Minggu, 10 Mei 2020

PERNIKAHAN YANG DIPULIHKAN



Pernikahan Dipulihkan –  Mengatasi Perselingkuhan 
Mungkinkah ini benar-benar terjadi? Lee Shiao-Wen menderita sepanjang penerbangannya menuju New Zealand. Sesampainya di rumah, ia meraih telepon. Jemarinya gemetar seperti seorang wanita tua saat memutar nomor suaminya di Taiwan.

"Apakah kamu berselingkuh? Ia bertanya kepada pria yang telah menjadi suaminya selama 19 tahun.

"Ya," Wang Huai-Ning membalasnya, "dan aku ingin bercerai."

Penyesalan dan rasa malu menguasai dirinya – seharusnya dia tak pernah menyetujui berimigrasi ke New Zealand bersama putra-putranya yang masih remaja demi pendidikan yang lebih baik bagi mereka sementara Huai-Ning, suaminya tinggal untuk menjalankan bisnis pencetakan foto mereka di Taiwan.

"Tidak," ucapnya. "Ini tidak benar."

"Aku telah menemukan cinta yang baru, biarkan aku pergi."

Namun sebaliknya, Shiao-Wen yang baru 10 bulan menjadi orang Kristen, menjual rumahnya, mengeluarkan putra bungsunya dari sekolah dan kembali kepada kebisingan kota industri Taipei, ibukota Taiwan, di ujung utara pulau itu. Putra tertuanya tetap tinggal di New Zealand untuk melanjutkan kuliah.

Dia menghubungi sahabatnya di New York, istri seorang pendeta, dan meminta nasehat.

"Saya tidak tahu apakah kamu sebaiknya bercerai atau tidak," kata sahabatnya, "Tetapi saya yakin jika seorang istri menjalani pernikahannya menurut Alkitab, ia akan diberkati."

Shiao-Wen memutuskan bergantung pada Tuhan untuk menyelamatkan pernikahannya. Sebagian besar teman-temannya mendorongnya untuk melupakan. Akan tetapi, salah satu dari mereka menawarkan beberapa kaset rekaman berisi topik-topik tentang pernikahan yang direkam oleh Feng Chi-Mei, istri dari direktur CRU Taiwan, Lee Chang-An (wanita Asia tidak mengambil nama keluarga suaminya).

"Inilah keyakinan kita," demikian dikatakan Chi-Mei, "untuk mendorong setiap orang untuk berpegang pada perjanjian pernikahan mereka dan tidak menyerah, apapun yang terjadi."

MENDENGARKAN NASIHAT YANG BENAR
Shiao-Wen mendengarkan penjelasannya tentang pentingnya para istri menghargai suami mereka, atau seperti yang dikatakan oleh orang China, "memberi mereka muka." Shiao-Wen menyadari bahwa ia jarang sekali mendukung suaminya selama ini dan belum benar-benar mengampuninya atas perselingkuhan pertamanya beberapa tahun yang lalu. Sejak itu, dalam setiap perdebatan mereka, ia selalu mementahkan keluhan-keluhan suaminya dengan mengungkit ketidak setiaannya.

Pelajaran dari Chi-Mei mengingatkannya akan hal itu. Semakin didengarkannya, semakin kuat keinginannya untuk tidak menyerah dalam pernikahannya. Ia tahu bahwa hukum di Taiwan membutuhkan tanda tangan kedua belah pihak untuk secara resmi mengakhiri pernikahan, Shiao-Wen bertekad memenangkan hati suaminya kembali.

Dia tahu sebuah tempat yang secara rutin didatangi oleh Huai-Ning. Karena suaminya menderita lupus, dia akan menemuinya  rumah sakit. Shiao-Wen memberanikan diri menjelajahi metropolitan yang hampir seukuran kota New York dengan jumlah penduduk mendekati 8 juta orang.

Sosok suaminya yang setinggi 6,4 inch dengan mudah terlihat oleh Shiao-Wen. Kemudian dibujuknya suaminya dengan lembut, "Tolong, kembalilah ke rumah. Anak-anak membutuhkan seorang ayah."

Dua minggu kemudian di akhir pekan Huai-Ning datang ke apartemen mereka. "Aku kesini untuk anak-anak," Ia menegaskan, "bukan untukmu."

Meskipun demikian, dia menghidangkan kesukaannya: ikan shantung asap.

"Tidak enak sekali," kata suaminya seraya menaruh sumpitnya.

Tetap saja, di hari Senin pagi, Shiao-When mengantarkannya ke lift seperti biasanya.

Dia tetap meneruskan membaca Alkitab dan mendengarkan kaset rekaman FamilyLife.

HARUS MENGAMBIL LANGKAH
"Butuh satu orang untuk menyelamatkan sebuah pernikahan," dijelaskan oleh Chi-Mei. "Jika kedua pihak menyerah, maka tidak ada harapan. Jika ada satu pihak bersedia berusaha, pernikahan itu akan dapat dibangun kembali. Dibutuhkan satu orang dengan Tuhan."

Shiao-Wen membutuhkan lebih banyak kaset-kaset rekaman itu.

Dia pergi ke kantor pusat CRU, tinggal hanya melewati stasiun kereta bawah tanah, untuk membeli kaset-kaset itu. Dia menaiki lift menuju ke lantai 6. Disana dia bertemu dengan suami Chi-Mei, Chang An. Ketika Shiao-Wen menjelaskan mengapa ia menginginkan kaset-kaset itu, ia mengundang Shiao-Wen untuk menghadiri pertemuan FamilyLife mereka bersama sekitar 30 undangan lainnya. FamilyLife adalah sebuah divisi bagian dari Campus Crusade International yang didedikasikan untuk membangun pernikahan dan keluarga yang berkenan kepada Tuhan.

Shiao-Wen mendaftar untuk kelas 10 minggu. Dia juga terlibat dalam kelompok pemahaman Alkitab dengan Chi-Mei.

Sementara itu, Huai-Ning terus datang ke apartemen setiap hari Jumat dan pergi lagi di hari Senin. Istrinya terus membuatkannya masakan istimewa seperti iga manis Ching-Tu; Dia terus menerus mencela makanannya dan Shiao-Wen.

"Kau tidak pantas untuk dicintai," begitulah yang akan dikatakannya. "Usahamu sia-sia saja."

Namun demikian, itu tidak menghentikan Shiao-Wen untuk mengeluarkan kaset-kaset FamilyLife dan meletakkannya di pemutar kaset suaminya setiap minggu.

Suatu hari, seseorang melihat suaminya bersama kekasih barunya, dan melaporkan pada Shiao-Wen, "Kelihatannya mereka sangat saling mencintai. Itu bukan salahmu. Cinta tidak memiliki alasannya."
JANGAN PERNAH MENYERAH
Dia kemudian menjadi lelah mempercayai Tuhan untuk mengembalikan suaminya. Ia berhenti mengikuti kursus Alkitab dan ke gereja. Dia mulai membaca buku seperti bagaimana "Menggoda Kekasihmu" dan Psikologi Perselingkuhan. Dia mempraktekkan prinsip-prinsip dunia dalam buku-buku itu, bahkan mengenakan gaun tidur yang seksi, akan tetapi Huai-Ning tersentak melihat pemandangan itu bahkan terlihat lebih jijik. Setelah sebulan, ia akhirnya memutuskan bertekad kembali menggunakan cara Tuhan lagi.

Shiao-Wen dengan sengaja mencari berbagai cara untuk "memberi suaminya muka". Dia mulai memuji Huai-Ning dan meminta maaf atas ketidaktulusannya memaafkan perselingkuhan sebelumnya. Dia juga membaca ayat Alkitab keras-keras agar suaminya mendengar. Huai-Ning berpura-pura tidak mendengar.

Akan tetapi dia mendengar. Dan dia mendengarkan – berulang-ulang—semua kaset FamilyLife yang diselipkan Shiao-Wen di mobilnya. Dia paling senang mendengarkan materi Chang-An tentang bagaimana menjadi suami dan ayah yang baik.

Di akhir pekan yang lain, Shiao-Wen mengantarkan Huai-Ning ke lift. Saat pintu abu-abu itu tertutup, dia limbung: "Tuhan, ini terlalu berat."

Di balik pintu lift, Huai-Ning juga berdoa: "Tuhan, jika Engkau nyata dan Engkau membiarkanku kembali pada istriku, aku akan menghabiskan sepanjang sisa hidupku mencintainya."

Kemudian, ia mengatakan kepada kekasihnya, "Maafkan aku. Aku akan pulang dan tidak akan bersamamu lagi."

