Jumat, 02 Desember 2016

KENAPA KAMU MEMBELA AHOK ?

KENAPA KAMU MEMBELA AHOK ?

"Kenapa kamu selalu membela Ahok ???"

Tanya seseorang di kotak pesanku dengan nada sewot. Aku terdiam. Kumatikan rokokku yang tinggal seperempatnya. Kuhirup kopiku dan mulai mengungkapkan apa yang kupikirkan...

Sebenarnya kata "membela Ahok" itu kurang tepat. Terlalu sempit ketika aku hanya terpaku pada sosok, karena sosok itu tidak merepresentasikan kebenaran. 

Lebih tepat jika dikatakan, saya sedang membela sebuah nilai. Nilai kebhinekaan dan keadilan.

Ahok adalah representasi dari minoritas, baik minoritas etnis dan agama. Tapi ia mempunyai hak yang sama dalam demokrasi kita... Sama seperti kamu, aku, kalian, mereka dan semua yang mengaku sebagai umat mayoritas dengan kebanggaan yang semu dan tak berguna.

Jadi, kenapa ia tidak boleh menjadi "pemimpin" di negara yang menganut kesamaan hak dan kewajiban sebagai anak bangsa ?  Bukankah itu mengkhianati perjanjian bersama yang dibangun oleh para pendiri negara dengan darah mereka ?

Dalam kinerja, Ahok sudah memberikan bukti bahwa ia mampu. Hasil kerjanya bisa dilihat dengan jelas mulai penataan sungai sampai pengangkatan derajat para pekerja yang dulu tak kelihatan.

Jika ia mampu dan mempunyai hak yang sama, maka berikanlah ia kesempatan yang sama..

Masalah tidak suka, cukup dengan tidak memilihnya. Bukannya memaksa ia harus keluar dari kesamaan haknya karena ia minoritas. Itu zolim namanya, menyayat kebhinekaan kita menjadi luka dalam yang akan terus menganga.

Jadi, membela Ahok sebenarnya - buat saya - sama dengan membela kebhinekaan kita, keadilan kita, nilai2 yang selama ini menjadi pondasi dasar kehidupan kita dalam bernegara. Ahok hanya pelakunya saja..

Sama seperti ketika saya membela Jokowi, bukan karena sosoknya. Tetapi karena ia adalah simbol negara yang sah. Begitu juga ketika saya membela ulama yang benar, saya sebenarnya membela nilai2 pewaris Nabi yang sesungguhnya...

"Tapi kan mereka yang berdemo sedang membela nilai agama mereka yang dinista ??"

Kubakar lagi sebatang dan kuhirup kopiku yang sudah tinggal ampasnya.

Pertama, agama itu tidak lemah sehingga perlu dibela. Agama itu suci sehingga tidak mungkin nista. Lagian yang dimaksud nilai agama itu bukan agamanya sendiri, tetapi mutiara didalamnya sebagai pembentukan ahlak. Apakah korupsi itu membela nilai agama atau malah menista agama ? Jelas menista...

Jadi belalah nilai2 di dalamnya dengan terus mengkajinya supaya kita menjadi manusia yang benar, bukan dengan teriak2 membanggakannya...

Jika Ahok dianggap menista, tunggu saja keputusan hukum yang ada. Tidak perlu memaksa hukum keluar dari rel-nya. Terima semua keputusan.

Masalah puas dan tidak puas, itu masalah perasaan, tidak ada ukurannya...

Ia terdiam, entah mengerti atau tidak.

Lalu, "Halahhh.. kamu syiah, JIL, sok mengajari saya. Tahu apa kamu tentang Islam ?"

Aku tersenyum. Teringat nasihat Imam Ali as, "membuktikan kebenaran kepada orang bodoh itu mudah. Yang susah adalah membuat mereka menerimanya.."

Kuhirup kopiku sekali lagi. Cuihhh.. ternyata cangkirnya sudah kujadikan asbak...

www.dennysiregar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar