Senin, 01 Juni 2020

KORAN TEMPO TANPA TEDENG ALING2 MENUDUH PRESIDEN JOKOWI REPRESIF.



KORAN TEMPO TIDAK ENAK DIBACA & TIDAK PERLU! 👎

Koran Tempo terbit hari ini 1 Juni 2020, dg Headline "Republik Daripada Indonesia", mengatakan Di Republik Indonesia Pemerintah yg anti kritik telah tumbang 22 tahun lalu. Tapi belakangan ini pembungkaman mereka yg kritis terhadap pemerintah terus berulang. Yg terakhir ancaman pembunuhan meneror mahasiswa hukum UGM. Bersembunyi di balik kecanggihan teknologi informasi, pelakunya kian tersamarkan.
=========================================

Judul di atas saya pilih karena judul ini menurut saya sudah mencerminkan apa yg terjadi pada KORAN TEMPO sekarang. KORAN TEMPO yg sekarang sudah lagi tidak enak dibaca & sudah pula tidak diperlukan. KORAN TEMPO menurut pendapat saya sekarang sudah bukan lagi koran dg kualitas pemberitaan yg premium. Ia sekarang sudah menjadi koran sekelas Obor Rakyat 👎

Mari Kita Kupas Tuduhan Koran Tempo 👇

Sekarang lagi trend narasi ancaman pembunuhan & teror terhadap mereka yg berpendapat. Dari yg kemarin teror terhadap SJW, ancaman pembunuhan terhadap jurnalis Detikcom sampai teror & ancaman pembunuhan terhadap panitia pelaksana dan pembicara diskusi pemberhentian presiden.

Menariknya, polanya selalu sama. Yg diteror itu pasti orang2 atau kelompok yg dianggap garang mengkritik pemerintahan atau rezim. Tuduhannya pun selalu saja mengarah pada rezim, sementara penerornya anonim atau tidak diketahui. 

Setelah diteror, yg bersangkutan bukannya langsung melapor ke polisi, tetapi terlebih dahulu ribut di media sosial. Setelah itu rame deh teror terhadap pendapat dlsb. Narasi rezim peneror itu pun tersebar begitu masifnya & langsung disambut para pejabat tingkat elite. 

Kemudian begitu cepat beredar & terbangun narasi seperti yg ditulis Koran Tempo, Pemerintah anti kritik, Jokowi represif, pemerintah meneror pengkritik & pemberhentian presiden? Apakah ini memang reaksi alami, terencana atau dikondisikan demikian oleh Koran Tempo, agar tampak alami dg tujuan menimbulkan kegaduhan. 

Sikap pemerintah, yg diwakilkan Mahfud MD, sudah sangat tepat sekali. Pemerintah tidak melarang atau meneror diskusi. Kalau suatu diskusi gagal, semata itu karena pembatalan sepihak oleh panitia pelaksana. Kalau kemudian ada ancaman & teror, silakan lapor ke kepolisian. Soal teror & ancaman, itu urusan polisi.

Jadi polanya sudah terbacalah. Mereka buat kegiatan kontroversial agar viral. Setelah itu dibatalkan sendiri dg alasan teror agar lebih viral lagi sambil bangun narasi tambahan yg mendiskreditkan penguasa. Setelah viral, bermunculanlah kegiatan yg sama dg narasi yg seirama. 

Yg diteror sengaja tidak melapor dg narasi tidak percaya penegak hukum. Tambah lagi narasi pemantik kegaduhan. Begitu terus polanya sampai lebaran kuda.

Dari 260-an juta rakyat Indonesia, sebagian besarnya adalah pendukung Jokowi. Kalau kalian mau menghantam Presiden Jokowi, maka pendukung Jokowi juga berhak untuk melindungi Presidennya dari orang2 kurang ajar seperti kalian. 

Rakyat waras seperti saya tidak akan akan pernah tinggal diam kalau mereka mau mengganggu pemerintah yg sedang fokus menghadapi pandemi covid-19.

Bagi saya, mereka ini adalah manusia biadab sebab di tengah negara ini menghadapi pandemi covid-19, mereka sibuk membahas pemberhentian Presiden. Bahkan koran sekelas Tempo tak ubahnya Obor Rakyat, hanya mengejar jumlah pembacanya melalui cover yg sensational, judul yg klik bait dan ulasan yg heboh. 

Semua ini mungkin KORAN TEMPO lakukan untuk mengejar profit. Jadi tidak heran jika KORAN TEMPO tidak segan2 berlaku seperti portal opini murahan. Ia sudah tidak lagi menyuarakan kebenaran. Kenaikan oplah lah dan jumlah viewer lah yg sekarang ia kejar.

Bukannya membantu menyelesaikan masalah, malah menambah masalah. Tak mungkin kami pendukung Presiden Jokowi tinggal diam membiarkan manusia2 biadab seperti kalian.

https://s.id/iNbcP https://s.id/iNblu
#AlexanderSakura
#SaveJokowi #SaveIndonesia 🇮🇩

Tidak ada komentar:

Posting Komentar