"Celakalah kamu, hai ahli--ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang--orang munafik, sebab kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha masuk" (Mat. 23:13).
Kata munafik dalam bahasa Yunani berasal dari kata "hupokrites." Kata tersebut merupakan ungkapan khas yang sering dipakai dalam dunia teater/sandiwara pada masa itu, di mana seorang aktor/pemain sandiwara memainkan perannya dengan memakai topeng-topeng yang mewakili peran yang mereka mainkan. Hal ini dengan tepat menggambarkan keberadaan seorang munafik, yang berpura-pura menjadi seseorang dan menyembunyikan wajah asli mereka.
Pada dasarnya manusia adalah pemain sandiwara yang ulung. Jauh sebelum kita mengenal Kristus, kita sudah bertahun-tahun terbiasa hidup dengan mengenakan bermacam-macam topeng. Walaupun kematian Kristus telah menyucikan hati kita, kita perlu waktu dan perjuangan yang gigih untuk berani melepaskan topeng demi topeng. Celakanya, begitu kita tersudut, dengan cepat kita akan kembali mengenakan topeng-topeng lama kita itu.
Bahayanya, sekali suatu tindakan kemunafikan ditolerir di suatu gereja, maka kemunafikan - kemunafikan yang lain akan muncul dengan cepat. Ia akan tumbuh seperti ragi dan menyebar seperti virus sehingga melumpuhkan semangat dalam memberitakan Injil yang pernah berkorbar dan akhirnya pengaruh gereja dalam masyarakat akan memudar.
Karena dampak kemunafikan yang begitu luar biasa, maka tidak heran bila Tuhan Yesus menegur begitu keras kepada para pemimpin agama Yahudi yaitu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Karena sikap mereka itu secara tidak langsung sudah menjadi penghalang bagi orang untuk mengenal Allah yang benar. Mereka itu hanya mencari penghormatan dan pujian dari manusia (Mat.23:6-7) dan tidak bisa menjalankan apa yang mereka ajarkan karena itu mereka disebut sebagai orang-orang munafik.
Karena begitu bahayanya dampak kemunafikan bagi orang lain, terutama bagi mereka yang belum percaya kepada Tuhan Yesus. Marilah kita buka topeng kita satu persatu di hadapan Allah. Kita menampilkan apa adanya, janganlah kita pura-pura baik namun sebenarnya kita bukan orang baik. Kita jangan pura-pura bersikap rendah hati tetapi yang sebenarnya kita itu suka menyombongkan diri dengan mencari pujian dan kehormatan dari manusia, dan lain sebagainya.
Kita harus tetap menampilkan apa adanya di hadapan Tuhan, karena dengan sikap demikian maka Tuhan sendiri yang senantiasa memproses kehidupan kita sehingga hidup kita senantiasa berkenan di hadapan Tuhan. Soli Deo Gloria. (Ps.Mugiyono 2021-02-13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar