Rabu, 21 Juli 2021

Mantan Petinggi Negara Lobi AS Lengserkan Presiden Indonesia Joko Widodo

Joko Widodo, Presiden Indonesia.

JAKARTA, SP – Pegiat media sosial, pelaku bisnis dan pengamat politik, Erizely Bandaro, mengatakan, oposisi di Indonesia, tidak mungkin mampu mengkudeta pemerintahan Presiden Joko Widodo, lewat penanganan Corona Virus Disease-19 (Covid-19).

Malah ada oknum mantan petinggi negara di Indonesia, tanpa ada sama sekali memiliki rasa malu, pergi ke Amerika Serikat, minta dukungan melengserkan Presiden Joko Widodo, akan tetapi tidak dipedulikan sama sekali selama yang bersangkutan berada di Amerika Serikat.

"Saya justru menilai, oposisi di Indonesia, merupakan kelompok kodo, singkatan dari orang doyan onani. Mereka ingin memanfaatkan pandemi untuk menjatuhkan Presiden Joko Widodo," kata Erizely Bandaro, Selasa, 20 Juli 2021.

Erizely Bandaro mengatakan, tidak usah kita bahas soal bukti pelanggaran konstitusi dan amoral Jokowi yang memang tidak ada. Mari kita bahas dari sisi logika politik yang pasti berujung kepada logika uang.

Mana ada orang mau berkuasa kalau tidak ada endorsed dari pemilik sumber daya modal. Selagi negara itu menggunakan sistem mata uang fiat, dia harus tunduk kepada sistem keuangan Global. Nah sistem keuangan global ini dikuasai oleh segelintir orang saja. Mungkin jumlahnya tidak lebih 2000 orang saja.

Era sekarang, jatuhnya kekuasaan karena mata uang jatuh dan inflasi terjun bebas sehingga suku bunga terkerek diatas rasional. Indonesia tidak akan terjadi.

Mengapa? kita salah satu negara yang dapat fasilitas REPO Line. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung yaitu USD60 miliar. Kalau di-leverage lewat sekuritisasi, jumlah ini bisa jadi underlying terbitkan bond (atau cetak uang) 20 kali atau USD1,2 triliun atau Rp20.000 triliun.

Bagaimana bisa ekonomi chaos seperti tahun 1998. Turun naik kurs Pemerintah dan Bank Indnesia (BI) yang pegang kendali.

Dikatakan Erizely Bandaro, kalau jatuhnya negara karena kehilangan sumber daya keuangan seperti Venezuela, itu tidak akan terjadi. Indonesia salah satu negara yang dapat akses ke pasar uang global 144A yang sangat likuid.

"Ingat bagaimana PT. Inalum dapatkan uang untuk divestasi saham PT Freeport Indonesia. USD5 miliar gampang saja. Seminggu terkumpul uang. Tidak ada collateral atau jaminan negara," kata Erizely Bandaro.

Menurut Erizely Bandaro, keseimbangan valas dan rupiah setiap waktu bisa dilakukan pemerintah lewat penerbitan Global Bond 144A. Jadi selalu terjaga keseimbangan moneter dan fiskal kita.

"Tidak ada negara yang bisa dijatuhkan kalau negara itu full control mata uang dan moneter. Sehebat apapun oposisi tidak akan bisa kudeta kekuasaan. Di samping ada Tentara Nasional Indonesia sebagai pengawal konstitusi, ada pihak elite financial global yang menjaga," ujar Erizely Bandaro.

Mengapa? Kekuatan financial resource itu karena trust atas dasar konstitusi. Tidak mungkin international akan izinkan ada sekelompok orang mau  mengangkangi konstitusi.

"Apalagi konstitusi berbasis demokrasi yang kekuasaan ada pada rakyat. Apalagi  hanya karena kalah terus di Pemilihan Umum (Pemilu) dan bosan jadi pengangguran politik," ungkap Erizely Bandaro.

Dikatakan Erizely Bandaro, kalaupun mau dipaksakan juga kudeta, mereka harus dapat lampu hijau dari elite financial global.

"Saya tahu sudah ada mantan pejabat tinggi negara yang berambisi berkuasa. Dia sowan ke Amerika Serikat, setelah pensiun. Tetapi dicuekin aja sama Amerika Serikat. Memangnya dia siapa?  Ada juga politisi yang coba lobi Amerika Serikat. Dia katanya mampu yakinkan massa Islam untuk berkuasa.  Dicuekin juga. Amerika Serikat bukan penentu. Penentu adalah elite financial global," kata Erizely Bandaro.

"Siapa elite financial global itu? Bukan Amerika Serikat, bukan China, tapi elite global yang mengontrol 90% perputaran asset global.  Indonesia menjadi bagian dari kekuatan elite financial global, karena Indonesia bisa menerapkan demokrasi dengan  baik, yang berbasis kepada ekonomi dalam sistem negara kesejahteraan."

Dikatakan Erizely Bandaro, Indonesia bukan Suriah atau Arab atau Afganistan yang mudah diobok-obok.

Indonesia di samping punya sumberdaya alam besar juga posisi strategis yang merupakan lalulintas dua per tiga pelayaran komersial dunia dan menjadi penyeimbang dua kekuatan besar yaitu Barat dan Timur.

"Mengapa saya katakan Kodo, alias orang doyan onani? Karena terlalu tinggi menghayalnya. Sementara kemampuan cuma retorika doang dan kantong juga bokek. Ngomong gede. Tidak ada malunya. Tapi sekedar lucu-lucuan, sih boleh aja. Tidak usah ditanggapi serius amat. Demokrasi biasa itu," ujar Erizely Bandaro. *

 

Sumber: fb erizely bandaro

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar