Jumat, 02 Desember 2016

Kita Berada Dalam Ancaman Proxy War.*

_*JENDERAL GATOT :*_ *Kita Berada Dalam Ancaman Proxy War.*

Proxy, mudahnya, artinya adalah 'perwakilan'. *Proxy war* artinya *peperangan yang diwakilkan,* atau mudahnya: *peperangan yang memanfaatkan pihak lain.*

*Pihak yang berkepentingan* terhadap perang itu sendiri *tak terjun langsung* dalam medan *peperangan*; hanya *mengendalikan dari jauh.* Begitu garis besarnya. 

*Pihak pengendali tak mau publik mengetahui identitasnya* sebagai *pelaku perang* sebenarnya. Sebaliknya, *pihak yang dimanfaatkan* juga umumnya *tak tahu* bahwa mereka hanya *dummy, puppet, wayang, boneka, bidak catur.* 
---

Perang seperti ini sedang trend saat ini dan tengah menjadi metode baru yang terus dipelajari untuk meningkatkan efektivitasnya. Salah satu *contoh* metode yang sudah terlihat membuahkan hasil gemilang adalah *Perang Suriah.* 

*Perang Suriah* adalah perang antara *dua kubu* yang berebut kepentingan dengan memanfaatkan negara Suriah, Pemerintah dan rakyatnya untuk terlibat perang. Katalisnya adalah *ISIS.* Dalangnya sendiri hanya kadang-kadang saja muncul ke permukaan; sebagai pahlawan.
---
*Proxy War* menjadi metode mutakhir karena memiliki *kelebihan* dalam hal *efisiensi* dan *efektifitas.* Misal: negara *pelaku perang* namanya tetap *bersih.* *Pasukan tidak banyak korban*, karena menggunakan *tenaga lain.*

Pelaku ingin namanya tetap bersih karena penting bagi reputasi di dunia ekonomi dan politik. Negara yang terlihat jahat tentunya akan menimbulkan resistensi dalam pergaulan Ekonopolitik.

Mereka juga tak harus *mengorbankan nyawa pasukannya.* Nyawa pihak lain lebih mudah dan kadang lebih murah. Politik yang digunakan adalah *propaganda:* 

_*Jenis perang: membela agama. Sifat perang: jihad. Mati sebagai martir: syahid. Hadiah: masuk surga.*_

Ada juga konon dengan terang-terangan diminta untuk *mati "Syahid"*, misal dengan bom *bunuh diri*, dengan kompensasi bahwa *keluarga* calon yang bunuh diri akan diberikan sejumlah *uang* dan *insentif lainnya* (selain hadiah otomatis bahwa sang calon akan masuk surga plus bonus lainnya).

Tidakkah hal ini sungguh menguntungkan bagi "pembeli perang" ? Selain *nyawa lebih murah,* karena *memanfaatkan pihak lain untuk bertempur dengan saudaranya sendiri,* elemen biaya lain juga lebih murah, misal: *tak usah menggunakan senjata canggih dan mahal.* Cukup *molotov* yang dilempar ke *Gereja* atau *Mesjid.* 
---
*Penghematan* lainnya adalah dari biaya *transportasi* dan *akomodasi.* Mereka *tak harus mengekspor tentaranya,* mengangkutnya dengan *pesawat canggih,* dan membuat *markas* dan seluruh *fasilitasnya bagi pekerja Bule* yang biayanya lebih tinggi daripada *biaya akomodasi orang lokal.* 

Singkat kata, *metode ini* menawarkan *banyak kemanfaatan* dibanding perang yang *dilakoni sendiri.* Pelaku perang juga tak harus mengotori tanah sendiri dengan darah dan asap mesiu seperti perang zaman dulu yang saling balas berbalas memerangi dengan datang langsung ke negara yang ditarget.
---                                    
*Perang inilah yang tengah direncanakan untuk terjadi di Indonesia.* Pelakunya sendiri *tak terlihat, invisible hands.* Yang jadi *korban* demi kepentingan mereka adalah *rakyat kita.* Paling tidak, ini prinsip pesan yang disampaikan oleh *Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo*.

Mereka perang menggunakan *darah kita, keringat kita, amarah kita, nyawa kita, tanah kita, ruang kita, waktu kita, senjata kita, dan kenaifan kita.*

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar