berjalan".
Acara KKR bagi anak muda yang mencari jati diri seperti saya ini tentu sangat menarik perhatian. Tidak sia-sia radanya iman Kristen saya yang percaya akan kuasa muzizatNya. Bukankah Yesus Kristus tabib ajaib? Bisa membangkitkan orang mati dan mencelikkan orang buta?
Saat hadir di Stadion Teladan itu, ribuan orang melotot takjub melihat tontonan muzizat dari hamba Tuhan yang mengaku dapat kuasa penyembuhan Ilahi. Klaimnya bahkan pernah bertemu Yesus langsung. Mirip klaim pendeta Yesaya Pariadji yang mengaku sering bolak-balik naik ke surga.
Seiring dengan berjalannya sang waktu, pencarian saya akan kebenaran iman terus berproses. Pada masa itu, media televisi juga jadi dipakai menjadi bagian promosi kuasa Ilahi.
Khotbah di dalam studio dengan penggunaan frekwensi televisi ternyata bisa mengalirkan kuasa sang evangelis menyembuhkan penonton tv yang sedang menyaksikan acaranya. Ada yang mengaku sakit perut sekian tahun tiba-tiba sembuh setelah di doakan. Begitu suara ditelepon terdengar. Penonton di studio plok..plokk..plok tepuk tangan sambil memuji Haleluya Puji Tuhan.
Ada juga telepon seseorang dari kota B yang mengaku asam uratnya tiba-tiba hilang karena menonton khotbah si evangelis. Pokoknya acara rohani di televisi itu dibikin bak tontonan acara sulap yang membikin penonton terhipnotis percaya pada kuasa Ilahi si Evangelis ini. Lalu di bawah layar televisi tertulis kirimkan sumbangan pelayanan ke No rek : xxxxx.
Sejatinya komersialisasi agama telah berlangsung lama sama tuanya dengan kelahiran agama itu sendiri. Teman saya Eko Kunthadi dan Denny Siregar dengan getir satir menceritakan banyak pendakwah unyu-unyu Islam menjadikan khotbah jadi mata pencaharian. Bisa kaya raya punya mobil mewah. Bayarannya sekali khotbah bisa puluhan juta. Jika tidak tebal kocek, jangan harap Pak Ustad bersedia hadir. Begitu sindir mereka.
Eko dan Denny mungkin terkejut fenomena komersialisasi pendakwah Islam itu baru-baru ini saja berkembang. Padahal di Kristen komersialisasi khotbah mimbar agama Kristen sudah ramai sejak dekade 1990an.
Saya masih ingat, pada tahun 2000an saat diajak saudara ibadah di salah satu gereja yang kebetulan kedatangan seorang evangelis asal Jakarta, seorang mantan pemain film bela diri nasional. Saat Mau masuk pintu masuk gedung, terletak 4 amplop yang diberikan kepada saya. Setiap amplop ada tulisan untuk mengisi sumbangan yang berbeda yaitu untuk perpuluhan, pembangunan, pelayanan dan hamba Tuhan. Ada nomor rekening si hamba Tuhan itu tertera. Hebat kan.
Saat Ibadah berlangsung, khotbah sang evangelis ini mirip dengan ocehan para motivator yang sering mengisi seminar pengembangan diri. Bagaimana menjadi kaya penuh berkat. Bagaimana menjadi anak Tuhan yang diurapi. Bagaimana menjadi pengusaha sukses. Semuanya tentang kebaikan Tuhan bagi orang yang mau percaya padaNya.
Ujungnya agar diurapi dan dilindungi oleh Tuhan diberikanlah jemaat minyak urapan. Minyak urapan ini mirip minyak urut. Minyak diisi dalam botol kecil. Nanti jemaat diminta memberikan sumbangan seikhlasnya pengganti minyak urapan itu. Abrakadabra...taraaa...jadilah minyak urapan itu persis seperti air basuhan si Ponari Cilik dengan batu ajaibnya. Laris manis bak kacang goreng.
Dalam setiap zaman, selalu ada orang yang bekerja sebagai penjual firman Tuhan. Modal cuap-cuap dengan air muka penuh urapan. Hampir di semua agama ada. Bahkan dalam tataran agama Kristen saat ini telah terjadi persaingan sangat keras dalam merebut pangsa pasar jemaat.
Maklum, siapa yang bisa mendapatkan jemaat yang loyal, fulus gede bakal masuk ke rekening tanpa potongan pajak. Maka tidak heran, banyak berdiri denominasi gereja baru yang namanya unyu-unyu. Semua mengaku sebagai gereja yang paling direstui pemilik Surga, Yesus Kristus.
Mereka membuka gereja di ruko-ruko. Pusat perbelanjaan atau mall mall besar. Tunggangan para hamba Tuhan ini gak kalah mewah dengan pengusaha papan atas. Jas yang dikenakannya super keren, sutra mengkilap.
Rambut klimis. Perut gendut. Dandanan ala artis. Jam rolex dengan cincin berlian. Modalnya cuma jualan firman Tuhan. Tips jadi hamba Tuhan yang sukses buatlah pendengar firman serasa dibimbing mau naik ke surga. Niscaya harta kekayaan mereka sebagian akan diberikan.
Para evangelis yang fasih menawarkan surga ini menyasar anak-anak muda dan kelas menengah yang malas belajar. Mereka yang kering akan isi firman. Senang dengan aksi dan trik yang menyenangkan mata dan kuping. Senang dengan pertunjukan muzizat tipu-tipu seperti yang buta melihat, yang tuli mendengar dan yang lumpuh berjalan.
Seakan-akan tanpa pertunjukan reality show itu kuasa Tuhan mati. Bodohnya, para penganut kering iman ini lupa bahwa seorang pelaut yang berlayar di samudera luas tidak pernah kesepian akan hadirat Tuhan.
Pelaut ulung tahu milyaran bintang gemintang di angkasa raya dan tingginya ombak laut di samudera luas adalah karya cipta agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Mereka merasakan kuasa Tuhan melalui semesta alam. Sementara kita sibuk dengan pencarian dimana kuasa Tuhan berada. Mengapa muzizat Tuhan menghilang?
Ujungnya kita mudah terpesona takjub dengan bacot dari penjual firman tentang penyembuhan Ilahi dan minyak urapan unyu-unyu itu? Lihatlah alam semesta, itulah kesaksian dan keagungan Tuhan.
Dunia komersil agama ini telah begitu memilukan. Sekarang ini mudah sekali orang menjadi evngelis atau pendeta. Modal bacot kuasai satu dua ayat Alkitab plus dandan ala pengkhotbah maka orang-orang bisa dengan mudah terpedaya. Kaum unyu-unyu ini tinggal diberikan sebuah cerita kesaksian menguras air mata model "oh mama oh papa". Seketika orang akan langsung terkesima akan kesaksian si evangelis yang mengaku baru bertobat itu.
Pekikkan saja pada mereka Haleluya..Ada Amennn..maka semua yang hadir disana akan menyahut seirama. Maka tidak heran bisa muncul evangelis Rita Tiara Panggabean yang mengaku hamba Tuhan. Rita dengan gaya bak pesohor berbusana sexy dan hot bisa dengan fasih bicara tentang Yesus, Kasih dan muzizat. Lalu tiba-tiba serentak umat Kristen terkejut dan menolak Rita bukan hamba Tuhan. Hello...selama ini kemana kalian?
Teringat anekdot kawanku pengusaha yang bangkrut usahanya beberap waktu lalu, sepertinya dia akan beralih bisnis menjadi evangelis.
Dia hitung, jika punya jemaat 100 orang dengan gaji 10 juta per bulan maka Ia alan dapat uang perpuluhan dari gaji jemaat sebesarmaka 100 juta.
Biaya sewa gedung 5 juta sekali pakai. Sebulan 4 kali ibadah. Total pendapatan bersih modal bacot cuma bisa 50 juta perbulan. Tak perlu laporan keuangan. Tak perlu laporan pajak. "Semua ikhlas, everybody happy", ujarnya setengah tertawa kecut.
Salam perjuangan
Birgaldo Sinaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar