Jumat, 29 Januari 2021

Harga Ayam dan telur jatuh lagi !πŸ“πŸ“πŸ“πŸ₯šπŸ₯šπŸ₯š

oleh : jeka ( Jumat,29/01/2021 ) 

Head line Kompas hari Rabu ( 27/01 ) menurunkan berita jatuhnya harga ayam dan telur dimana mana. Banyak peternak kecil yang frustasi,menderita kerugian karena harus menjual Ayam dan telur dibawah harga pokoknya. 

Tentu saja rugi dan kalau rugi terus menerus terpaksa harus tutup usaha atau jual kandang ayamnya. Berita semacam ini bukan merupakan berita baru, sudah puluhan tahun dan selalu terulang kembali. Kali ini malahan ada vdo peternak yang stress, tidak bisa menjual dan langsung  membuang semua telur ayamnya ke TPA.
"Mubazir dan kasihan ayam ayam yang sudah capek capek menghasilkan protein di buang  begitu saja  ", komentar Prof  Antonius Suwanto, alumni IPB yang now juga merangkap jadi pakar multi dimensi di wagnya. 

Yang selalu dijadikan kambing hitam adalah over supply doc ( day old chick ) sehingga pasar dibanjiri dengan ayam siap potongnya. 

Kemudian keluarlah himbauan pemerintah kepada perusahaan Breeding untuk memgurangi produksi telur tetasnya.Setelah telur tetas di kurangi, otomatis produksi doc berkurang, harga doc pasti naik lagi. Ditambah harga pakan naik lagi karena harga bungkil kedelai di pasar Internasional di borong oleh pemerintah China yang baru bebas dari ASF di peternakan babinya.  

Dan now giliran peternak yang demo ke pemerintah  karena doc dan pakan mahal dan ada peternak  yang tidak kebagian untuk isi kandangnya. Cukup pusing bukan mengurus dunia peternakan ayam. 😴😴😴 

Berita  harga ayam dan telur turun adalah berita kronis, masalah yang sama  selalu terulang kembali. Sepertinya tidak bisa diatasi biarpun sudah puluhan kali ganti Menteri Pertanian ( Mentan ) yang membidangi masalah ini. 

Yang selalu dijadikan *Kambing Hitam* adalah Breeding Farm yang memproduksi doc berlebihan atau perusahaan Integrasi yang melempar hasil ayamnya kepasar bebas, bersaing dengan peternak rakyat dan peternak mandiri. 

Harga pokok peternak integrasi jelas lebih murah karena afiliasi bisnisnya  dari hulu sampai kehilir, seperti : Breeding, Hatchery, Feedmill, Peternak Plasma, RPA,Chain store. 

Pasar Horeka = hotel,restoran dan katering beserta Fast food chain seperti KFC dan Mac D tentu saja lebih senang membeli ayam dari RPA yang merupakan afiliasi perusahaan integrasi.Lebih terjamin kontiniutas dan kualitasnya. 
Dan pangsa pasar Horeka ini tentu tidak bisa dimasuki oleh peternak rakyat maupun peternak mandiri. 

*Peternak Integrasi dan pasar*. 

Peternakan ayam  modern di indonesia dimulai  di tahun 1970 an dengan masuknya investor asing seperti: USA, Belanda, Jepang dan Thailand. Dan bibit unggul yang dibawa ke sini semuanya dinamakan *Ayam Negeri* untuk membedakannya dengan ayam lokal atau ayam kampung. 

Ini tentu saja salah kaprah. Now mana ada  lagi kandang ayam di kota. Semua lokasi peternakan ayam pasti di kampung atau luar kota. Kecuali ayam kampus, kata teman iseng yang suka ngopi di Starbuck MTA.πŸƒ‍♂️πŸƒ‍♂️πŸƒ‍♂️ 

Menurut laporan PPUI ( 2015 ) ketika meminta review UU no.41 tahun 2014 tentang Peternakan ke MK yang mempermasalahkan keberadaan perusahaan integrasi. Pangsa pasar ayam di Indonesia ( Nov 2014 ) adalah sbb : 
- Perusahaan Integrasi PMA     80 %
- Perusahaan Integrasi PMDN  16 %
- Peternak rakyat                          3 %
- Peternak mandiri                        1 % 

Pangsa pasar perusahaan integrasi yang 96 % jelas bisa lebih leluasa mendikte pasar dan peternak rakyat  maupun mandiri tidak mungkin bisa bersaing dipasar yang sama. 
Kalau perusahaan integrasi melempar sebagian saja  ayamnya kepasar bebas  otomatis harga ayam langsung turun.  

Perusahaan integrasi sesuai kontraknya sudah memiliki jadwal kapan harus masuk ayam dan kapan panennya. Biarpun harga  di pasar sedang turun  ayam tetap harus panen. Nah, kalau dalam waktu bersamaan peternak rakyat atau mandiri juga panen, otomatis turunlah harganya. Dan itulah yang terjadi sehingga Mentan via Dirjenkan mengeluarkan instruksi mengurangi produksi telur hatchery. 

Setiap kali turun harga hanya senjata pamungkas seperti itu saja yang selalu dipakai pemerintah. Dampaknya  harga ayam memang akan naik tetapi hanya sementara saja dan tetap tidak menuntaskan akar permasalahannya. 

Dan melihat peliknya masalah ini,  Mentan mengharapkan masukan,saran dan kritik agar target stabilisasi dan peningkatan kesejahteraan peternak rakyat dapat tercapai. 

Tentu saja ironis sekali.  Turunnya harga ayam hanya dirasakan dihulu, oleh peternak rakyat dan peternak mandiri saja. Dan konsumen akhir yang membeli di chainstore dan Fastfood tetap membayar dengan harga normal. Tidak ikut menikmati turunnya harga.  

Saat ini konsumsi ayam per capita baru sekitar  12 kg dan now produksi harus dikurangi supaya peternak rakyat dan mandiri tidak bangkrut karena tidak bisa bersaing dengan perusahaan Integrasi. Tentu saja solusi terbaik untuk menuntaskan masalah ini  adalah dengan  menaikkan komsumsi nasional daging ayam dari 12 kg menjadi 20 kg,misalnya. Baik perusahaan integrasi dan Deptan harus lebih intensip kampanye makan daging ayam. 

Sebagai gambaran, Malaysia yang populasi penduduknya 32 jt memiliki 550 outlet KFC dan Indonesia dengan penduduk 270 jt hanya punya 600 outlet KFC. Jadi peluang meningkatkan konsumsi nasional ayam masih terbuka. 

*Kesimpulan dan solusi*. 

Keberadaan perusahaan Integrasi jelas dijamin oleh UU dan sangat bermanfaat sebagai sarana untuk meningkatkan konsumsi ayam nasional. Hanya aturan main di pasar harus jelas. Mereka itu ibarat pemain Nasional badminton tentu tidak pantas bersaing dengan pemain peringkat kelurahan. Pasti tidak seimbang. 
Dan umumnya peternak mandiri juga merupakan pelanggan / agen dari perusahaan afiliasinya. Seharusnya peternak mandiri dibina manajemennya, jangan disaingi supaya bisa naik kelas  yang nantinya bisa bersama sama  meningkatkan konsumsi ayam nasional. 

Untuk sementara sebaiknya peternak integrasi jangan melempar kelebihan ayamnya atau  merambah pangsa pasar peternak rakyat maupun mandiri. Dan kalau perlu justru menampung hasil ayam peternak rakyat dan mandiri untuk diproses di RPA afiliasi dan disimpan di coldstoragenya. Begitu juga dengan Breeding Farm independent yang memproduksi doc final Stock, harus diwajibkan  menampung seluruh ayam dari doc nya  untuk diproses di RPA. 
 
Dan Deptan yang tentu sangat terbatas budgetnya, bisa melobby Depsos yang dengan dana covid bisa membeli ayam peternak rakyat dengan harga minimum BEP , proses di RPA perusahaan Integrasi  dan menyalurkannya sebagai baksos kepada rakyat jelata. Sekali mendayung dua atau tiga pulau terlampui. 
Semoga ! πŸ“πŸ“πŸ“  

sshb= semoga semua hidup bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar