Senin, 17 April 2017

Kritik Kanonik :

Kritik Kanonik :   teks suci sinagoga dan gereja    Umat beriman sebagai pembaca/penafsir teks.     Maka konsekuensinya:   ~ Pertama, teks-teks Kitab Suci dipandang sebagai kebenaran yang penting untuk hidup mereka.    ~ Kedua, teks-teks Kitab Suci menantang pembaca untuk ikut menghayati dunianya dan keyakinan-keyakinan yang disampaikannya. Jadi, sebuah teks kanonik menghadapkan pendengarnya pada suatu tuntutan mutlak untuk menerima iman.    ~ Ketiga, ketika seseorang membaca tulisan kanonik itu, mereka membacanya sebagai orang-orang beriman. Ini berarti bahwa mereka telah mengimani apa yang diberitakan dan di pandang benar oleh tulisan suci itu dan dengan demikian tulisan suci itu didengar berdasarkan iman yang telah ada sebelumnya.    Beberapa hal yang harus diperhatikan:    Pendekatan kanonik bersifat sinkronis.     Jadi, mengarahkan perhatiannnya pada hubungan   ~ teks dengan pembaca.     Teks yang ditafsirkan adalah   ~ teks dalam bentuk akhir,   ~ yang telah berstatus kanonik.     Hal ini berarti bahwa penafsir tidak mempedulikan hal-hal yang menjadi perhatian khusus pendekatan   ~ historis  ~ bentuk awal dari teks,   ~ maksud semula dari penulis,   ~ peristiwa atau pengalaman2 yang ada di balik teks, atau   ~ konteks psikologis/sosiologis/historis yang melahirkan teks.     Hal-hal ini boleh dipertimbangkan, tetapi   ~ bukan merupakan faktor2 yang menentukan pembacaan dan pemahaman teks.    Pembacaan kanonik atas sebuah teks akan berbeda-beda bergantung pada   ~ umat beriman mana yang sedang membaca dan   ~ kanon mana yang tengah dibaca.     Misalnya,   ~ membaca alkitab kanon Yahudi jelas berbeda dengan   ~ membaca alkitab kanon Kristen.     Misalnya, alkitab Yahudi disusun dalam tiga bagian –  ~ taurat,   ~ Kitab Nabi-nabi, dan   ~ Tulisan-Tulisan.     Dalam pembagian ini,   ~ Torah berada di pusat, dan   ~ dua bagian yang lain sebagai tafsiran penjelas yang disusun dengan urutan kewibawaan yang menurun.    Kanonisasi membuat   ~ arti teks tidak bergantung lagi pada pemakaian kata itu semula atau   ~ pemakaiannya dalam sejarahnya.     Nubuat seorang Nabi, misalnya,   ~ dipahami sebagai sesuatu yang universal, dengan demikian tujuan semula yang didasarkan pada konteks keadaan/historis tertentu diabaikan.    Pendekatan kanonik menolak untuk   ~ menafsirkan teks secara sendiri-sendiri.     Sebuah teks harus dibaca sebagai bagian dari Alkitab secara keseluruhan.     Dengan demikian,   ~ sebuah teks Perjanjian Lama yang dibaca di dalam Gereja pun akan didengar dalam hubungannya dengan Perjanjian Baru.    Pendekatan ini jelas bersifat teologis.     Teks-teks Kitab Suci harus ditafsir sebagai tulisan-tulisan suci.     Dengan demikian, kritik kanonik memusatkan perhatiannya pada   ~ maksud teks bagi komunitas yang mengkanonsasikannya dan pada artinya untuk masa kini.     Misalnya,   ~ Nabi Yesaya tidak lagi muncul sebagai seorang bagi yang tengah berbicara di tengah orang-orang sezamannya, tetapi   ~ sebagi seorang yang tengah berkata-kata mengenai seseorang yang dinantikan datang.     Disadur dari: John H. Hayes dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, BPK Gunung Mulia    Dikirim dari Yahoo Mail di Android

Tidak ada komentar:

Posting Komentar