Minggu, 10 Januari 2021

SAYANG SEKALI DONALD TRUMP TIDAK BELAJAR DARI GUS DUR

Oleh: Birgaldo Sinaga

22 tahun yang lalu, ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPR MPR.

Memaksa Presiden Soeharto mundur karena pemerintahannya penuh KKN dan otoriter.

Akhirnya, kita merasakan demokrasi. Demokrasi melahirkan banyak pemimpin baru. Semua orang punya kesempatan menjadi pemimpin.

Presiden Jokowi adalah produk dari reformasi pada 1998 itu. Ia menjadi presiden langsung kedua setelah SBY.

Hari ini, Gedung Kongres Amerika Serikat diduduki pendukung Donald Trump.

Massa pro Trump datang untuk memaksa agar Kongres memutuskan Trump menjadi Presiden. Bukan Joe Biden.

Ribuan orang itu datang dengan amarah. Mereka tidak terima proses demokrasi yang memenangkan Joe Biden. Mrk tdk percaya proses pemilihan itu. Mrk yakin Trump yang menang. Kemenangan Trump dirampok. Begitu yakin mereka.

Hari ini, sejarah kelam Amerika dicatat dunia. Amerika bak anak bawang yang baru belajar demokrasi. Belajar menerima kekalahan. Belajar menerima hasil demokrasi.

Sekarang, Amerika terlihat bodoh. Dan semua warisan leluhur mereka sejak Washington, Lincoln hingga Jefferson terinjak2 oleh bangsa Amerika sendiri.

Saya teringat akan Gus Dur. Saat itu Gus Dur sedang dilengserkan oleh genk sengkuni Amien Rais.

Gus Dur bilang. "Jabatan tertinggi presiden itu apa? 300 ribu pendukung saya siap tumpah darah membela saya".

"Tapi untuk apa jika kita anak bangsa bersimbah darah? Untuk apa mempertahankan jabatan presiden dengan darah?"

"Saya akan membela mati2an kalo soal prinsip. Saya akan relakan nyawa darah saya kalo soal prinsip. Jika ada yang coba mengganti Pancasila, konstitusi kita, akan sy bela dengan jiwa raga sy".

Gus Dur benar2 menyanyangi bangsa dan negara ini. Baginya jauh lebih berharga mempertahankan kemanusiaan daripada kekuasaan.

Prinsip Gus Dur menjadikan kemanusiaan itu indah. 

Saat lengser itu, Gus Dur keluar istana dengan celana pendek. Lalu menyapa orang2 di luar.

Ia melambaikan tangan pertanda perpisahan. Ia tidak mendorong pengikutnya datang ke Jakarta. Ia tidak mengompori pengikutnya ngamuk dan marah.

Celana pendek itu menjadi catatan sejarah bangsa ini. Bagi Gus Dur kekuasaan itu biasa2 saja. Tapi kemanusiaan dan menjaga negara agar tidak perang saudara, itu tak bisa ditawar2.

Sayang sekali, Donald Trump tdk membaca biografi Guru Bangsa Indonesia Gus Dur. 

Birgaldo Sinaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar