Jumat, 31 Oktober 2025

Anda Membutuhkan Orang-Orang yang Akan Hadir untuk Anda

01 November 2025

Bacaan Hari ini:
Kisah Para Rasul 2:45 "dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing."
---------------
Pertumbuhan rohani terjadi paling baik di dalam komunitas dan inilah sebabnya kelompok kecil sangat penting. Kelompok kecil membantu kita mengejar rencana Allah bagi hidup kita. Tetapi, tanda lain dari kelompok kecil yang sehat adalah mereka saling menolong dengan cara yang nyata dan praktis.

Alkitab mengatakan bahwa jemaat mula-mula "dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing." (Kisah Para Rasul 2:45).

Inilah yang seharusnya dilakukan oleh sebuah kelompok kecil. Ketika Anda membutuhkan pemotong rumput, seseorang datang dan meminjamkannya. Ketika pengasuh anak Anda membatalkan janji di menit terakhir, Anda memiliki orang-orang yang dapat dipercaya untuk membantu. Ketika Anda memerlukan referensi pekerjaan, Anda tahu kepada siapa harus meminta bantuan. Dan ketika Anda sedang mengalami masa sulit dan bahkan tidak tahu bagaimana mengungkapkan kebutuhan Anda, seseorang datang membawa makanan, secangkir kopi atau hanya hadir menemani Anda.

Inilah wujud nyata ketika tubuh Kristus, yaitu gereja, saling menolong satu sama lain.

Dan tidak ada hal yang lebih pribadi atau lebih praktis daripada berdoa satu sama lain. Kelompok kecil juga melakukan hal itu.

Kisah Para Rasul 2 menyatakan bahwa gereja mula-mula juga "bertekun dalam doa" (Kisah Para Rasul 2:42). Saya telah melihat kuasa doa bersama dalam kelompok kecil berkali-kali—banyak kisah luar biasa tentang orang-orang yang didoakan dalam masa krisis dan kemudian menyaksikan hal-hal ajaib terjadi, bahkan mujizat!

Mungkin Anda pernah berada dalam situasi di mana Anda tidak tahu bagaimana meminta pertolongan atau bahkan tidak tahu bagaimana harus berdoa. Saat Anda sangat tertekan, lelah, hancur, kecewa dan berduka hingga tidak sanggup berdoa untuk diri sendiri—itulah saat Anda membutuhkan orang lain untuk berdoa bagi Anda.

Kita tidak pernah dimaksudkan untuk memikul beban hidup sendirian. Kita diciptakan untuk saling menolong. Kita dibuat untuk hidup dalam komunitas. Kita diciptakan untuk saling memiliki.

Renungkan :

- Dengan cara praktis apa Anda dapat menolong seorang teman atau anggota kelompok kecil Anda minggu ini?

- Dalam area kehidupan apa Anda sedang bergumul dengan keraguan atau kebingungan dan membutuhkan seseorang untuk berdoa serta percaya bagi Anda? Siapa yang dapat Anda hubungi untuk mendoakan Anda?

- Mengapa doa merupakan salah satu cara terpenting untuk saling peduli satu sama lain? Kuasa seperti apa yang terkandung di dalam doa?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yehezkiel 12-15; I Timotius 6
_____________
Anda membutuhkan kelompok kecil yang berdoa untuk Anda, percaya kepada Allah bagi Anda dan memiliki iman bagi Anda.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
===========°
You Need People Who Will Show Up - Daily Hope with Rick Warren - November 01, 2025

"They would sell their property and possessions and give the money to whoever was in need." Acts 2:45 (CEV)
---------------------
Spiritual growth happens best in community, which is why small groups are so important. They help us pursue God's plan for our lives. But another important mark of a healthy small group is that they help each other in practical ways.

The Bible says that the early church would "sell their property and possessions and give the money to whoever was in need" (Acts 2:45 CEV).

That's what small groups are supposed to do. When you need to borrow a lawnmower, someone brings their lawnmower to your house. When your childcare cancels last minute, you have people you trust who can help you out. When you need a job reference, you know who to ask. When you're having a hard time and you can't even express what you need, someone shows up with a meal or coffee or just some company.

This is what it looks like when Christ's body, the church, helps each other.

Is there anything more personal or more practical than praying for each other? Small groups do that too.

Acts 2 says that the church also "devoted themselves . . . to prayer" (Acts 2:42 NIV). I've seen the power of group prayer countless times—story after story of small groups praying for people in crisis and seeing amazing things happen—even miracles have happened!

Have you ever been through a time when you didn't know how to ask for help, but you also didn't even know how to pray or what to pray? That's when you need other people praying for you. You're so stressed out, so tired, so broken, so discouraged, so overcome with grief that you cannot pray for yourself.

That's when you need a small group of people to pray for you, to believe God for you, to have faith for you.

We were never meant to carry burdens by ourselves. We're meant to help each other. We're made for community. We belong to each other.


Kamis, 30 Oktober 2025

Anda Membutuhkan Keberlanjutan dalam Persekutuan Anda

31 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Kisah Para Rasul 2:42, 46 "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa ... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati"
------------------
Anda membangun hubungan melalui persekutuan—yaitu dengan meluangkan waktu bersama dalam iman, tujuan, dan kesatuan di dalam Yesus Kristus. Dan hanya ada satu cara untuk benar-benar membangun persekutuan seperti itu, yaitu melalui frekuensi atau keteraturan.

Jika Anda sudah menjadi bagian dari kelompok kecil yang rutin berkumpul, itu sangat baik! Namun, jika kelompok Anda jarang bertemu, bisa jadi Anda kehilangan kesempatan untuk mengalami persekutuan yang bermakna. Persekutuan akan bertumbuh ketika Anda berkomitmen untuk bertemu secara teratur—setidaknya sekali seminggu—untuk belajar Alkitab bersama dan saling menguatkan dalam iman.

Kisah Para Rasul 2 menggambarkan gereja mula-mula di Yerusalem seperti ini:
"Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa ... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." (Kisah Para Rasul 2:42, 46–47).

Salah satu alat terbaik untuk membangun persekutuan adalah makanan. Saya sangat bersyukur bahwa gereja mula-mula memberi contoh dengan makan bersama!

Yesus sendiri tidak melayani di dunia ini sendirian. Ia hidup bersama para murid-Nya. Hampir setiap kali Yesus mengajar atau bersekutu dengan mereka, Ia melakukannya sambil berjalan atau makan bersama. Mengapa demikian? Karena ketika orang berjalan atau makan bersama, mereka merasa lebih santai. Dinding pertahanan mereka runtuh, hati mereka terbuka dan mereka lebih siap menerima masukan serta gagasan baru. Di saat seperti itulah komunikasi dan persekutuan yang terbaik terjadi.

Yesus secara rutin meluangkan waktu yang terarah dan penuh makna bersama kelompok kecil murid-Nya dan Ia menikmati waktu makan bersama mereka. Gereja mula-mula pun bertekun untuk belajar bersama, berdoa bersama, dan menemukan sukacita dalam kebersamaan itu.

Jika Anda mengikuti teladan Yesus dan gereja mula-mula dengan membangun persekutuan di sekitar kebersamaan dan makanan, Anda tidak hanya akan bertumbuh secara rohani—tetapi juga menunjukkan kepada dunia betapa besar sukacita menjadi bagian dari keluarga Allah. Melalui kebersamaan Anda, orang lain akan merasakannya dan ingin bergabung.

Renungkan :

- Bagaimana cara Anda dapat mengurangi rasa canggung atau stres saat berbagi makan bersama kelompok kecil Anda?

- Bagaimana Anda dapat menggunakan makanan untuk bersekutu dengan orang-orang di luar gereja dan menunjukkan keramahtamahan yang alkitabiah kepada mereka?

- Apakah Anda memperlakukan waktu bersama orang-orang di gereja dan keluarga Allah seperti Anda menjadwalkan acara penting lainnya—dengan komitmen dan disiplin? Mengapa atau mengapa tidak?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yehezkiel 6-11; I Timotius 5
_____________
Duduk makan bersama adalah bentuk dari persekutuan. Persekutuan sangat penting untuk saling bertumbuh dalam iman.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
==========
You Need Frequency in Your Fellowship - Daily Hope with Rick Warren - October 31, 2025

"They devoted themselves to the apostles' teaching and to fellowship, to the breaking of bread and to prayer. . . . They broke bread in their homes and ate together with glad and sincere hearts." Acts 2:42, 46 (NIV)
---------------------
You develop relationships through fellowship—spending time together in faith, purpose, and unity in Jesus Christ. And there's only one way you're going to build that kind of fellowship—and it's through frequency.

If you're already in a small group that meets regularly, that's great! But if your group meets very infrequently, then you may not be allowing yourself the opportunity for meaningful fellowship. It works best when you commit to seeing each other at least once a week, when you schedule time to study the Bible together and encourage one another.

You need frequency in your fellowship.

Acts 2 describes the first church in Jerusalem this way: "They devoted themselves to the apostles' teaching and to fellowship, to the breaking of bread and to prayer. . . . They broke bread in their homes and ate together with glad and sincere hearts, praising God and enjoying the favor of all the people. And the Lord added to their number daily those who were being saved" (Acts 2:42, 46-47 NIV).

One of my favorite tools of fellowship is food. I'm so glad the early church's example included eating together!

Jesus didn't do his ministry on earth alone. He shared life with his disciples. And almost every time Jesus taught and fellowshipped with the disciples, they were either walking or eating. Why? Because when people are walking or eating, they're relaxed. Your walls are down, you're not defensive, and you're open to feedback and new ideas. That's when the best communication and fellowship happen.

Jesus spent regular, intentional, focused time with his small group of disciples and enjoyed meals with them. The early church was "devoted" to being together and learning together and praying together. They found joy in spending time together around meals.

You'll find that following their example of fellowship around food won't just lead to amazing personal spiritual growth. It will show the world the joy we have in being part of God's family—and they'll want to join in too.


Rabu, 29 Oktober 2025

Anda Membutuhkan Tim untuk Mencapai Puncak

30 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Roma 12:5 "demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain."
-----------------------
Dalam bukunya High Adventure, Sir Edmund Hillary menceritakan kisah luar biasa tentang pendakiannya yang pertama kali menaklukkan Gunung Everest. Ia berkata, "Adalah kebodohan jika mencoba mendaki Gunung Everest sendirian. Anda tidak akan bisa melakukannya tanpa kelompok kecil."

Pernyataan itu benar—tidak hanya untuk mendaki gunung, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan!

Saya tidak tahu dari situasi apa Anda sedang berusaha "mendaki" keluar hari ini. Mungkin Anda sedang berusaha bangkit dari duka setelah kehilangan seseorang yang Anda kasihi. Banyak orang sedang mencoba bangkit dari jerat utang atau kesulitan ekonomi yang memperparah keadaan mereka.

Beberapa orang sedang berusaha keluar dari rasa bersalah karena kesalahan masa lalu. Ada juga yang berjuang untuk bangkit dari kehilangan pekerjaan, hilangnya mimpi atau bahkan rasa takut dan kepahitan hati yang menghalangi mereka mengikuti rencana Allah.

Jangan bawa lagi luka dari masa lalu ke dalam hari ini. Saatnya Anda melepaskannya. Tutup pintu pada masa lalu itu agar Anda dapat mendaki keluar dari perjuangan, rasa bersalah, dendam, ketidakamanan, kekhawatiran, dan ketakutan Anda. Bahkan di tengah kesedihan, Anda tetap harus bisa melangkah maju.

Kita semua ingin bangkit dari hal-hal yang menahan kita untuk mencapai tujuan hidup yang Allah tetapkan. Kita ingin menemukan potensi sejati kita. Kita ingin mencapai puncak dan mengalami yang terbaik dari Allah bagi hidup kita.

Namun, Anda tidak akan pernah mencapai ketinggian yang Allah ciptakan untuk Anda jika Anda berjalan sendirian. Anda membutuhkan kelompok orang yang berdiri bersama Anda, yang mendorong dan menguatkan Anda. Anda memerlukan teman-teman yang akan menarik Anda ke atas ketika Anda jatuh, dan komunitas yang membantu Anda terus bergerak maju menuju impian Allah bagi hidup Anda.

Anda tidak bisa melakukannya sendirian. Anda membutuhkan kelompok kecil.

"demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain." (Roma 12:5).

Renungkan :

- Dari hal apa Anda sedang berusaha "mendaki " keluar hari ini? Dalam hal apa Anda membutuhkan dukungan dari orang-orang di gereja atau keluarga Allah?

- Menurut Anda, mengapa Allah menciptakan kita untuk saling membutuhkan satu sama lain?

- Bagaimana Anda dapat menguatkan seseorang hari ini agar ia terus maju dan percaya pada Allah serta rencana-Nya bagi hidupnya?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yehezkiel 1-5; I Timotius 4
____________
Anda tidak bisa mencapai puncak mana pun dalam hidup sendirian. Anda membutuhkan sekelompok orang untuk menopang dan mendukung Anda.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
=============
You Need a Team to Reach the Peak - Daily Hope with Rick Warren - October 31, 2025

"Even though we are many individuals, Christ makes us one body and individuals who are connected to each other." Romans 12:5 (GW)
---------------------
In Sir Edmund Hillary's book, High Adventure, he recounts his amazing story of the first ascent of Mount Everest. He said, "It would be foolish to attempt to climb Mount Everest by yourself. You can't do it without a small group." That's true in every area of life!

You can't get to any of the peaks of life by yourself. You need a group of people to support you.

I don't know what you need to climb out of today. Maybe you're trying to climb out of grief and the loss of a loved one. Many people are trying to climb out of debt and the hole that was created or made worse by a tough economy.

Some are trying to climb out of guilt over a situation where they messed up. Others are trying to climb out of loss, like an unexpected job loss or the loss of a dream. Maybe you need to climb out of your fears or resentment that have kept you from God's plan for you.

Don't bring the hurt of yesterday into this day. It's time to let it go. You've got to close the door on it, so you climb out of your struggles, your guilt, your grudges, your insecurities, your worries, and your fears. Even in your grief, you have to be able to move forward.

We all want to climb out of the things that are holding us back from our purpose. We want to discover our potential. We want to reach the peak and experience God's best for our lives.

You will never reach the heights God created you to reach if you go by yourself. You need that group of people who will stand with you and encourage you. You need friends who will pull you up when you fall—a group that will help you keep moving toward God's dream for your life.

You can't do it without a small group.

"Even though we are many individuals, Christ makes us one body and individuals who are connected to each other" (Romans 12:5 GW).


Selasa, 28 Oktober 2025

Hiduplah dalam Relasi Seperti Yesus

29 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Markus 12:30–31 " Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu....Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
-----------------
Yesus memulai pelayanan-Nya di muka umum pada usia 30 tahun. Hal pertama yang Ia lakukan adalah dibaptis. Dan hal kedua yang Ia lakukan adalah membentuk kelompok kecil—Ia mengumpulkan 12 orang untuk menjadi kelompok kecil-Nya. Selama tiga tahun berikutnya, Ia bepergian, makan, dan melayani bersama mereka.

Bahkan Yesus sendiri membutuhkan kelompok kecil—padahal Ia sempurna! Itu berarti Anda lebih membutuhkan kelompok kecil daripada Yesus sendiri untuk bisa menjalani hidup ini dengan baik.

Mengapa? Karena kelompok kecil adalah wadah yang bersifat relasional.

Hal ini penting karena hidup adalah proses belajar untuk mengasihi. Dan Anda tidak dapat mengasihi tanpa membangun hubungan. Kelompok kecil adalah laboratorium rohani untuk belajar keterampilan berelasi. Di sanalah Anda belajar bagaimana mengasihi.

Anda tidak bisa berdialog dengan kerumunan orang. Tetapi dalam kelompok kecil, Anda dapat bertanya, berbagi hikmat, berdoa secara khusus bagi satu sama lain, saling mendukung dan berbagi suka duka kehidupan.

Salah satu masalah terbesar dalam budaya kita saat ini adalah bahwa kita hidup di antara orang-orang yang asing. Kita tidak lagi belajar bagaimana berelasi. Banyak orang bahkan tidak tahu bagaimana memulai percakapan—dan yang lebih buruk lagi, mereka tidak mau mencoba. Pintu garasi otomatis telah membuat kita semua menjadi "orang asing" di lingkungan kita! Kita tidak lagi perlu menyapa, berbicara atau berinteraksi dengan tetangga.

Kita tidak mahir dalam keterampilan relasional karena kita jarang menempatkan diri dalam situasi di mana kita bisa belajar dan melatihnya.

Yesus berkata bahwa hal terpenting dalam hidup ini adalah belajar mengasihi. Itulah yang disebut sebagai Hukum Terutama.

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu . . . dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Markus 12:30–31).

Artinya, hal terpenting yang perlu Anda lakukan di dunia ini adalah belajar membangun hubungan yang penuh kasih—mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Dan untuk itu, Anda harus mengenal orang lain secara pribadi.

Anda tidak perlu mengenal semua orang di gereja agar bisa merasa bahwa gereja itu adalah rumah rohani Anda. Tetapi Anda perlu mengenal beberapa orang dengan baik.

Anda memerlukan beberapa orang yang tahu kapan Anda sakit atau keluar dari rumah sakit, kapan Anda mendapatkan promosi atau kehilangan pekerjaan, kapan Anda kesulitan membayar tagihan, atau kapan Anda membutuhkan tumpangan ke bandara. Mereka mengenal Anda. Mereka bersukacita bersama Anda. Dan mereka hadir saat Anda membutuhkan mereka.

Anda belajar mengasihi orang lain seperti itu—seperti Yesus mengasihi kita—melalui sebuah kelompok kecil.

Renungkan :

- Mengapa belajar mengasihi seperti Yesus memerlukan niat dan kesungguhan hati?

- Apa ketakutan yang Anda rasakan saat harus membuka hidup Anda kepada orang lain?

- Dalam hal apa Yesus memberi teladan dalam mengasihi "kelompok kecil"-Nya, yaitu para murid-Nya?

Bacaan Alkitab Setahun :
Ratapan 4-5; I Timotius 3
_______________
Kelompok kecil bukan hanya bermanfaat—tetapi juga bersifat Alkitabiah!

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
============
Be Relational Like Jesus - Daily Hope with Rick Warren - October 29, 2025

"Love the Lord your God with all your heart . . . Love your neighbor as yourself." Mark 12:30-31 (NIV)
-----------------------
Jesus started his public ministry when he was 30 years old. The first thing he did was get baptized. And the second thing he did was start a small group; he went out and gathered 12 guys to be his small group. For the next three years, he traveled and ate and ministered with them.

Even Jesus needed a small group—and he was perfect! You need one even more than he did to make it in life.

Why? You need a small group because they're relational.

That's important because life is all about learning how to love. And you can't love unless you build relationships. Small groups are the laboratory for learning relational skills. They're a laboratory for learning how to love.

You can't have a conversation with a crowd. But in a small group you can ask questions and share wisdom. In a small group you can pray in specific ways for each other, get support, and share the ups and downs of life.

One of the problems in our culture today is that we live among strangers. People aren't learning relational skills anymore. We don't know how to make conversation—and worse, we sometimes don't even try. Electric garage doors have made us all strangers! We don't ever have to engage with or even meet our neighbors.

We're not very good at relational skills because we don't put ourselves in situations where we learn them.

Jesus said the most important thing in life is learning how to love, and it's called the Great Commandment: "Love the Lord your God with all your heart . . . Love your neighbor as yourself" (Mark 12:30-31 NIV). That means the most important thing for you to do on earth is to learn relational skills—loving God and loving other people. And to do that, you must get to know people personally.

You don't have to know everybody in the church for it to be your church. But you do have to know somebody.

You need a few people who know when you get sick or when you leave the hospital, when you get a raise or when you get laid off, when you can't pay a bill or when you need a ride to the airport. They know you. They celebrate with you. And they show up when you need them.

You learn to love others like that—like Jesus loves us—through a small group.

Senin, 27 Oktober 2025

Allah Selalu Menepati Janji-Nya

28 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Lukas 1:54–55 "Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya"
--------------------
Allah selalu menepati janji-Nya. Ia baik dan setia. Jika Ia membuat janji kepada Anda, Anda dapat mempercayaiNya sepenuhnya.

Inilah yang dinyanyikan Maria dalam Lukas 1: "Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya" (Lukas 1:54–55).

Dua ribu tahun sebelum Maria lahir, Abraham telah hidup. Dan pada masa itu, Allah membuat sebuah janji kepada Abraham: bahwa Ia akan memberkati keturunan Abraham dengan mengutus Sang Juruselamat melalui garis keturunannya.

Maria mengetahui janji yang pernah Allah ucapkan kepada Abraham—dan ia tahu bahwa Allah sedang menepati janji itu melalui bayi yang akan dilahirkannya.

Kisah Maria sebenarnya telah dimulai ribuan tahun sebelum ia lahir. Ada janji Allah kepada Abraham, dan ada nubuat dalam kitab Yesaya yang berkata:

"Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda i mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki,dan ia akan menamakan Dia Imanuel " (Yesaya 7:14).

Allah telah merencanakan takdir Maria bahkan sebelum dunia dijadikan. Maria menerima takdir itu dengan penuh iman dan Allah menepati janji-Nya. Ia mengutus Anak-Nya, Yesus, untuk lahir, hidup di dunia, mati di kayu salib menebus dosa kita, dan kemudian bangkit kembali.

Allah juga memiliki takdir yang telah Ia rencanakan untuk Anda.
Sebelum Ia membentuk bumi, Ia telah memikirkan Anda dan menyusun setiap hari dalam hidup Anda. Sekarang, pilihan ada di tangan Anda: apakah Anda mau menerima rencana yang telah Ia tetapkan bagi hidup Anda atau tidak.

Apakah Anda siap menerima takdir Allah bagi hidup Anda?
Jika ya, mari berdoa bersama dengan doa penyerahan diri berikut ini:

Doa Penyerahan Diri

Bapa, hari ini aku berserah dengan rendah hati kepada rencana-Mu bagi hidupku. Aku menyadari bahwa Engkau menciptakanku untuk tujuan-Mu.
Tidak ada seorang pun yang lebih peduli terhadap hidupku daripada Engkau dan aku tahu bahwa mengikuti rencana-Mu adalah kunci berkat sejati.
Maka hari ini aku merendahkan diriku di hadapan-Mu, sebab aku tahu Engkau memuliakan orang yang rendah hati.
Terima kasih karena Engkau selalu menepati janji-Mu. Hari ini aku membuat komitmen iman kepada-Mu.
Meskipun aku belum sepenuhnya mengerti apa yang akan terjadi, aku berkata "ya" kepada-Mu dan kepada takdir yang Engkau sediakan bagiku.
Tolong aku agar dapat mengikuti rencana-Mu mulai hari ini dan seterusnya.

Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.

Renungkan :

- Allah membuat janji kepada Abraham, tetapi butuh waktu dua ribu tahun sebelum janji itu digenapi dalam diri Yesus. Apakah rentang waktu itu justru membuat Anda semakin percaya atau malah merasa ragu tentang cara Allah bekerja dalam hidup Anda?

- Bagaimana Anda pernah melihat Allah menunjukkan kasih setia dan kemurahan-Nya kepada Anda atau keluarga Anda?

- Apakah Anda telah berdoa dengan doa penyerahan diri hari ini? Jika sudah, kembalilah membacanya dalam beberapa hari ke depan untuk mengingat komitmen Anda kepada Allah. Jika belum, pertimbangkanlah apa yang mungkin masih menahan Anda untuk membuat komitmen tersebut.

Bacaan Alkitab Setahun :
Ratapan 1-3; I Timotius 2
_______________
Anda dapat mempercayai janji Allah sepenuhnya. Allah tidak akan pernah mengecewakan

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
=============
God Keeps His Promises -

Daily Hope with Rick Warren - October 28, 2025

"He has kept the promise he made to our ancestors, and has come to the help of his servant Israel. He has remembered to show mercy to Abraham and to all his descendants forever!" Luke 1:54-55 (GNT)
-----------------------
God keeps his promises. He's good, and he's faithful. If he makes you a promise, you can count on it.

That's what Mary sang about in Luke 1: "He has kept the promise he made to our ancestors, and has come to the help of his servant Israel. He has remembered to show mercy to Abraham and to all his descendants forever!" (Luke 1:54-55 GNT).

Two thousand years before Mary, Abraham lived. And God made a promise to Abraham. He promised that he would bless Abraham's family by sending the Savior through his family line.

Mary knew the promise God had made to Abraham—and he knew God was keeping that promise through the baby she was going to have.

You see, Mary's story began thousands of years before she even was born. There was the promise God made to Abraham. And there was a prophecy in Isaiah: "Therefore the Lord himself shall give you a sign; behold, a virgin shall conceive, and bear a son, and shall call his name Immanuel" (Isaiah 7:14 KJV).

God planned Mary's destiny before the world began. She accepted that destiny, and God kept his promise. He sent his Son, Jesus, to be born, to live, to die on the cross for our sins, and to be resurrected.

God has a destiny planned for you too. Before he even formed the earth, he had you in mind and planned out each day of your life. Now, you have the choice of whether or not to accept what he has planned for you.

Are you ready to accept God's destiny for your life? If so, I invite you to pray this short prayer of surrender:

Father, today I surrender humbly to your plan for my life. I realize that you made me for your

purpose. No one cares about my life more than you do, and following your plan is the key to blessing. So I humble myself before you, knowing that you honor humility. Thank you for keeping your promises. Today I make a faith commitment to you. While I don't understand all that's going to be involved in it, I'm saying yes to you and to your destiny for my life. Help me to follow your plan from this day forward. In Jesus' name I pray. Amen.


Minggu, 26 Oktober 2025

Allah Memuliakan Kerendahan Hati

27 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Lukas 1:52 "Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah"
--------------
Allah selalu memberi Anda pilihan dan salah satu pilihan terpenting dalam hidup adalah apakah Anda akan mengikuti jalan yang Allah tetapkan atau membuat jalan Anda sendiri.

Dibutuhkan kerendahan hati untuk berkata, "Tuhan, aku akan mengikuti rencana-Mu, bukan rencanaku; aku akan berjalan di jalan-Mu, bukan jalanku sendiri."

Kesombongan, sebaliknya, berkata, "Aku tidak butuh Engkau, Tuhan. Aku punya rencana, mimpi dan ambisi sendiri. Aku akan melakukan apa yang aku mau."

Namun, Alkitab berulang kali menasihati kita untuk memilih kerendahan hati daripada kesombongan. Yakobus 4:6 berkata:
"Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati"

Amsal 18:12 menegaskan: "Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan."

Dan Yakobus 4:10 berjanji: "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu."

Saya ingin Allah memuliakan Anda—memuliakan keluarga Anda, pekerjaan Anda dan kehidupan Anda. Saya ingin Ia meninggikan kesehatan dan keuangan Anda. Tetapi Alkitab menegaskan bahwa semua itu berawal dari kerendahan hati.

Maria, ibu Yesus, memahami kebenaran ini. Ia berkata:
"Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa" (Lukas 1:51–53)

Kata-kata Maria ini merupakan puisi yang indah, sekaligus menggambarkan cara kerja Allah yang sering kali berlawanan dengan naluri manusia.

Maria memang tidak berpendidikan tinggi, tetapi ia mengenal Allah dan mengenal Firman-Nya. Ia tahu bahwa ia menginginkan berkat Allah dalam hidupnya. Maka ia merendahkan diri dan memilih mengikuti jalan yang Allah tentukan baginya.

Bagaimana dengan Anda?

Apakah Anda sedang dengan sombong menempuh jalan Anda sendiri?
Atau sudahkah Anda merendahkan diri dan berkomitmen untuk mengikuti jalan yang Allah siapkan bagi Anda?

Renungkan :

- Kapan Anda pernah memilih berjalan dengan sombong menurut jalan sendiri, bukan dengan rendah hati mengikuti jalan Allah? Apa hasilnya?

- Kapan Anda memilih untuk dengan rendah hati mengikuti jalan Allah, bukan rencana Anda sendiri? Bagaimana hasilnya?

- Jalan hidup seperti apa yang sedang Anda tempuh hari ini? Apakah Anda perlu berbalik arah agar berjalan di jalan yang Allah kehendaki bagi Anda?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yeremia 51-52; I Timotius 1
___________
Kebenarannya adalah: keputusan untuk mau mengikuti rencana Allah bagi hidup Anda, diperlukan kerendahan hati.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
===========
God Honors Humility - Daily Hope with Rick Warren - October 27, 2025

"He has brought down rulers from their thrones and raised up the humble." Luke 1:52 (NCV)
--------------------
God always gives you a choice, and one of the most important choices you'll make is whether to take his path for your life or to make your own way. And the truth is, following God's plan for your life takes humility.

It takes humility to say, "God, I'm going to go with your plan, not my plan; I'm going your way, not my way."

Pride says, "Forget you, God. I have my plans, dreams, and ambitions. I'm going to do what I want to do."

But the Bible urges us over and over again to choose humility over pride. James 4:6 says, "God resists the proud, but gives grace to the humble" (GNT). And Proverbs 18:12 says, "Before honor is humility" (NKJV). Then James 4:10 promises, "Humble yourselves before the Lord, and he will lift you up in honor" (NLT). 

I want God to honor you—to honor your family, your business, your life. I want him to lift up your health and your finances. But the Bible says that all of these things start with humility.

Mary, the mother of Jesus, knew this was true. She said, "He has done mighty deeds by his power. He has scattered the people who are proud and think great things about themselves. He has brought down rulers from their thrones and raised up the humble. He has filled the hungry with good things and sent the rich away with nothing" (Luke 1:51-53 NCV).

This is an amazing piece of poetry—and it paints the picture of how God works in ways that are opposite to our natural human instincts.

Mary wasn't educated, but she knew God and knew his Word. And she knew that she wanted his blessings. So she humbled herself and chose to take his path for her life.

What about you? Are you proudly following your own path? Or have you humbled yourself and committed to following God's path for you instead?

Sabtu, 25 Oktober 2025

Anda Selalu Ada di Dalam Pikiran-Nya

26 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Mazmur 115:12 "TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati"
------------------
Tidak ada seorang pun yang lebih peduli terhadap hidup Anda selain Allah sendiri. Bahkan, Ia peduli terhadap hidup Anda lebih daripada Anda peduli terhadap diri Anda sendiri.

Ada lagu lama dari Willie Nelson berjudul "You Were Always on My Mind." Namun, gagasan di balik lagu itu tidak sepenuhnya benar. Sebanyak apa pun Anda mengasihi seseorang, Anda tidak mungkin memikirkan orang itu setiap saat.

Namun, izinkan saya mengatakan ini: Anda selalu ada dalam pikiran Allah. Ia tidak pernah berhenti memikirkan Anda—bahkan saat ini pun, Ia sedang memikirkan Anda.

Alkitab menegaskan hal ini berulang kali. Mazmur 115:12 berkata: "TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati"

FirmanNya dalam Alkitab, 1 Petrus 5:7 berbunyi:
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu"

Apa pun yang menjadi kekhawatiran Anda juga menjadi perhatian Allah—semua hal yang Anda takuti, yang Anda khawatirkan, yang Anda pikirkan. Tidak ada satu pun hal dalam hidup Anda yang tidak diperhatikan oleh Allah, sebab Anda selalu ada di dalam pikiran-Nya.

Menjelang Natal yang pertama ribuan tahun lalu, Maria menerima takdir Allah bagi hidupnya karena ia tahu bahwa Allah selalu memperhatikannya. Setelah malaikat memberitahunya bahwa Allah telah memilih dia untuk menjadi ibu dari Anak-Nya, Maria berkata:

"Sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya." (Lukas 1:48)

Apa arti kata "memperhatikan" atau "mindful"? Itu berarti Allah waspada, penuh perhatian, sadar, dan terfokus pada Anda. Saat tidak ada seorang pun yang memperhatikan Anda, Allah sedang memperhatikan Anda. Ia melihat segalanya.

Yesus bahkan berkata tentang hidup Anda:

"Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya." (Matius 10:29–30).

Anda sendiri mungkin tidak tahu jumlah rambut di kepala Anda—tetapi Allah tahu. Begitulah besar perhatian-Nya terhadap hidup Anda!

Perhatian Allah—kesadaran-Nya, kepedulian-Nya, dan kasih-Nya—membuat Maria mempercayai Allah sepenuhnya dalam takdir hidupnya.

Apakah Anda juga bersedia mempercayai Allah dengan takdir hidup Anda?

Renungkan :

- Siapa orang yang paling sering Anda pikirkan? Seperti apa perhatian dan kepedulian yang Anda berikan kepada orang tersebut?

- Apa arti bagi Anda mengetahui bahwa Anda selalu ada dalam pikiran Allah?

- Apa dampaknya bagi hidup Anda ketika menyadari bahwa Allah memperhatikan setiap detail kecil dalam hidup Anda—bahkan sampai menghitung jumlah rambut di kepala Anda?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yeremia 48-50; II Tesalonika 3
_____________
Anda selalu ada dalam pikiran Allah, Ia juga selalu memperhatikan Anda. Itu berarti Anda dapat sepenuhnya mempercayai rencana-Nya bagi hidup Anda.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
==========
You're Always on His Mind

"The LORD, who is always thinking about us, will bless us." Psalm 115:12 (GW)
--------------
No one cares about your life more than God does. In fact, he cares about your life more than you do.

There's an old Willie Nelson song, "You Were Always on My Mind." But the idea behind that song just isn't true. No matter how much you love someone, they can't be on your mind all the time.

But I want to tell you this: You are always on God's mind. He is never not thinking about you. He's thinking about you right now.

The Bible teaches this over and over. Psalm 115:12 says, "The LORD, who is always thinking about us, will bless us" (GW). And the Living Bible paraphrase of 1 Peter 5:7 says, "Let him have all your worries and cares, for he is always thinking about you and watching everything thatu concerns you."

Whatever concerns you concerns God—all the things you're worried about or afraid about. There is nothing in your life you're concerned about that God isn't concerned about, because you are always on his mind.

Because you're always on God's mind, he's always looking out for you. And that means you can always trust his plan for your life.

Before that first Christmas so many years ago, Mary accepted God's destiny for her life because she knew God was always looking out for her. After the angel told her that God had chosen her as the mother of his Son, she said, "For he has been mindful of the humble state of his servant" (Luke 1:48 NIV).

What does "mindful" mean? That means God is alert. He's attentive. He's aware. He's focused. He's paying attention. When nobody else is paying attention to you, God's paying attention to you. He notices everything. In fact, Jesus said this about your life: "What is the price of two sparrows—one copper coin? But not a single sparrow can fall to the ground without your Father knowing it. And the very hairs on your head are all numbered" (Matthew 10:29-30 NLT).

You don't know the number of hairs on your head—but God does. That's how much attention he pays to your life!

God's mindfulness—his attention, his concern—made Mary trust God with her destiny. Will you trust him with your destiny too?


Jumat, 24 Oktober 2025

Akankah Anda Menerima Rencana Allah?

25 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Lukas 1:38 "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."
-----------------
Rencana Anda sebagian besar ditentukan oleh pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan. Semakin berani dan jujur pertanyaan yang Anda tanyakan, semakin jauh pula Anda akan melangkah dalam hidup.

Menjelang Natal yang pertama, Maria—yang akan menjadi ibu dari Yesus—harus menghadapi satu pertanyaan besar dan berani:

Akankah aku menerima rencana Allah bagi hidupku?

Ada banyak kesalahpahaman tentang Maria. Namun, yang membuat Maria begitu istimewa bukanlah karena statusnya atau kedudukannya, melainkan karena ia bersedia menerima panggilan Allah. Ia bersedia mempercayai Allah, bahkan ketika hal itu menuntunnya pada sesuatu yang tidak ia pahami sepenuhnya.

Alkitab menceritakan kisah Maria:
"Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu." (Lukas 1:26–29)

Maria masih sangat muda—mungkin tidak lebih dari 15 tahun. Dan tiba-tiba, seorang malaikat datang dan berkata bahwa Allah akan mengutus Juruselamat ke dunia, yang akan lahir seperti bayi pada umumnya—dan Maria akan menjadi ibu dari bayi itu, meskipun ia masih perawan.

Bagaimana reaksi Maria? "Maria sangat terkejut . . ." Ia ketakutan. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus dikatakan atau kepada siapa ia bisa bercerita. Ia mungkin berpikir, "Tidak ada yang akan percaya kepadaku—tidak ibuku, tidak teman-temanku, bahkan tidak Yusuf." Ia merasa takut.

Namun malaikat menenangkan hatinya:
"Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." (Lukas 1:30–33)

Ini bukanlah kelahiran biasa, karena bayi ini bukan bayi biasa. Anak ini adalah Anak Allah sendiri—Mesias, Sang Juruselamat dunia.

Dan bagaimana tanggapan akhir Maria? Alkitab mencatat:
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Lukas 1:38)

Mengapa Allah memilih Maria di antara semua wanita di dunia untuk menjadi ibu Sang Mesias?

Bukan karena pendidikannya—ia tidak bersekolah.
Bukan karena kekayaannya—ia hanyalah gadis desa yang miskin.
Bukan pula karena kedewasaannya—ia masih sangat muda.

Allah memilih Maria karena ia mempercayai Allah sepenuhnya dan bersedia menerima takdir Allah bagi hidupnya, meskipun itu berarti menghadapi kesulitan, salah paham dan penolakan.

Bagaimana dengan Anda?

Apakah Anda bersedia berkata "ya" kepada takdir Allah bagi hidup Anda—bahkan ketika Anda merasa takut, ragu atau tahu bahwa jalan di depan tidak mudah?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yeremia 44-47; II Tesalonika 2
______________
Percayalah, rencana Allah bagi hidup Anda adalah yang terbaik, jauh lebih baik daripada rencana apa pun yang dapat Anda buat sendiri.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
===========
Will You Accept God's Destiny?

"I am the Lord's servant, and I am willing to do whatever he wants." Luke 1:38 (TLB)
-------------------
Your destiny is largely determined by the questions you ask. The braver and more honest your questions, the further in life you're going to go

Just before the very first Christmas, Mary—who would become the mother of Jesus—had to ask herself a very brave, important question: Will I accept God's destiny for me?

There are a lot of misconceptions about Mary. But what made Mary very special is that she was willing to accept her destiny. She was willing to trust God in the things he was calling her to do.

The Bible tells us Mary's story: "God sent the angel Gabriel to Nazareth, a town in Galilee, to a virgin pledged to be married to a man named Joseph, a descendant of David. The virgin's name was Mary. The angel went to her and said, 'Greetings, you who are highly favored! The Lord is with you!' Mary was greatly troubled at his words and wondered what kind of greeting this might be" (Luke 1:26-29 NIV).

Mary was young—probably no older than 15. And an angel showed up and basically told her, "God's about to send a Savior into the world, to be born just like everyone else. And you're going to be that baby's mom, even though you're still a virgin."

And Mary's response? "Mary was greatly troubled . . ." Mary was terrified. She didn't know what to do, what to say, or who to tell. She probably thought, "No one's going to believe me. Not my mom, my friends, or even Joseph." She was afraid.

The story continues: "The angel said to her, 'Do not be afraid, Mary; you have found favor with God. You will conceive and give birth to a son, and you are to call him Jesus. He will be great and will be called the Son of the Most High. The Lord God will give him the throne of his father David, and he will reign over Jacob's descendants forever; his kingdom will never end" (Luke 1:30-33 NIV).

This would be no ordinary birth because this was no ordinary baby. This child was going to be the Son of God—the Messiah, the Savior.

And how did Mary eventually respond? The Living Bible paraphrase records her response: "I am the Lord's servant, and I am willing to do whatever he wants. May everything you said come true!" (Luke 1:38).

Why did God choose Mary over all the other women on the planet to be the Messiah's mother?

It wasn't because of her education. She had none. It wasn't because of her wealth. She was a poor peasant girl. It wasn't because of her maturity. She was barely a teenager. Why did God choose Mary?

Because she trusted God completely and she was willing to accept God's destiny for her, even though it meant hardship, misunderstanding, and criticism.

What about you? Are you willing to say yes to God's destiny for you—even if you are afraid or doubting or know the road will be tough? You can trust that God's destiny for your life is best for your life, far better than anything you can think up for yourself.

Kamis, 23 Oktober 2025

Bagaimana Mengingat Apa yang Allah Katakan kepada Anda

24 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Habakuk 2:2 "Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya."
----------------------
Salah satu bagian penting dari belajar mendengar suara Allah—dan mengingat apa yang Ia katakan—adalah dengan menuliskannya. Ini disebut kebiasaan rohani journaling atau menulis catatan rohani dan merupakan kebiasaan yang sangat baik untuk dipahami serta dipraktikkan oleh setiap pengikut Kristus.

Sebuah jurnal rohani berbeda dari buku harian. Buku harian berisi tentang apa yang Anda lakukan, sedangkan jurnal rohani berisi doa-doa Anda kepada Allah dan pelajaran-pelajaran yang Anda terima dari-Nya—termasuk kesalahan yang pernah Anda buat dan apa yang Allah ajarkan melalui kesalahan itu. Jurnal rohani adalah catatan tertulis tentang perjalanan iman Anda bersama Allah.

Salah satu cara untuk membuat jurnal adalah dengan menulis jawaban Allah terhadap pertanyaan-pertanyaan Anda. Saat membaca Alkitab, tuliskan pertanyaan yang muncul di pikiran Anda. Kemudian, catat hal-hal yang Allah tunjukkan kepada Anda melalui pembacaan itu.

Habakuk melakukan hal yang sama ketika ia ingin mendengar suara Allah. Dalam kitab Habakuk, Tuhan berkata:
"Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya." (Habakuk 2:2).

Itulah sebabnya kita memiliki kitab Habakuk dalam Alkitab. Pada pasal pertama, Habakuk menulis apa yang ia katakan kepada Allah dan pada pasal kedua, ia menulis apa yang Allah katakan kepadanya.

Demikian pula, kita memiliki kitab Mazmur karena Daud menuliskan isi hatinya saat bersekutu dengan Allah. Dalam beberapa mazmur, Daud memulai dengan perasaannya—dan kemudian menutupnya dengan apa yang Allah sampaikan kepadanya.

Cara lain untuk membuat jurnal rohani adalah dengan menuliskan doa-doa Anda. Ketika Anda menulis doa, Anda sedang meninggalkan warisan rohani bagi anak dan cucu Anda. Bayangkan pengaruh yang bisa Anda berikan bagi generasi mendatang jika Anda memelihara jurnal rohani secara konsisten. Alkitab berkata:
"Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN" (Mazmur 102:18)

Menuliskan doa-doa juga memungkinkan Anda untuk mencatat jawaban-jawaban Allah ketika doa itu dikabulkan.

Seorang jemaat di gereja kami pernah bercerita bahwa ia menganggur selama satu tahun. Ia mengatakan masa itu sangat berat dan menakutkan, penuh dengan kekhawatiran. Namun selama masa sulit itu, ia menulis jurnal setiap hari, mencatat setiap peristiwa dan pelajaran yang ia pelajari bersama Allah.

Hampir sepuluh tahun kemudian, ia kehilangan pekerjaan lagi. Ia berkata, "Kali ini saya tidak perlu kembali melalui semua kecemasan seperti dulu. Saya cukup membaca kembali apa yang telah saya tulis sembilan tahun lalu. Saya diingatkan bagaimana Allah telah memelihara saya dan menuntun saya sepanjang tahun itu."

Jika Anda tidak menuliskan apa yang Anda pelajari, Anda akan melupakannya. Ingatlah pepatah ini:
"Pensil terpendek lebih panjang daripada ingatan terpanjang."

Renungkan :

- Seperti apa bentuk "menuliskan hal-hal" bagi Anda? Mungkin buku khusus, berkas di komputer, atau catatan di ponsel? Pikirkan cara kreatif untuk mencatat doa-doa dan pelajaran rohani Anda.

- Apa yang sedang Allah ajarkan kepada Anda saat ini yang bisa Anda tulis dalam jurnal hari ini?

- Mulailah doa Anda dengan menuliskan jawaban atas pertanyaan ini:

a. Sifat Allah apa yang paling Anda kasihi?
b. Siapa dalam hidup Anda yang membutuhkan campur tangan Allah?
c. Dalam hal apa Anda memerlukan penyediaan Allah?
d. Untuk hal apa Anda ingin berterima kasih kepada Allah hari ini?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yeremia 38-43; II Tesalonika 1
_____________
Jadi, tuliskanlah! Bangunlah sebuah catatan tentang pemeliharaan Allah yang dapat Anda lihat kembali kapan pun Anda membutuhkannya.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
===========
How to Remember What God Says to You

By Rick Warren

"The Lord gave me this answer: 'Write down clearly on tablets what I reveal to you, so that it can be read at a glance'" (Habakkuk 2:2 GNT).
----------------------
Part of learning to hear God speak—and remembering what he says—is writing it down. This is the spiritual habit of journaling, and it's a great one for followers of Jesus to understand and practice.

A journal is not a diary. A diary is about the things you did. But a journal contains your prayers to God and the lessons you've learned—the mistakes you've made and what he has taught you through them. It's a written record of your journey with God.

One way to journal is to write God's responses to your questions. As you read the Bible, write down the questions that come to your mind. Then record the things God reveals to you.

Habakkuk did that when he wanted to hear God speak. In the book of Habakkuk, the Lord said, "Write down clearly on tablets what I reveal to you, so that it can be read at a glance" (Habakkuk 2:2 GNT). That's how we got the book of Habakkuk. In chapter one, Habakkuk wrote down what he said to God. And in chapter two, he wrote down what God said back to him.

That's also how we got the book of Psalms. Many of the psalms were written by David during his quiet moments with God. In some, he begins with what he's feeling and ends with what God says.

Another way to journal is to write down your prayers. When you write them down, it preserves a spiritual legacy for your children and grandchildren. Imagine the influence you can have for generations to come if you keep a spiritual journal. The Bible says, "Write these things for the future so that people who are not yet born will praise the LORD" (Psalm 102:18 NCV).

Writing down your prayers also gives you the opportunity to record God's answers when they come. A man in our church once told me about a time when he was unemployed for a year. He said that it was horrendous and scary, full of fear and anxiety. But during that time, he kept a daily journal of everything that happened and the lessons he learned along the way.

Almost a decade later, he was laid off again. He told me, "Instead of having to go back through all those lessons and all that anxiety again, I just read what I had written nine years earlier. I didn't have to walk through all that pain again. I remembered how God had taken care of me. I could see how he had led me through that entire year." 

If you don't write down what you're learning, you're going to forget. The shortest pencil is longer than the longest memory—so write it down! And build a record of God's care that you can return to again and again.


Rabu, 22 Oktober 2025

Luangkan Waktu untuk Berdiam Diri

23 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Matius 6:6 "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
--------------------
Anda tidak akan dapat mendengar suara Allah jika hidup Anda dipenuhi dengan kebisingan. Anda perlu menyendiri dan berdiam diri. Banyak orang menyebut hal ini sebagai waktu teduh.

Dalam Alkitab, Yesus berkata :
"Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Ada hal penting yang perlu Anda sadari tentang mendengar suara Allah dan menerima visi-Nya bagi hidup Anda: Allah ingin bertemu dengan Anda.

Dalam Yeremia 33:3 tertulis: "Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yang tidak kauketahui."

Mungkin Anda merasa sedang menunggu Allah—tetapi sering kali, justru Allah yang sedang menunggu Anda. Ia menciptakan Anda untuk menjalin hubungan pribadi dengan-Nya dan Ia senang ketika Anda meluangkan waktu bersama-Nya. Ia rindu menjadi bagian dari keseharian Anda, seperti janji tetap di kalender Anda. Allah itu sabar, tetapi Ia selalu siap bertemu dengan Anda.

Namun, menemukan waktu tenang di dunia modern ini memang tidak mudah. Banyak orang tidak menyadari betapa bisingnya lingkungan mereka. Hampir di setiap ruang tunggu, toko atau lift, selalu ada musik. Dalam hidup kita saat ini, tempat yang benar-benar tenang hampir tidak ada.

Dan jika Anda memiliki anak-anak di rumah, tentu tantangannya lebih besar lagi! Tapi ada harapan. Susanna Wesley—ibu dari John dan Charles Wesley—memiliki 18 anak! Putranya, John, mendirikan Gereja Metodis dan membantu menyebarkan kekristenan di seluruh Amerika, sedangkan Charles menulis lebih dari 6.000 lagu rohani.

Bagaimana mungkin seseorang dengan 18 anak bisa menemukan waktu untuk menyendiri dan berdoa? Dalam biografinya tertulis bahwa setiap sore selama satu jam, Susanna akan duduk di kursi goyang kesayangannya dengan celemek menutupi kepalanya. Semua anak tahu bahwa jika Ibu sedang menutupi kepala dengan celemek, itu berarti: "Jangan ganggu Ibu!"

John Wesley kemudian mengatakan bahwa doa-doa ibunya adalah yang membentuk hidupnya. Jika seorang ibu dengan 18 anak di abad ke-17 dapat meluangkan waktu untuk berdiam diri bersama Allah, maka Anda pun pasti bisa.

Renungkan dan Diskusikan

- Berapa banyak waktu dalam sehari yang benar-benar Anda habiskan dalam keheningan?

- Gangguan apa yang dapat Anda singkirkan agar Anda bisa memprioritaskan waktu pribadi dengan Allah setiap hari?

