Selasa, 18 April 2017

BAHASA AL QURAN, DIKAJI DARI SUDUT PANDANG LINGUISTIK HISTORIS

Meskipun tdk se spektakuler spt penemuan gulungan laut mati (the dead sea scroll) di Qumran thn 1947, Mesir, tetapi penemu an codex (manuskrip kuno dlm bentuk buku) Al Quran di mes jid San'a, Yaman, sangatlah menarik perhatian para akademisi yg berkecimpung dlm penelitian Al Quran.

Hasilnya, beberapa teka teki yg selama ini membingungkan pa ra ilmuwan, sedikit demi sedikit mulai terkuak.
Berikut kajiannya secara sederhana seperti di bawah ini.


BAHASA AL QURAN, DIKAJI DARI SUDUT PANDANG LINGUISTIK HISTORIS

Semua bermula di thn 1972.
Dalam upaya merestorasi Mesjid Agung San'a di Yaman, para kuli bangunan tanpa sengaja menemukan suatu kuburan yang luarbiasa. Mengapa luarbiasa ? Karena meskipun bentuknya spt kuburan, tetapi tdk ada sisa2 kerangka manusia di dalam nya.
Ternyata di dlm kuburan itu ditemukan codex (manuskrip kuno dlm bentuk buku) Al Quran. Selama berabad abad dimakan waktu, buku2 tsb rusak dgn halaman2 yg terpisah berisi tulis an Arab.
 
Meskipun tdk menyadari penting dan berharganya penemuan dokumen2 tsb, tapi para kuli bangunan masih berusaha "menyelamatkan" dokumen tsb ke dlm 20-an karung kentang dan menyimpannya di tangga salah satu minaret mesjid lalu menguncinya.
Untunglah naskah2 kuno itu diketahui oleh Qadhi Ismail Al- Ak wa, yg pd saat itu menjabat ketua Yamani Antiquities Authority yg menyadari pentingnya temuan itu.
Ia mencari bantuan internasional untuk mengkaji dan menga wetkan fragmen tsb.

Adalah seorang Jerman bernama Christoph Luxenberg, seorang profesor bhs Semitik dari Universitas Jerman terke muka yg mengkaji penemuan tsb.
Hasilnya diterbitkan dlm bentuk buku pd thn 2000 yg berjudul, 
"DIE SYRO ARAMAESCHE LE SART DES KORAN: EIN BEITRAG ZUR ENTSCHLUESSE LUNG DER KORAN SPRACHE atau QIRA AH SYRIA-ARAMAIC : UPAYA  MENJELASKAN BAHASA AL QURAN."

Perlu diketahui, ternyata nama Christoph Luxenberg adalah na ma samaran. Dia memakai nama samaran dgn aladan nasihat teman muslim yg khawatir thd orang2 fundamentalis yg akan bertindak atas inisiatif sendiri tanpa menunggu fatwa. Bahkan karya besarnya ini hampir2 tdk bisa terbit krn sulit menemu kan penerbit2 (yg bersedia menerbitkan) karyanya ini.
Mungkin Luxenberg masih ingat kasus Profesor Suliman Bash ser dari University of Nablus di West Bank, yg mengatakan bah wa Islam berkembang secara bertahap, bukannya muncul dlm bentuknya yg utuh dari mulut Muhammad. Karena pernyataan nya ini, sejumlah mahasiswanya yg beragama Islam melem parkannya dari jendela ruang kuliah.

Menurut Luxenberg, kajian dan pembacaan ulang AlQuran pen ting, karena di dlm Al Quran banyak hal yg tdk jelas, yg sejak awal para penerjemah Arab sekali pun tdk bisa menjelaskan nya. Di dalam ayat2nya sendiri kerap dikatakan "hanya Tuhan yg bisa memahami".

Dan perlu diketahui, riset Barat thd Al Quran yg baru dilakukan secara sistematis sekitar pertengahan abad 19 M, selalu meng ambil terjemahan dari pakar2 Arab sbg basisnya. Tetapi itu pun tdk pernah melebihi penjelasan etimologis beberapa isti lah yg berasal dari bhs asing.
Karena itu ia menilai gagasan bhw bhs Al Quran hrs dikaji dari sudut pandang linguistik historis. Mengapa ?
Pertama, berkat prosedur itu dia mampu menemukan sejauh mana pengaruh Aramaik thd bhs Al Quran. Bahkan sebagian besar dari apa yg dikenal dgn nama bhs Arab klasik ternyata berasal dari Aramaik.
Kedua, ternyata ketika Al Quran disusun, bhs Arab tdk eksis sbg bhs tertulis. Yg tampak dan perlu dipertimbangkan teruta ma adalah bhs Aramaik yg antara abad ke- 4 dan ke-7 M, bu kan hanya menjadj bhs komunikasi tertulis, tapi juga lingua franca wilayah Asia bgn Barat.

Menurut tradisi Islam, Al Quran diturunkan pd abad ke-7 M, pd hal contoh2 pertama literatur Arab, baru ditemukan dua abad belakangan, dimasa munculnya penulisan sirah/riwayat hidup Muhammad yg ditulis Ibn Hisyam, yg wafat thn 828 M.
Kini, jika diasumsikan bhw penyusunan Al Quran berakhir pd wafatnya Muhammad yaitu thn 632 M, ditemukan selang 150 thn dan pd waktu itu tdk ada jejak literatur Arab yg layak dise butkan.

Sejak abad ke-3 M, umat Kristen Syria tdk membatasi diri dlm misi mengembangkan agama Kristen pd ngr2 tetangga spt Ar menia atau Persia, tetapi jg ke seluruh  jazirah Arab sampai Ya man dan Etiopia.
Menurut Luxenberg, untuk menyebarkan ajaran Kristen kpd masyarakat Arab, mereka menggunakan campuran bahasa, yaitu bhs Arab (yg hanya lisan) dan bhs budaya mereka sendiri yaitu Syro Aramaik. Hasilnya adalah lahir bhs Arab tertulis, te tapi merupakan turunan Arab Aramaik.

Mengingat bhs Arsb tdk eksis sbg bhs tertulis pd masa itu, Lu xenberg menyajikan perkembangan tulisan arab dan peran pen tingnya dlm sejarah penyampaian Al Quran.
Ia mengemukakan kajiannya, bhw aslinya hanya terdapat enam huruf untuk membedakan sekitar dua puluh enam bunyi.
Huruf2 itu sedikit demi sedikit dibedakan dgn titik2 yg ditulis diatas atau dibawah setiap huruf.
Abjad Arab yg digunakan dlm Al Quran dinilai sbg sistem tulis an cepat (short hand) untuk membantu pengingatan dan tdk di maksudkan sbg kunci lengkap ke bunyi2an bhs itu.
Kesimpulannya, Luxenberg menyatakan bhw penyampaian Al Quran dari Muhammad tdk mungkin secara lisan dgn mengandalkan ingatan. Suatu kesimpulan yg bertolak bela kang dgn kepercayaan umat Islam yg diyakini selama ini.

Berdasarkan kajian Luxenberg ini, sekarang kita bisa mema hami mengapa ditemukan bagian2 Al Quran yg berbeda dari Syria, Armenia dan Irak. Dan mengapa jg terdapat perbedaan yg mencolok antara naskah Al Quran yg dimiliki Salim, Ubay dan Ibn Saud, tiga dari empat orang pemegang otoritas ter tinggi dlm kevalidannya mengenai Al Quran.
Bagi saya sendiri, andaikata pun melalui sistem short hand, di mungkinkan adanya penghafalan ayat2 Al Quran, tapi jangan lupa banyak sekali penghafal2 Al Quran yg tewas pd saat pe rang Yamama.

Lebih lanjut Luxenberg mengatakan bhw siapapun yg ingin mengkaji Al Quran secara menyeluruh hrs memiliki latar be lakang syro aramaik dan literatur periode itu, yaitu abad ke-7 M
Hanya dengan demikianlah, dia bisa mengetahui makna asli ungkapan bhs Arab yg penafsiran semantiknya dpt ditentukan hanya dengan menerjemahkan ulang  ke dlm bhs Syro Arama ik.
Berdasarkan itu, Luxenberg berpendapat bhw versi Al Quran yg ada saat ini disalahterjemahkan dan disalahtafsirkan dari teks aslinya. Teks asli AlQuran lbh mirip bhs Aramaik ketimbang bhs Arab. Sebagaimana yg telah diketahui, naskah asli nya te lah dimusnahkan oleh khalifah ke-3 Utsman bin Affan.

Konsekuensi dari temuan Luxenberg adalah beberapa teks Arab Al Quran yg apabila dibaca Dlm versi Aramaik akan me miliki makna berbeda. Misalnya, ungkapan Al Quran versi Arab yg menyatakan bhw Muhammad adalah "penutup para nabi",
dlm versi Aramaik makna teks itu menjadi "saksi para nabi". Itu berarti, menjadi saksi atas kebenaran teks Yahudi-Kristen.

Terlepas dari setuju atau tdk setuju atas pemaparan dan kesim pulan Luxenberg, tetapi memang diakui karya Luxenberg ini adalah sebuah karya ilmiah.
" karena kajiannya ini didasarkan pada penemuan manuskrip di San'a, Yaman." kata DR. Yusuf Rahman, ahli Al Quran, lulus an McGill University, Kanada.

Dua orang pakar, yaitu Robert R. Phenix Jr dan Cornelia B. Horn dari Universitas St. Thomas mengatakan,
" Buku ini tdk diragukan lagi akan menciptakan revolusi serius 
Meskipun demikian, jangan bersikap naif dgn mengharapkan semua pakar Islam di Barat akan langsung menerima dan me nanggapi tantangan ilmiah yg dihadirkan buku seperti itu.
Akan tetapi, sebagaimana agama Kristen tlh menghadapi tan tangan pengkajian Bible abad ke-19 dan ke-20M, demikian pula pengkaji Islam yg serius, baik di Timur maupun Barat akan mendapat manfaat dari disiplin yg diluncurkan Luxenberg."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar