Rabu, 19 Juli 2017

Basuki Tjahaya Purnama di rutan Mako Brimob.

Bersyukur sekali kami dari BPK Gunung Mulia hari ini 18/07/17 bisa mengunjungi mantan Gubernur DKI Jakarta yang sangat kami kagumi, Basuki Tjahaya Purnama di rutan Mako Brimob. 

Senang sekali karena kita yang datang semuanya Kristen sehingga bisa bicara serius soal pengalaman iman beliau.
Diawali dengan melewati penjagaan berlapis akhirnya kami bisa bertemu. Ia mengenakan kaos berwarna abu abu, celana hitam.

Baru duduk, Pak Ahok langsung bicara soal olahraga dan jam yang lebih santai. Semua ini saya sudah sering dengar. Maka ketika Pak Ahok mengatakan mau melucu dengan mencoba jurus stand up comedynya yang terbaru, saya potong saja dan tanya langsung, apakah pak Ahok merasa terhempas ? 

Raut wajahnya langsung berubah, Ia menatap saya sangat lekat (kami hanya terpisah 1,5 meter)  dan ia bicara dengan nada yang berbeda dari ketika bicara soal olah raga, tensi dan penghasilan sebagai gubernur yang lebih kecil dari saat  menjadi wakil gubernur yang juga sudah pernah saya dengar.

Saya ulangi lagi pertanyaan saya, apakah bapak merasa terhempas ? Pengalaman iman apa Pak Ahok rasakan ? Ahok langsung menjawab, saya percaya manusia mereka rekakan kejahatan tapi Tuhan mereka rekakannya untuk kebaikan! (Saya langsung ingat ini ayat dari Kej 50 ketika Yusuf mengampuni saudara saudaranya)
Yesus sudah alami ini 2000 tahun lalu, Yesus aja alami (dengan nada yang semakin tinggi) apalagi cuma gue. 
Ia  melanjutkan dengan tangan terkepal, gue udah ngerasa bakal masuk waktu Jumat Agung! Ia ulangi lagi di Jumat Agung, seperti sudah  ada perasaan akan dihukum ketika melihat Lelehan lilin itu (aksi lilin), seperti melihat minyak narwastu, (kita kaget, tapi justru ia tertawa lepas) bunga bunga papan itu seperti daun palma. Yah kayak waktu Yesus mau disalib. Tapi nggak apa apa, gue udah siap dan memaafkan. (Ahok tercenung sejenak) Padahal tadinya dengan tuntutan percobaan gw masih merasa bisa menyelesaikan jabatan di Oktober.  Semua tiba tiba berubah! 

Walau kepala gue panas dan dada gue panas, karena perasaan  diperlakukan nggak adil ini seperti terus bertalu talu dikepala (ia menunjuk kepalanya), tapi saya mulai dan harus bisa melewati. Gue tersadar bahwa Tuhan lagi kirim saya retreat ditempat ini, Tuhan lagi benahi iman saya untuk  kedepan ... yaah 25 tahunan lagilah. Pasti lw nyanya kok 25 tahun (ia tertawa lagi), nggak ketuaan tuh, ya nggaklah keluarga gue keturunan umur panjang. 94 tahun  aja ada. 

Lu tadi tanya soal pengalaman iman kan, Pak Ahok lanjut lagi, pertolongan Tuhan udah pernah saya rasakan pribadi waktu keluarga saya jatuh, gue cuma makan nasi sama ikan belah dua sama kecap, spare part nggak ada, karyawan hafus dibayar, uang nggak ada, minyak nggak ada, tapi pas saya keluar rumah di pagi hari, saya tersadar bahwa kebaikan Tuhan seperti embun dipagi hari. Dan bener aja, masa tersulit itu terlewatkan dengan cara diluar yang gue pikirkan. (Saya langsung ingat lagi Mazmur yang ia kutip, ini orang mengalami internalisasi firman dengan baik nampaknya)

Gue yakin kasih setia Tuhan tetap sama, dan sekarang inilah saatnya gue merenungkannya. Hari hari di rumah tahanan ini gue isi dengan menulis dua hal setiap hari, rema dan soal management. Pokoknya mantap, pendeta bisa kalah nih khotbahnya, (ia tersenyum geli) gue ngerasain sendiri gimana ngeliat ada orang orang yang tadinya mengelu elukan gue, sekarang nggak tau kemana ( sambil tertawa jenaka). Yesus aja udah ngerasain, apalagi gue, dia ulang lagi kalimat itu. Tapi gue sudah lepaskan pengampunan, walau sejujurnya berat ketika melakukan. Tiba tiba Ahok menyodorkan air mineralnya, saya ambil tapi kerongkongan tercekat. (Kok masih mau mikirin tamunya?)

Menarik sekali melihat Ahok berbicara karena  ada  hal yang saya nggak bisa lupakan, tatapan mata Ahok itu. Tatapan mata yang sangat tulus, ia narapidans namun matanya berbinar jernih dengan wajah yang bebas beban, segar dan penuh energi. Luar biasa! Hebatnya selama berbicara ia tidak menyalahkan orang. 

Pendeta Kaihatu mantan Ketua Sinode GPIB alumni Skotlandia yang ikut berkunjung berkata lirih ke saya, ini kunjungan tahanan paling aneh seumur hidup saya. Biasanya kita yang memberikan penguatan, hari ini terbalik. Kita yang sangat terberkati.

By the way ketika pertemuan berlangsung, seorang ustad beserta keluarga masuk ruangan, mereka : bapak, ibu dan anak anak perempuannya memeluk Ahok dengan erat, air mata hampir tertumpah, dan Ahok balas memeluk erat. Saya bingung juga yang begini ini kok ditahan karena menista ? Tapi sudahlah.

Senang sekali melihat keadaan Pak Ahok di Kelapa Dua, sekalipun pengamanan begitu ketat, ia seperti terkepung dari sana sini, namun jelas Pak Ahok tidak terperangkap, ia tetap bersukacita dalam imannya dan tetap menjadi berkat bagi banyak orang. 

Tubuhnya terpenjara, namun pewartaanya membumbung tinggi dan menyinari hati banyak orang,

"Dari segala penjuru kami ditimpa kesulitan, tetapi tidak hancur luluh. Bingung namun tidak putus asa apalagi menyerah. Kami dihempaskan, namun bangun dan terus maju. Yakin Allah tidak pernah meninggalkan kami." (2 Kor 4 : 8-9 FAYH)

3 kali petugas mengingatkan jika waktu sudah habis, Pak Ahok masih berbicara dengan tempo yang sama, keras dan penuh keyakinan. 

Ia melihat ke petugas, ia melihat ke kami. Kami berdiri lalu mendoakannya, ia menundukkan kepala. Kami sodorkan buku cerita anak yang kami terbitkan, berisikan pemebelajaran nilai nilai anti korupsi bagi anak di usia dini, ia menandatangani lalu menjabat erat tangan kami satu persatu. 

Sebelum melangkah ke pintu, ia masih berkata : anak anak dan istri saya nggak usah sering sering datang. Bikin gue kangen dan pengen pulang. Ahok memang kuat, namun perasaannya sebagai ayah dan suami tak bisa bohong. Ia rindu keluarganya.

Salam hangat dan doa dari kami di BPK Gunung Mulia. Tetap semangat Pak Ahok yang kami kasihi, Tuhan memberkati langkah juang Bapak dan Tuhan memberkati keluargaπŸ™πŸ™πŸ™πŸ™πŸ˜ŠπŸ˜Š

Tidak ada komentar:

Posting Komentar