- Dampak apa yang mungkin terjadi jika Anda menjaga waktu teduh secara konsisten—tidak hanya bagi diri Anda, tetapi juga bagi keluarga Anda?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yeremia 34-37; I Tesalonika 5
____________
Jadilah seseorang yang sungguh-sungguh merindukan hadirat-Nya. Luangkan waktu untuk tenang dan temui Tuhan di tempat sunyi.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
============
Make Time to Be Quiet

By Rick Warren

"Find a quiet, secluded place so you won't be tempted to role-play before God. Just be there as simply and honestly as you can manage. The focus will shift from you to God, and you will begin to sense his grace." Matthew 6:6 (MSG)
-------------------
You can't hear God speaking to you if your life is full of noise. You've got to get alone, and you've got to be quiet. Many people call this a quiet time.

In The Message paraphrase, Jesus says it like this: "Find a quiet, secluded place so you won't be tempted to role-play before God. Just be there as simply and honestly as you can manage. The focus will shift from you to God, and you will begin to sense his grace."

There's something critical you need to realize about hearing God speak and getting his vision for your life: He wants to meet with you. In fact, in Jeremiah 33:3 it says, "Call to me and I will answer you and tell you great and unsearchable things you do not know" (NIV).

You may feel like you're waiting on God—but often, God is waiting on you. He created you for a relationship, and he loves it when you spend time with him. He longs to be part of your everyday life, like a regular appointment on your calendar. God is patient, but he's always ready to meet with you.

But getting alone in a quiet place can be pretty difficult in today's world. Most people don't realize how noisy their surroundings really are. Every waiting room, grocery store, and elevator has music. There are very few places in our lives that are actually quiet.

And if you've got kids at home, it's even more difficult! But let me give you some hope. Susanna Wesley, mother of John and Charles Wesley, had 18 children in total! Her son, John, founded the Methodist church and helped spread Christianity across America, and Charles, wrote more than 6,000 hymns.

How does anyone find time to get quiet and be alone when they have 18 children? Her biography says that for an hour every afternoon, she would sit in her favorite rocking chair with her apron thrown over her head. The kids knew that if she had an apron over her head, it meant, "No child bothers Mom!"

Wesley said it was the prayers of his mom that shaped his life. If a mother with 18 children living in the 1600s can find time to be alone with God, you can too. Be desperate for it. Make time to be quiet and meet with the Lord.


Selasa, 21 Oktober 2025

Apakah Anda Benar-Benar Ingin Mendengar Suara Allah?

22 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Ulangan 4:29 "Dan baru di sana engkau mencari TUHAN, Allahmu, dan menemukan-Nya, asal engkau menanyakan Dia dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu"
----------------------
Langkah pertama untuk mendengar suara Allah adalah benar-benar menginginkannya. Anda tidak menganggapnya sebagai pilihan tambahan atau sekadar ide yang baik—melainkan sebagai sebuah kebutuhan yang mutlak!

Allah tidak ingin menyatakan impian dan visi-Nya bagi hidup Anda hanya untuk Anda perbincangkan atau perdebatkan. Ia tidak ingin menunjukkan tujuan keberadaan Anda di bumi ini hanya untuk Anda katakan, "Saya akan memikirkannya dulu"

Anda harus melihatnya sebagai sesuatu yang esensial. Anda perlu berkata, "Saya harus tahu mengapa saya ada di dunia ini. Saya harus tahu apa yang Engkau kehendaki dalam hidup saya. Saya harus mendengar suara-Mu. Saya harus melihat visi-Mu bagi saya."

Raja Daud menulis dalam Mazmur:
"dan aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku" (Mazmur 40:8)

"Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu" (Mazmur 119:20)

Daud dengan penuh semangat menyatakan bahwa yang paling ia inginkan dalam hidup adalah menghormati Allah. Ketaatan dan mengikuti kehendak Allah bukanlah pilihan baginya—melainkan panggilan hidup. Dalam berbagai bagian Mazmur, Daud menggunakan ungkapan seperti "Aku merindukannya", "Aku haus akan itu" , "Aku lapar akan Firman-Mu" dan "Aku seperti rusa yang haus mencari air."

Banyak orang berbicara kepada Allah, tetapi tidak pernah benar-benar mendengar-Nya. Bagi mereka, doa hanyalah monolog. Namun, hubungan yang sehat tidak pernah berupa monolog—melainkan dialog. Bayangkan jika saya selalu berbicara kepada istri saya, tetapi ia tidak pernah berbicara kembali kepada saya—itu bukanlah hubungan sejati. Anda harus berkomunikasi dua arah.

Berbicara kepada Allah dalam doa sangat penting, tetapi demikian pula mendengarkan Dia dan membiarkan-Nya berbicara kepada Anda. Bagaimana caranya? Langkah pertama adalah benar-benar menginginkannya lebih dari segalanya.

Ulangan 4:29 berkata: "Dan baru di sana engkau mencari TUHAN, Allahmu, dan menemukan-Nya, asal engkau menanyakan Dia dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu"

Itu adalah janji dari Allah—dan janji itu pasti terjadi!

Renungkan :

- Hal apakah yang paling Anda rindukan dalam hidup? Apakah kehidupan Anda saat ini mencerminkan kerinduan tersebut?

- Bagaimana Anda dapat menumbuhkan semangat atau gairah yang lebih besar untuk mengenal Allah dalam hidup Anda?

- Pikirkan sikap hati Anda ketika datang kepada Allah untuk meminta petunjuk. Apakah Anda benar-benar siap untuk menanggapi-Nya dengan ketaatan?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yeremia 29-33; I Tesalonika 4 : 13-18
_____________
Ketika kerinduan Anda mencapai titik sedalam itu, Anda akan mulai mendengar suara Allah.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
============
Do You Really Want to Hear from God?

By Rick Warren

"You will search again for the Lord your God. And if you search for him with all your heart and soul, you will find him." Deuteronomy 4:29 (NLT)
---------------------
The first step to hearing from God is really wanting it. You don't see it as optional or just a nice idea—you see it as a necessity!

God doesn't want to tell you his dream and vision for your life so you can debate and discuss it. He doesn't want to tell you what he put you on earth to do just so you can say, "Let me think about it."

You need to see it as a necessity. You have to say, "I've got to know why I'm here. I've got to know what you want me to do with my life. I've got to hear your voice. I've got to have your vision."

King David wrote in the book of Psalms, "My God, I want to do what you want" (Psalm 40:8 NCV), and "What I want most and at all times is to honor your laws" (Psalm 119:20 CEV).

David passionately declared that what he wanted most of all was to honor God. Being obedient and following God were not options for him. In other parts of the Bible, David used phrases like, "I long for it," "I crave it," "I hunger for it," and "I'm like a deer panting for water."

When you get that desperate, you're going to hear from God.

A lot of people talk to God but never hear from God. For them, prayer is a monologue. But no healthy relationship is a monologue—you need a dialogue. What if I always talked to my wife, but she never talked to me? That's not a relationship. You've got to have a conversation.

Talking to God in prayer is important but so is listening to him and letting him talk to you. How does that happen? First, you've got to want it more than anything else.

Deuteronomy 4:29 says, "You will search again for the Lord your God. And if you search for him with all your heart and soul, you will find him" (NLT). That's a promise from God, so it's guaranteed!


Senin, 20 Oktober 2025

Suara Allah Membawa Damai Sejahtera

21 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Filipi 4:6–7 "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."
-----------------
Jika Anda merasa kewalahan atau bingung terhadap suatu keputusan yang harus diambil, bisa jadi Anda sedang terlalu berfokus pada diri sendiri dan tidak benar-benar mendengarkan suara Allah. Alkitab berkata: "Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera." (1 Korintus 14:33). Allah bukan sumber kebingungan.

Ketika Allah berbicara, Ia tidak menimbulkan kegelisahan atau kekhawatiran—justru sebaliknya. Salah satu tanda bahwa Anda telah mendengar suara Allah adalah ketika Anda berada di tengah badai kehidupan, semua orang di sekitar Anda panik, namun Anda merasakan ketenangan yang tak dapat dijelaskan. Itulah tanda pasti bahwa Anda sedang mendengar suara-Nya. Suara Allah membawa damai.

Jadi, jika Anda merasa bingung dan gelisah, itu berarti suara yang Anda dengar bukan berasal dari Allah.

Sebagai orang tua, apakah Anda ingin anak-anak merasa tertekan atau bingung ketika Anda memberi mereka perintah? Tentu tidak. Anda ingin mereka mengerti apa yang harus dilakukan dan kemudian menaati Anda. Allah Bapa menginginkan hal yang sama bagi kita.

Jika Anda merasa cemas dan tertekan, bisa jadi karena Allah sudah meminta Anda melakukan sesuatu, tetapi Anda terus berkata "tidak." Tekanan akan muncul ketika Anda menolak kehendak-Nya. Namun, selalu ada damai ketika Anda berkata "ya" pada apa yang Allah minta untuk Anda lakukan.

Iblis berusaha mendorong kita secara kompulsif, tetapi Allah menarik kita dengan kasih. Iblis ingin memanfaatkan dorongan hati kita yang tidak terarah untuk menguasai hidup kita. Namun Allah, Sang Gembala yang Baik, ingin menarik kita mendekat kepada-Nya agar kita mengalami damai sejahtera-Nya.

Seorang pendeta yang sangat saya hormati—almarhum Peter Lord—pernah berkata, "Sembilan puluh persen dari apa yang Allah ingin sampaikan kepada Anda adalah dorongan semangat." Jika Anda merasa bahwa suara Allah hanya berisi teguran atau pesan negatif, berarti ada yang salah. Jika Anda tidak merasakan damai ketika mendengarkan-Nya atau merasa semakin cemas setelah merasa Allah berbicara, maka mungkin itu bukan dari-Nya.

Alkitab berkata: "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6–7).

Renungkan :

- Keputusan apa yang sedang membuat Anda merasa gelisah, khawatir, atau terbebani? Apakah Anda yakin hal itu berasal dari Allah?

- Pikirkan keputusan yang sedang Anda hadapi saat ini. Bagian mana dari Filipi 4:6–7 yang sudah Anda lakukan, dan bagian mana yang perlu Anda mulai lakukan?

- Apa yang pernah Allah minta Anda lakukan tetapi belum Anda taati? Apa akibat dari ketidaktaatan itu?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yeremia 25-28; I Tesalonika 4 : 1-12
____________
Anda dapat mempercayai satu hal ini: Ketika Allah berbicara, firman-Nya membawa damai sejahtera, bukan kecemasan.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
=============
God's Voice Brings Peace

By Rick Warren

"Don't worry about anything; instead, pray about everything. Tell God what you need, and thank him for all he has done. Then you will experience God's peace, which exceeds anything we can understand. His peace will guard your hearts and minds as you live in Christ Jesus." Philippians 4:6-7 (NLT)
---------------------
If you feel overwhelmed or confused about a decision you're trying to make, you might be wrapped up in yourself and not listening for God's voice. The Bible says, "God is not a God of disorder but of peace" (1 Corinthians 14:33 NIV). He is not the author of confusion.

When God speaks, it doesn't create anxiety and worry. In fact, it creates the exact opposite. One sign you've heard God's voice is when you're in the middle of a storm—everyone else is worried and running around—yet you have a peace you can't explain. That's a sure sign you're hearing from him. His voice gives you peace.

So if you're feeling confused, guess what? It's not God's voice speaking.

If you're a parent, do you want your kids to feel pressured or confused when you ask them to do something? No. You want them to understand what to do and then respond in obedience. God the Father wants the same thing for and from us.

If you're feeling some anxiety and pressure, it might be because God's told you to do something, and you keep saying "no." That's when pressure does build. But there's always peace when you say "yes" to what God's asking you to do.

Satan wants to drive us compulsively, but God wants to draw us compassionately. Satan wants to take advantage of our compulsions and use them to drive our lives. But God is our Good Shepherd. He wants to draw us in toward himself and experience his peace.

A pastor I deeply respect—the late Peter Lord—used to say, "Ninety percent of what God wants to say to you is encouragement." If negative messages are all you ever hear from God, something's wrong. If you can't sense God's peace about something as you're listening to him, or if you feel like God's told you to do something but you're increasingly anxious because of it, something's not right.

The Bible tells us, "Don't worry about anything; instead, pray about everything. Tell God what you need, and thank him for all he has done. Then you will experience God's peace, which exceeds anything we can understand. His peace will guard your hearts and minds as you live in Christ Jesus" (Philippians 4:6-7 NLT).

You can count on this: When God speaks, his words bring peace, not anxiety.


GRIFT lebih penting dari IQ



Banyak orang masih percaya bahwa kecerdasan intelektual atau IQ adalah penentu utama kesuksesan. Sekolah pun seringkali menilai murid dari angka-angka di rapor, ranking, atau nilai ujian. Padahal, penelitian modern menunjukkan bahwa faktor yang lebih menentukan dalam kesuksesan jangka panjang bukanlah IQ, melainkan grit—yaitu kombinasi antara ketekunan, semangat pantang menyerah, dan kemampuan bertahan menghadapi kegagalan. Ironisnya, konsep grit ini justru jarang diajarkan di sekolah, padahal ia adalah pondasi penting dalam kehidupan nyata. Grit membuat seseorang terus berjalan ketika semua orang berhenti. Ia adalah energi yang membuat orang mau mengulang, mencoba lagi, dan tidak menyerah meski berkali-kali gagal. Berbeda dengan IQ yang sifatnya bawaan, grit bisa dilatih dan dibentuk. Namun sayangnya, sistem pendidikan lebih sering berfokus pada hafalan, nilai ujian, dan persaingan akademis, sehingga anak-anak tidak mendapat ruang untuk mengembangkan mental tangguh ini. 1. Sekolah Lebih Fokus pada Angka daripada Karakter Kebanyakan sekolah masih menilai murid berdasarkan angka: berapa nilainya di matematika, seberapa tinggi skor ujian nasional, atau ranking berapa di kelas. Akibatnya, yang dianggap "berprestasi" hanyalah mereka yang unggul secara akademis. Padahal, dunia nyata tidak menilai kita hanya dari angka di rapor, melainkan dari bagaimana kita menghadapi tantangan. Fokus berlebihan pada angka ini membuat anak belajar untuk mengejar nilai, bukan proses. Mereka takut gagal, takut salah, dan hanya ingin terlihat pintar. Grit tidak tumbuh dalam lingkungan seperti ini, karena grit lahir dari keberanian untuk jatuh, lalu bangkit lagi. Selama sekolah tidak memberi ruang untuk itu, anak-anak akan lebih mementingkan nilai daripada mentalitas pantang menyerah. 2. Grit Membutuhkan Kegagalan, Tapi Sekolah Menghindarinya Untuk membentuk grit, seseorang harus berani gagal. Kegagalan adalah guru yang mengajarkan bagaimana cara bertahan, bangkit, dan terus mencoba. Namun, sekolah justru menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang memalukan. Nilai merah, tidak naik kelas, atau salah menjawab soal seringkali membuat anak dicap "bodoh". Padahal, di dunia nyata, orang sukses justru mereka yang paling banyak gagal. Mereka mencoba bisnis berkali-kali, gagal, lalu belajar lagi sampai akhirnya berhasil. Sayangnya, kultur sekolah yang anti-gagal membuat anak tidak terbiasa menghadapi tekanan, sehingga ketika masuk dunia kerja atau bisnis, mereka mudah runtuh hanya karena sekali gagal. 3. IQ Adalah Bawaan, Grit Adalah Latihan IQ pada dasarnya sulit berubah. Orang bisa saja sedikit meningkatkan kemampuan kognitifnya, tapi tidak banyak. Sementara itu, grit adalah sesuatu yang bisa dilatih setiap hari: dengan membiasakan disiplin, dengan menunda kesenangan sesaat, dan dengan terus bergerak meskipun tidak langsung ada hasil. Namun, karena grit bukan sesuatu yang bisa diukur dengan angka, sekolah jarang menaruh perhatian pada hal ini. Tidak ada mata pelajaran "grit" atau rapor tentang ketekunan. Akibatnya, orang tua dan guru lebih sibuk mengejar hal-hal yang terlihat jelas (nilai, ranking, piala), daripada membangun kualitas tak terlihat yang justru menentukan masa depan anak. 4. Dunia Nyata Menghargai Grit Lebih dari IQ Di tempat kerja, perusahaan lebih menghargai orang yang konsisten, bisa bekerja keras, dan mampu bertahan dalam tekanan, daripada orang yang sekadar pintar tapi mudah menyerah. Begitu juga dalam bisnis, investor lebih percaya pada founder yang gigih dan tidak gampang putus asa, daripada yang hanya punya ide cemerlang tanpa daya juang. Artinya, grit adalah "mata uang" yang sebenarnya dibutuhkan di dunia nyata. Namun ironisnya, anak-anak tidak pernah diajari cara membangun grit di sekolah. Mereka baru sadar pentingnya grit setelah terjun ke kehidupan nyata, ketika menyadari bahwa IQ tinggi saja tidak cukup untuk bertahan. 5. Grit Adalah Fondasi Kesuksesan Jangka Panjang Orang dengan grit tahu bahwa sukses bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling tahan lama. Grit membuat seseorang tetap berlari meskipun perlahan, tetap mencoba meskipun gagal, dan tetap percaya meskipun semua orang meragukannya. Inilah kualitas yang membuat perbedaan besar antara orang biasa dengan orang luar biasa. Namun, selama sekolah hanya fokus pada kecerdasan otak, banyak anak akan tumbuh tanpa fondasi mental ini. Akibatnya, mereka mungkin pintar di atas kertas, tapi rapuh ketika menghadapi kenyataan hidup. Grit seharusnya diajarkan sejak dini, agar anak-anak tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga tangguh secara mental. ⸻ Grit lebih penting dari IQ karena ia adalah bahan bakar yang menjaga kita tetap bergerak saat semua pintu tertutup. Sayangnya, sekolah jarang menekankan pentingnya grit, karena terlalu sibuk dengan nilai akademis. Padahal, dalam jangka panjang, gritlah yang akan menentukan siapa yang bertahan, siapa yang menyerah, dan siapa yang akhirnya mencapai puncak. Jika sekolah tidak mengajarkannya, maka kita harus belajar sendiri: bagaimana caranya bertahan, bangkit, dan tetap berjalan meskipun jalannya terasa berat. https://www.facebook.com/share/p/17PM7PgUHW/

Minggu, 19 Oktober 2025

Anda adalah Sasaran Kasih Allah

20 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Yohanes 3:16 "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
------------------
Allah begitu mengasihi Anda hingga Ia mengutus Yesus dengan sebuah misi kasih dan pesan kasih. Alkitab tidak mengatakan bahwa Allah memiliki kasih, melainkan dalam 1 Yohanes 4:8 dikatakan: "Allah adalah kasih". Kasih bukan hanya sesuatu yang dimiliki Allah—kasih adalah hakikat diri-Nya.

Allah menciptakan seluruh alam semesta. Ia menciptakan bumi ini, menciptakan umat manusia dan Ia menciptakan Anda karena Ia mengasihi Anda.

Dapat dikatakan bahwa alasan Anda hidup saat ini adalah karena Allah menciptakan Anda sebagai objek kasih-Nya. Ia menciptakan Anda agar Ia dapat mengasihi Anda dan agar Anda juga dapat mengasihi-Nya. Kasih Allah bagi Anda adalah alasan mengapa jantung Anda berdetak dan napas Anda berhembus saat ini.

Ia mengasihi Anda pada hari-hari baik maupun pada hari-hari buruk. Itu kabar yang luar biasa! Ia mengasihi Anda saat Anda dapat merasakan kasih-Nya dan Ia tetap mengasihi Anda bahkan ketika Anda tidak bisa merasakannya. Ia mengasihi Anda, baik Anda merasa pantas dikasihi maupun tidak.

Tidak ada apa pun yang dapat membuat Allah berhenti mengasihi Anda. Anda bisa saja mencoba, tetapi tidak akan pernah berhasil—karena kasih-Nya tidak bergantung pada apa yang Anda lakukan, katakan atau rasakan. Kasih Allah didasarkan pada karakter-Nya sendiri.

Allah begitu mengasihi Anda hingga Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, ke dunia ini "supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16).

Ketika Yesus merentangkan tangan-Nya di kayu salib, seolah-olah Ia sedang berkata, "Aku mengasihimu sebesar ini—begitu besar hingga Aku rela menderita, begitu dalam hingga Aku rela mati bagimu—karena Aku tidak ingin hidup tanpa engkau."

Kasih Allah melampaui segala pengetahuan manusia. Dalam Efesus 3:17–19 tertulis:
"sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah."

Renungkan :

- Bagaimana pemahaman bahwa Allah adalah kasih—bukan hanya memiliki kasih—mengubah cara Anda memandang kasih-Nya kepada Anda?

- Pernahkah Anda merasa telah melakukan sesuatu yang membuat Allah sulit mengasihi Anda? Bagaimana Anda perlu memohon pertolongan-Nya untuk melihat hal itu dari sudut pandang yang benar?

- Seberapa penting menurut Anda merasakan kasih Allah, terutama pada hari-hari yang sulit atau saat Anda sedang terpuruk?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yeremia 21-24; I Tesalonika 3
______________
Sungguh luar biasa untuk merenungkan hal ini! Betapa mustahil bagi kita untuk sepenuhnya memahami lebar, panjang, tinggi, dan dalamnya kasih Allah bagi setiap kita—namun begitulah besarnya kasih Allah. Itulah besarnya kasih Allah kepada Anda.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
===========
You Are the Object of God's Love

By Rick Warren

"For God loved the world so much that he gave his only Son, so that everyone who believes in him may not die but have eternal life." John 3:16 (GNT)
---------------------
God loves you so much that he sent Jesus on a mission of love with a message of love. The Bible doesn't say God has love; it says in 1 John 4:8, "God is love" (NIV). Love is his nature.

God created the entire universe. He created this planet. He created the human race. And he created you because he loves you.

It could be said that the reason you're alive is because God created you as an object of his love. He made you so he could love you and so that you could love him. His love for you is the reason your heart's beating right now; it's the reason you're breathing.

He loves you on your good days as much as your bad days. That's incredible news! He loves you when you can feel his love, and he loves you when you can't seem to feel it. He loves you whether or not you think you deserve it.

Nothing you do will ever make God stop loving you. You could try, but you simply couldn't do it because his love for you is based on his character and not on anything you do or say or feel.

God loves you so much that he sent his only Son, Jesus, into this world "so that everyone who believes in him may not die but have eternal life." (John 3:16 GNT).

When Jesus stretched his arms out as wide as the cross, it was as if he was saying, "I love you this much—so much it hurts, so much that I'll die for you—so I won't have to live without you."

God's love surpasses all human knowledge. In fact, the Bible tells us in Ephesians 3:17-19, "Then Christ will make his home in your hearts as you trust in him. Your roots will grow down into God's love and keep you strong. And may you have the power to understand, as all God's people should, how wide, how long, how high, and how deep his love is. May you experience the love of Christ, though it is too great to understand fully" (NLT).

It's amazing to think about that! How could any of us ever fully grasp the width and length and height and depth of God's love for each one of us? But that's how much God loves us. That's how much God loves you.

Sabtu, 18 Oktober 2025

Apakah Gagasan Anda Sejalan dengan Firman Allah?

19 Oktober 2025

Bacaan Hari ini:
Lukas 21:33 "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."
----------------------
Kadang sulit membedakan apakah suatu gagasan adalah petunjuk dari Allah, tipu daya dari Iblis atau sekadar keinginan pribadi Anda. Anda perlu belajar mengenali perbedaannya dan memahami bagaimana membedakan suara Allah—karena hal itu dapat berdampak kekal.

Banyak kejahatan di dunia ini yang disalahkan kepada Allah. Ada orang yang bahkan melakukan hal buruk lalu berkata, "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu , apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia." (1 Yohanes 4:1).

Kehendak Allah tidak akan pernah bertentangan dengan Firman-Nya. Karena itu, Anda dapat bertanya pada diri sendiri: "Apakah gagasan ini sejalan dengan Alkitab?" Allah tidak pernah mengatakan satu hal lalu kemudian mengubah pikiran-Nya dan mengatakan hal yang lain. Jika Ia sudah berfirman, maka itu benar—dan akan selalu benar.

Kebenaran tidak pernah berubah.

Pendapat manusia, penemuan ilmiah dan teknologi bisa berubah, tetapi Firman Allah tidak akan pernah berubah. Kebenaran bersifat kekal. Bahkan, jika sesuatu itu baru, kemungkinan besar itu tidak benar. Apa maksudnya? Jika sesuatu memang benar, maka itu sudah benar sejak dahulu kala—kita hanya baru menyadarinya sekarang.

Allah konsisten. Ia tidak mudah berubah, tidak moody dan tidak akan pernah menyuruh Anda melanggar prinsip yang sudah Ia nyatakan dalam Firman-Nya.

Jadi, pertanyaan pertama yang perlu Anda ajukan adalah:
"Apakah pikiran ini sejalan dengan apa yang sudah Allah Firmankan?"

Jika apa yang ada dalam pikiran Anda bertentangan dengan isi Alkitab, maka jelas itu bukan berasal dari Allah.

Sebagai contoh, Alkitab memerintahkan kita untuk membayar pajak. Yesus berkata dalam Lukas 20:25: "Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!". Jadi, jika tiba-tiba Anda merasa mendapat "bisikan" bahwa Allah menyuruh Anda untuk tidak membayar pajak, maka itu pasti bukan dari Allah. Karena Allah sudah dengan jelas memerintahkan untuk membayar pajak, Ia tidak akan bertentangan dengan Firman-Nya sendiri.

Alkitab juga memperingatkan bahwa sekalipun ada malaikat yang datang dan berkata, "Saya memiliki wahyu baru untuk menambahkan pada Alkitab. Alkitab bagus, tetapi ini versi yang diperbarui," maka Allah berkata: Jangan percaya!

Paulus menulis dalam Galatia 1:8:
"Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia."

Yesus berkata dalam Lukas 21:33: "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."

Firman Allah kekal karena kebenaran tidak pernah berubah. Jika sesuatu benar 5.000 tahun yang lalu, maka itu tetap benar 1.000 tahun yang lalu, benar hari ini dan akan tetap benar 5.000 tahun dari sekarang.

Sebagian orang berkata, "Kalau Allah sudah mengatakannya dan saya percaya, berarti sudah cukup." Tidak! Yang benar adalah: Allah sudah mengatakannya dan itu sudah cukup — entah Anda percaya atau tidak.

Renungkan :

- Menurut Anda, apa yang sedang Allah ingin Anda lakukan saat ini?

- Apakah arahan tersebut bertentangan dengan bagian mana pun dalam Alkitab? Bagaimana Anda mengetahuinya?

- Bagaimana Anda dapat memperdalam hubungan dengan Allah agar lebih mudah memahami dan membedakan petunjuk-Nya?

Bacaan Alkitab Setahun :
Yeremia 17-20; I Tesalonika 2
______________
Jika Anda ingin tahu apakah suatu gagasan berasal dari Allah, pertanyaan pertama yang harus Anda jawab adalah: "Apakah gagasan ini sesuai dengan kebenaran Firman Allah?"

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
==========
Does Your Idea Agree with God's Word?

By Rick Warren

"Heaven and earth will pass away, but my words will never pass away." Luke 21:33 (NIV)
--------------------
Sometimes it's hard to know if an idea is an instruction from God, a deception from Satan, or just something you want to do. You need to learn to recognize the difference and know how to discern God's voice—because it can have eternal consequences.

A lot of evil gets blamed on God. People will even do bad things and then say, "God told me to do it!" The Living Bible paraphrase says, "Don't always believe every message you hear just because someone says it is a message from God: test it first to see if it really is" (1 John 4:1).
                                                                    
God's will will never contradict his Word. So you can ask yourself, "Does this idea in my mind agree with the Bible?" God doesn't say one thing and then change his mind and say another thing. If he said it, it's true, and it will always be true.

Truth doesn't change. Opinions, scientific discoveries, and technology all change. But God's Word doesn't change. Truth never changes. In fact, if it's new, it's not true. What do I mean by that? If it's true, it's been around forever. It's just that sometimes our discoveries catch up with something that's always been true.

God is consistent. He isn't moody. He doesn't change his mind. He will never tell you to violate a principle that he's already given in his Word.

So the first question you need to ask is, "Does this thought line up with what God has already said?" If what's in your mind contradicts something he has already said in the Bible, then you know it's wrong.

For instance, the Bible tells us to pay our taxes. Jesus said in Luke 20:25, "Give to Caesar what belongs to Caesar, and give to God what belongs to God" (NLT). If all of a sudden you get an idea that God is telling you to not pay your taxes, that idea isn't from God. Since God has already said to pay your taxes, he's not going to contradict it.

The Bible says that even if an angel shows up and says something like, "By the way, I've got some stuff to add to the Bible. The Bible is good, but this is new and revised information."

God says don't believe it! In fact, Paul said it like this in The Living Bible paraphrase: "Let God's curses fall on anyone, including myself, who preaches any other way to be saved than the one we told you about; yes, if an angel comes from heaven and preaches any other message, let him be forever cursed" (Galatians 1:8).

Jesus said in Luke 21:33, "Heaven and earth will pass away, but my words will never pass away" (NIV). God's Word is eternal, because truth never changes. If something was true 5,000 years ago, it was true 1,000 years ago, it is true today, and it will be true 5,000 years from today.

People might say, "God said it, I believe it, that settles it." No! God said it, and that settles it—whether you believe it or not!

So if you're wondering if an idea is from God, the first question to answer is this: "Is this idea in line with the truth of God's Word?"