Akhir pekan selanjutnya dia membawa tasnya ke apartemen. Hari Senin datang, Huai-Ning tetap tinggal. Hari Minggu selanjutnya, saat ia di rumah, Shiao-Wen mengajaknya ke gereja bersamanya. Ia bersedia.

Huai-Ning juga menghadiri kelompok Chang-An, dimana dia belajar lebih banyak tentang bagaimana mengasihi istrinya dan berkomunikasi dengannya.

Huai-Ning menjelaskan kepada istrinya bahwa dia merasa sangat bersalah atas perselingkuhannya di masa lalunya hingga berpikir dengan menemukan wanita yang baru, dia bisa memulai segalanya dari awal.

Ketika Shiao-Wen meminta maaf atas kekurang-mampuannya mengampuni masa lalu Huai-Ning, Shiao-Wen juga menunjukkan kepadanya bahwa hanya Yesus yang mampu memberinya awal yang baru.

KEMENANGAN PASTI TIBA
Huai-Ning menyerahkan hidupnya kepada Kristus dan memperbarui janjinya kepada Shiao-Wen. Ia juga minta maaf kepada kedua putra mereka.

Bersama-sama, pasangan suami istri ini mengikuti pemahaman Alkitab di FamilyLife Home Builder di rumah Chang-An dan Chi-Mei.

Sekalipun kini suaminya telah berubah menjadi lemah lembut dan berbicara dengan lembut, "Shiao-Wen masih menjalani pemulihan," Chi-Mei berkata. "Rasa sakitnya terlalu dalam. Anda tidak dapat memperbaiki pernikahan dalam satu hari, namun anda mengambil langkah pertama. Akan butuh sepanjang hidup untuk membangun kembali."

Huai-Ning bertanya kepada istrinya apakah diperbolehkan menyampaikan kisah mereka kepada orang lain, sehingga akan ada lebih banyak pernikahan yang diperbaiki. Istrinya setuju. Mereka telah bicara di televisi, di gereja, di radio dan pada pertemuan-pertemuan FamilyLife.

Chi-Mei juga mengundang pasangan ini untuk menjadi tamu di  program radio FamilyLife miliknya. Sekitar 30.000 pendengar yang tersebar di seluruh penjuru negeri yang didominasi oleh pemeluk Budha mendengarkan kisah mereka.

"Ini pertanyaan untuk Huai-Ning,"  seorang penanya menjelaskan. "Suami saya bekerja di China daratan dan dia berselingkuh. Keluarga saya ingin saya menceraikannya. Saya ingin taat kepada Tuhan. Saya meneleponnya; namun dia tidak menjawabnya. Apa yang harus saya lakukan ?"

"Teruslah meneleponnya," Huai-Ning menyemangatinya. "Anda tidak akan melihat hasilnya segera. Carilah pertolongan dari gereja, dari Tuhan. Anda butuh orang lain untuk mendoakan anda. Lakukan yang terbaik, dan apa yang tidak sanggup anda lakukan, Tuhan akan melakukannya."

Huai-Ning tidak biasa mengkonseling wanita – ia biasanya menyerahkannya pada Shiao-Wen. Dan Chi-Mei juga merekomendasikan konseling wanita kepadanya. Shiao-Wen mendorong seorang wanita untuk berdoa dan tidak kehilangan harapan saat mendapati ketidaksetiaan suaminya. Baru-baru ini, wanita ini dan s uaminya yang sebelumnya terasing menghadiri kelas FamilyLife bersama-sama.

Huai-Ning juga menjalankan perannya. Dia telah bicara kepada lebih dari 20 pria yang keluar dari perselingkuhan dan kembali kepada istri-istri mereka.

Salah satu pria berkata, "Rasanya lebih mudah bagi saya bicara kepada Huai-Ning dibanding dengan pendeta atau konselor Kristen yang lain," katanya, "karena dia telah mengalaminya sendiri."

Atas rekomendasi Huai-Ning, pria itu dan istrinya mendaftar dalam seminar FamilyLife untuk membangun kembali pernikahannya.

Hal itu dimulai dengan satu orang dengan Tuhan. 

Ditulis oleh Jennifer Abegg  (Diterjemahkan oleh Anna Triyono)

Sumber:https://www.cru.org/us/en/communities/families/adulterous-marriage-reconciled.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar