Kamis, 31 Juli 2025

Biarkan Teman Anda Menolong Anda Melewati Masa-Masa Sulit

01 Agustus 2025

Bacaan Hari ini:
Galatia 6:2 "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."
----------------------
Ketika Anda mengalami kekecewaan besar dalam hidup, wajar jika Anda ingin mundur dan mengasingkan diri. Anda ingin mengatasinya sendirian. Anda ingin merahasiakan kehilangan, kegagalan, kesalahan, dan pergumulan Anda. Anda ingin menarik diri. Percayalah, itu ide yang buruk!

Kita saling terhubung satu sama lain. Kita saling membutuhkan. Kita adalah makhluk sosial. Salah satu hal pertama yang Allah katakan di Taman Eden adalah, "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia" (Kejadian 2:18). Kita diciptakan untuk berhubungan dengan satu sama lain.

Ayub 6:14 mengatakan, "Siapa menahan kasih sayang terhadap sesamanya, melalaikan takut akan Yang Mahakuasa." Akan ada satu masa dalam hidup Anda di mana Anda begitu terluka sampai-sampai Anda berkata, "Sekarang saya tidak bisa percaya pada Tuhan!" Di saat itulah, Anda perlu memiliki teman-teman yang bersedia mendampingi dan menopang Anda di dalam iman.

Akan tiba saatnya di mana Anda berkata, "Saat ini iman saya sudah runtuh. Saya sangat khawatir." Di saat itulah Anda membutuhkan teman-teman yang mau turun tangan dan berkata, "Tidak apa-apa. Kami akan beriman untukmu. Untukmu, kami akan tetap percaya pada Tuhan dalam masalah ini."

Alkitab mengatakan, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (Galatia 6:2). Apakah hukum Kristus itu? Yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Alkitab memerintahkan kita untuk saling membantu. Setiap kali Anda membantu seseorang yang sedang mengalami rasa sakit dan luka, Anda sedang menggenapi hukum Kristus.

Mencoba mengatasi masalah Anda seorang diri hanya akan membuat Anda semakin lelah dan stres. Anda perlu menerima bantuan orang lain dan membiarkan teman-teman Anda membantu Anda melaluinya agar Anda senantiasa ingat bahwa Tuhan menyertai Anda sepanjang jalan. Tuhan sedang bekerja di dalam persoalan Anda, bahkan ketika Anda tak dapat melihat apa yang sedang Ia kerjakan.

Renungkan hal ini:

- Siapa yang membantu Anda melewati kehilangan dan kekecewaan? Siapa yang Anda bantu di masa-masa sulit?

- Bagaimana sekelompok kecil sahabat Kristen dapat memberikan bantuan yang Anda butuhkan saat Anda berada dalam kesukaran?

- Apa yang telah Anda pelajari tentang Tuhan melalui bantuan dari sahabat Kristen Anda?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 54-56; Roma 3
____________
Ketika mengalami kekecewaan, justru di saat itulah Anda paling membutuhkan teman. Tuhan tidak menciptakan Anda untuk menahan rasa sakit dan stres seorang diri. Menerima bantuan dari orang lain adalah solusi yang tepat.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
==========
Let Your Friends Carry You through Hard Times
By Rick Warren

"By helping each other with your troubles, you truly obey the law of Christ." Galatians 6:2 (NCV)
--------------------
When you go through major disappointments in life, it's natural to want to pull back and isolate yourself. You might even want to keep your losses, failures, mistakes, and crises a secret—to withdraw and handle it all yourself. But this is a terrible idea!

When you go through disappointment, that's when you need your friends the most. God doesn't intend for you to handle pain and stress by yourself. It's healthiest to accept help from others.

We were wired for each other. We need each other. We're relational beings. The Living Bible paraphrase records one of the first things God said in the Garden of Eden: "It isn't good for man to be alone" (Genesis 2:18). We're made to be in relationships.

And The Message paraphrase says, "When desperate people give up on God Almighty, their friends, at least, should stick with them" (Job 6:14).

There may be times in your life when the pain is so deep that you say, "I don't even believe in God right now!" That's when you need to have friends who come alongside you and encourage you in your faith.

You might even say, "I don't have any faith left. I'm full of doubt." That's when you need your friends to step in and say, "That's okay. We'll believe for you. We'll trust God for you in this."

The Bible says, "By helping each other with your troubles, you truly obey the law of Christ" (Galatians 6:2 NCV). What is the law of Christ? It's this: Love your neighbor as yourself. The Bible commands us to help each other. So every time you help somebody who's going through pain, you are fulfilling the law of Christ.

Trying to handle trouble by yourself will only make you more tired and stressed. You need to accept the help of others and let your friends carry you through it, knowing that God is with you all the way. He is at work in your circumstances, even when you can't see what he's doing.


Rabu, 30 Juli 2025

Anda Bisa Memberitahu Tuhan Apa yang Sebenarnya Terjadi

31 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
Ratapan 2:19 "Bangunlah, mengeranglah pada malam hari, pada permulaan giliran jaga malam; curahkanlah isi hatimu bagaikan air di hadapan Tuhan, angkatlah tanganmu kepada-Nya demi hidup anak-anakmu, yang jatuh pingsan karena lapar di ujung-ujung jalan!"
-------------------
Apakah Anda berpikir hari Anda sial? Ayub sangat ahli akan hal ini; ibaratnya ia punya gelar PhD dalam hal rasa sakit dan kehilangan.
Pada pasal yang pertama kitab Ayub, dijelaskan bahwa segala sesuatu dalam hidupnya telah hancur berantakan. Bagaimana ia menanggapinya? "Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah," (Ayub 1:20).

Perhatikan, Ayub dengan jujur mengungkapkan rasa sakitnya kepada Tuhan. Ketika mengalami rasa sakit, apakah Anda memberi tahu Tuhan apa yang Anda rasakan sejujur-jujurnya? Itulah yang harus Anda lakukan pertama kali.

Ini mungkin mengejutkan Anda, tetapi Tuhan dapat mengatasi amarah dan rasa frustrasi Anda. Dia dapat mengatasi emosi Anda. Mengapa? Karena Dia yang memberikannya kepada Anda. Anda diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya, dan Dia adalah Tuhan yang juga punya perasaan.

Ketika anak balita Anda mengalami ledakan amarah dan mulai bertingkah, Anda dapat mengatasinya. Sama halnya, Tuhan lebih besar dari emosi Anda, jadi, tidak apa-apa mengungkapkan apa yang Anda rasakan.

Ketika Anda berdoa memohon promosi jabatan tapi tidak mendapatkannya, ketika orang yang Anda sayangi pergi meninggalkan hidup Anda, atau ketika Anda mendapat panggilan telepon mengerikan yang mengatakan, "Ini kanker," beri tahu Tuhan apa yang sungguhnya Anda rasakan. Anda bisa berseru, "Aku marah. Aku kesal. Aku frustasi." Tuhan dapat menampung semua keluhan, pertanyaan, ketakutan, dan kesedihan Anda. Kasih Tuhan untuk Anda lebih besar dari semua emosi Anda.

Anak-anak saya tahu saya mencintai mereka. Mereka tahu saya punya lebih banyak pengalaman dibanding mereka karena saya lebih lama tinggal di planet ini. Namun, kadang anak-anak saya mempertanyakan penilaian saya. Tapi bagaimana pun juga, saya lebih suka melakukan percakapan yang jujur ????dengan mereka daripada membiarkan mereka memendam rasa frustrasi dan kekecewaan mereka sendiri.

Begitu pun dengan Tuhan! Dia lebih suka Anda bergulat dengan-Nya dalam kemarahan daripada pergi dengan sikap apatis.

Renungkan hal ini:

- Siapa orang pertama yang biasanya Anda ajak bicara mengenai masalah Anda? Mengapa Anda mempercayai orang itu? Apa bedanya jika saja Anda datang kepada Tuhan terlebih dahulu?

- Kapan Anda pernah memendam amarah Anda? Apa efeknya secara fisik dan emosional bagi Anda?

- Apa yang akan Anda lakukan untuk bisa lebih jujur - kepada Tuhan dalam doa-doa Anda?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 51-53; Roma 2
______________
Ketika sebuah tragedi terjadi, Anda tak perlu tersenyum atau menahannya. Sebaliknya, datanglah kepada Bapa surgawi dengan rasa sakit Anda. "Bangunlah, mengeranglah pada malam hari, pada permulaan giliran jaga malam; curahkanlah isi hatimu bagaikan air di hadapan Tuhan, angkatlah tanganmu kepada-Nya demi hidup anak-anakmu, yang jatuh pingsan karena lapar di ujung-ujung jalan!" (Ratapan 2:19).

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
==========
You Can Tell God What's Really Going On
By Rick Warren

"Get up, cry out in the night, even as the night begins. Pour out your heart like water in prayer to the Lord." Lamentations 2:19 (NCV)
-------------------
Think you've had a bad day? Job would understand; he practically had a PhD in pain and loss.

In the very first chapter of Job, everything in his life fell apart. His response? "Job stood up, tore his robe in grief, and shaved his head. Then he fell to the ground and worshiped" (Job 1:20 GW).

Notice that Job openly expressed his pain to God. When you experience pain, do you tell God exactly how you feel? It should be the first thing you do.

This may surprise you, but God can handle your anger and frustration. He can handle your emotions. Why? Because he gave them to you. You were made in his image, and he is an emotional God.

When your 2-year-old has a temper tantrum and pulls on your legs, you can handle that. In the same way, God is bigger than your emotions, and it's okay to tell him exactly how you feel.

When you pray for a promotion but don't get it, when a loved one walks out of your life, or when you get the dreaded call saying, "It's cancer," you can tell God how you feel. You can say, "I'm mad. I'm upset. I'm frustrated." God can handle your complaints, questions, fear, and grief. God's love for you is bigger than all your emotions.

I remember my kids would sometimes question my judgment—even though they knew I loved them and had more life experience. Still, I'd rather have an honest, gut-level conversation with them than have them stuff their frustration and disappointment inside.

God is the same way! He would rather you wrestle with him in anger than walk away in detached apathy.  

When tragedy strikes, you don't have to grin and bear it. Instead, go to your heavenly Father with your pain. "Get up, cry out in the night, even as the night begins. Pour out your heart like water in prayer to the Lord" (Lamentations 2:19 NCV).


Selasa, 29 Juli 2025

Cara Menanam Benih yang Bernilai

30 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
Kejadian 1:11 "Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian."
--------------------
Segala sesuatunya berawal dari sebuah benih. Itulah hukum pertama tabur tuai.

Setiap pencapaian berawal dari sebuah benih mimpi. Saddleback Church berawal sebagai sebuah benih ketika kami punya mimpi untuk membantu orang banyak untuk bertemu Yesus. Bahkan, kehidupan Anda dimulai sebagai sebuah benih. Ketika orang tua Anda berhubungan dan kemudian Anda dikandung, hidup Anda dimulai. Secara harfiah, segala sesuatu yang hidup di planet bumi ini berasal dari sebuah benih.

Dalam Kejadian 1:11, Berfirmanlah Allah, "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian."

Ada benih fisik yang Anda tanam di tanah. Namun, benih juga merupakan sesuatu yang berharga yang bisa Anda berikan. Ketika Anda memberikan pujian, itu punya nilai. Ketika Anda memberikan nasihat yang baik, itu punya nilai. Ketika Anda memberikan waktu Anda, itu punya nilai. Ketika Anda memberikan uang Anda, itu punya nilai. Ketika Anda berbagi pengalaman untuk membantu orang lain, itu punya nilai. Ketika Anda memberikan kasih Anda, itu punya nilai yang luar biasa.

Semuanya berawal dari sebuah benih, entah itu berupa waktu, uang, penghargaan, perhatian, hikmat atau energi Anda. Anda akan memiliki ribuan kesempatan untuk memberikan yang terbaik dari diri Anda dan membuat perbedaan bagi kerajaan Allah. Anda dapat menggunakan kesempatan-kesempatan itu untuk menabur kehidupan.

Perkataan Anda juga bisa menjadi benih yang Anda tanam di benak orang lain. Benih itu bertumbuh dan berbuah. Oleh karena itu, Anda perlu memilih perkataan dengan bijak. Kata-kata Anda memiliki kuasa atas orang-orang yang paling Anda kasihi—anak-anak Anda, pasangan Anda, dan teman-teman Anda—tetapi juga atas orang-orang yang Anda temui dalam kehidupan sehari-hari.

Benih seperti apa yang sedang Anda tanam dalam hubungan Anda dan dengan orang-orang yang Tuhan hadirkan ke dalam hidup Anda? Dibutuhkan keberanian untuk menanam benih kepercayaan ketika Anda terluka. Apakah Anda sedang menanam benih kepercayaan—atau benih ketidakpercayaan? Apakah Anda sedang menanam benih kebaikan, ataukah benih kekesalan? Apakah Anda menanam benih yang membangun, ataukah benih yang menghancurkan?

Renungkan hal ini:

- Bagaimana selama ini Anda melihat benih-benih yang telah Anda tanamkan kepada anak-anak Anda, keluarga Anda, atau teman-teman Anda bertumbuh dan menghasilkan buah?

- Benih seperti apa yang ingin Anda tanamkan ke dalam hubungan Anda?

- Menurut Anda mengapa Tuhan ingin agar kita belajar untuk menanam dengan cara-cara yang sederhana sehingga kita bisa menuai keuntungan-keuntungan yang lebih besar?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 49-50; Roma 1
____________
Ingat: Anda akan menuai apa pun yang Anda tabur. Jadi, kuatkan hati—dan beranilah dalam menanam benih yang memiliki nilai yang besar.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
===========
How to Plant Seeds of Great Value
By Rick Warren

"Let the land produce vegetation: seed-bearing plants and trees on the land that bear fruit with seed in it, according to their various kinds." Genesis 1:11 (NIV)
---------------------
Everything starts as a seed. That's the first law of the harvest.

Every achievement started as a seed. Saddleback Church started as a seed when we had a dream to help people meet Jesus. Even your life started as a seed. When your parents got together and you were conceived, your life began. Literally everything that's living on planet Earth came from a seed.

In Genesis 1:11 God said, "Let the land produce vegetation: seed-bearing plants and trees on the land that bear fruit with seed in it, according to their various kinds" (NIV).

There are physical seeds that you plant in the ground. But seeds are also anything valuable that you give away. When you give away praise, there's value to that. When you give away good advice, there's value to that. When you give away your time, there's value to that. When you give away your money, there's value to that. When you share your experiences to help other people, there's value to that. When you give your love away, there's great value to that.

It all starts as a seed, whether it's your time, money, appreciation, attention, wisdom, or energy. You will have thousands of opportunities to give away the best of yourself and make a difference for God's kingdom. You can use those opportunities to sow life.

Your words can also be seeds that you plant in people's minds. They grow, and they bear fruit. So you need to choose your words wisely. Your words have power over the people you love the most—your children, your spouse, and your friends—but also the people you meet in your everyday life.

What kind of seeds are you planting in your relationships and with the people God brings into your life? It takes courage to plant seeds of trust when you've been hurt. Are you planting seeds of trust—or seeds of distrust? Are you planting seeds of kindness, or are you planting seeds of crankiness? Are you planting seeds that build up, or are you planting seeds that tear down?

Remember: You will reap whatever you sow. So take heart—and be courageous in planting seeds that have great value.

Senin, 28 Juli 2025

Ambil Sikap Kekudusan

29 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
Kisah Para Rasul 18:9 "Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: "Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!"
------------------
Ada banyak bagian dari Alkitab yang tidak dipermasalahkan orang, seperti bantulah mereka yang berkekurangan. Tidak ada yang tidak sepakat dengan firman itu. Akan tetapi dunia membenci beberapa bagian dari Alkitab, dan itu membuat orang Kristen kesulitan untuk membela apa yang mereka tahu benar.

Berikut ini tiga hal yang berkaitan dengan kekudusan yang perlu dibela oleh orang Kristen di zaman ini.

1. Kekudusan hidup: Allah punya tujuan bagi setiap anak yang belum lahir. Allah telah merencanakan hidup Anda sebelum Anda dilahirkan: "Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya" (Mazmur 139:16). Kita harus berbicara bagi mereka yang tidak dapat menyuarakan diri mereka sendiri—bayi yang belum lahir dan puluhan juta bayi di seluruh dunia yang seharusnya ada di dunia ini seandainya mereka tidak digugurkan. Jika saya mengaku sebagai seorang Kristen, maka saya harus percaya bahwa setiap kehidupan adalah kudus.

2. Kekudusan seks: Seks hanyalah untuk pernikahan. Seks merupakan ide Allah. Itu tidak kotor atau salah; seks itu kudus. "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah" (Ibrani 13:4). Perintah Allah tidak akan pernah berubah: Seks pranikah tidak pernah dapat diterima oleh Allah. Hidup bersama tanpa ikatan pernikahan tidak dapat diterima oleh Allah. Perzinahan tidak dapat diterima oleh Allah. Pornografi dan objektifikasi terhadap perempuan tidak dapat diterima oleh Allah.

3. Kekudusan pernikahan: Satu pria dan satu wanita seumur hidup. Itulah rancangan asli Allah. Banyak orang bertanya, "Lalu, bagaimana dengan tokoh-tokoh Alkitab yang menjalankan poligami?" Alkitab mencatat kebenaran yang benar-benar terjadi, namun itu bukan berarti Allah menyetujui semua yang tertulis di dalamnya. Dan Alkitab sangat jelas menjelaskan perihal pernikahan, "Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Matius 19:4-6).

Renungkan hal ini:

- Kapan terakhir kali Anda berbicara tentang Yesus dalam percakapan tentang kekudusan hidup, seks, atau pernikahan?

- Apa yang menghalangi Anda untuk lebih sering berbicara?

- Bagaimana Anda dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk melakukan percakapan yang efektif tentang topik-topik ini?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 46-48; Kisah Para Rasul 28:17-31
____________
Orang-orang yang beritikad baik bisa saja berbeda pendapat tentang banyak hal dalam hidup. Namun, sebagai orang percaya, penting untuk selaras dengan apa yang Tuhan katakan tentang kekudusan hidup, seks, dan pernikahan. Dan Anda perlu memiliki keberanian untuk berdiri membela itu semua—meskipun itu bukan hal yang populer atau dianggap benar oleh dunia.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
============
"Taking a Stance on Sanctity
By Rick Warren

"Do not be afraid; keep on speaking, do not be silent." Acts 18:9 (NIV)
-------------------
There are many parts of the Bible that most people have no problems embracing—like helping the poor. That's something nearly everyone agrees on. But other parts of Scripture can be harder for the world to accept, and that can make it challenging for Christians to stand firm in their faith.

Some people won't just disagree with you on these topics—they'll feel strongly and won't hesitate to challenge your perspective.

It takes an uncommon courage to stand up against that kind of pressure.

Here are three issues related to sanctity that Christians today need to stand up for.

The sanctity of life: God has a purpose for every unborn child. God planned your life before you were born: "You saw me before I was born. Every day of my life was recorded in your book. Every moment was laid out before a single day had passed" (Psalm 139:16 NLT).

When we put our faith in Jesus, it shapes how we see the world—including the belief that every life, born or unborn, has purpose and value.

The sanctity of sex: Sex is only for marriage. Sex is God's idea. It isn't dirty or wrong; sex is holy. Hebrews 13:4 says, "Marriage should be honored by all, and the marriage bed kept pure, for God will judge the adulterer and all the sexually immoral" (NIV).

God's instructions never change: Premarital sex and living together without being married are unacceptable to God. Adultery and pornography and the objectification of women are unacceptable to God.

The sanctity of marriage: One man and one woman for life. That is God's intended, original design. The Bible is very clear on the issue of marriage: "Haven't you read . . . that at the beginning the Creator 'made them male and female,' and said, 'For this reason a man will leave his father and mother and be united to his wife, and the two will become one flesh'? So they are no longer two, but one flesh. Therefore what God has joined together, let no one separate" (Matthew 19:4-6 NIV).

People of goodwill can disagree over many issues in life. But as a believer, it's important to line up with what God says about the sanctity of life, sex, and marriage. And you need to have the courage to stand up for them—even when it's not the popular or politically correct thing to do.


Minggu, 27 Juli 2025

Dua Hal yang Anda Butuhkan untuk Memperoleh Keberanian yang Luar Biasa

28 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
Ibrani 10:35 "Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya."
----------------
Pandangan hidup Anda ialah filter yang Anda gunakan untuk melihat dan memahami kehidupan. Sebagai orang Kristen, Anda mungkin memerhatikan bahwa banyak orang di sekitar Anda memandang sesuatu secara berbeda. Tidak semua orang akan sependapat dengan iman Anda—dan beberapa bahkan mungkin menjauh.

Jadi, bagaimana Anda mendapati keberanian untuk tetap teguh ketika hal itu terjadi? Lakukanlah dua hal:

1. Anda harus menerima Firman Tuhan sebagai Penguasa Anda. Mengapa? Itulah satu-satunya sumber yang tidak akan pernah membohongi Anda. Jika Anda ingin menjadi anak- anak Allah yang berani, Anda perlu membangun hidup di atas batu yang teguh; bukan pada opini masyarakat.

Ibrani 6:18 mengatakan, "Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita."

Anda harus membangun hidup Anda di atas salah satu dari dua hal ini: opini dunia atau firman Tuhan. Ketika Anda membangun hidup Anda di atas firman Tuhan, Anda tidak akan membuang-buang waktu mengkhawatirkan apa yang orang lain pikirkan. Saya selalu mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan opini dunia. Mengapa? Sebab saya lebih takut mengecewakan Allah daripada takut ditolak seseorang.

Jika Anda belum tahu apa yang Anda yakini, tempat yang tepat untuk memulai yaitu dengan mempelajari Alkitab dan memahaminya sendiri. Gereja Anda ialah sumber yang luar biasa dan yang dapat memberi Anda alat yang Anda butuhkan untuk semakin dekat dengan Tuhan melalui firman-Nya.

2. Anda harus menghabiskan waktu pribadi dengan Yesus.

"Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus" (Kisah Para Rasul 4:13). Semakin banyak waktu yang Anda habiskan bersama Yesus, semakin jarang Anda merasa terintimidasi dengan pendapat orang lain dan semakin besar Anda memiliki keberanian yang Anda butuhkan.

Ibrani 10:35 mengatakan, "Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya."

Jika Anda ingin memiliki keberanian itu, berdoalah:

"Tuhan, aku ingin memiliki keberanian itu. Aku tidak ingin mundur. Aku tidak ingin orang lain mengendalikan apa yang aku katakan atau pikirkan. Aku ingin membangun hidupku di atas pandangan Alkitab. Hari ini, aku mau membuat dua komitmen ini: Pertama, aku menerima firman Tuhan sebagai Penguasa hidupku. Tuhan, Kau berfirman, aku percaya, dan aku tinggal di dalamnya. Kedua, Tuhan, aku ingin menghabiskan waktu dengan-Mu setiap hari. Aku ingin mengenal-Mu secara pribadi. Aku ingin menjadi orang yang penuh sukacita dan keberanian sehingga orang lain berkata, "Orang itu pengikut Yesus." Tuhan, tolong aku untuk berani memperkatakan kebenaran-Mu. Di dalam nama-Mu, aku berdoa. Amin."

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 43-45; Kisah Para Rasul 28:1-16
____________
Berani menyampaikan pandangan yang tak umum tidaklah mudah, tetapi upah yang akan Anda dapat akan bertahan untuk selamanya.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
==========
Two Things You Need for Uncommon Courage
By Rick Warren

"So do not throw away your confidence; it will be richly rewarded." Hebrews 10:35 (NIV)
-------------------
Your worldview is the filter you use to see and understand life. As a Christian, you may notice that a lot of people around you see things differently. Not everyone will share your beliefs—and some might even push back.

So how do you find the courage to stand strong when that happens? You do two things:

First, accept God's Word as your authority. It's the only source of truth! To be a woman or man of courage, you need to build your life on the Rock that never changes, not on popular opinion.

Hebrews 6:18 says, "God has given both his promise and his oath. These two things are unchangeable because it is impossible for God to lie. Therefore, we who have fled to him for refuge can have great confidence as we hold to the hope that lies before us" (NLT).

You will build your life on one of two things: the world's opinion or God's Word. When you build your life on God's Word, you won't waste your time worrying about what other people think. I say things all the time that are unpopular. Why? Because I fear displeasing God more than I fear someone's rejection.

If you don't know what you believe, a great place to start is by exploring the Bible and getting to know it for yourself. Your local church is a great resource and can give you the tools you need to grow closer to God through his Word.

Second, spend time with Jesus. The more time you spend with Jesus, the more confident you'll be to stand up to any opinions that contradict God's Word. Spending time with Jesus fills you with courage to stand for the truth even when it's hard.

This was true for Jesus' followers in the Bible: "The leaders saw that Peter and John were not afraid to speak, and they understood that these men had no special training or education. So they were amazed. Then they realized that Peter and John had been with Jesus" (Acts 4:13 NCV).

The reward of standing courageously for the truth will last forever! It might be unpopular and is rarely easy, but when you accept God's Word as your authority and spend time with Jesus, you'll develop an uncommon courage you never thought possible.

Here's a prayer you can pray today: "God, I want to be a person of courage. I want to live to please you and not other people. I want to build my life on a biblical worldview and stand courageously for my faith. I make these two commitments today: First, I accept your Word as my authority and the foundation for my life. Second, I want to spend time with you every day and get to know you personally. I want to be so full of joy and courage that people say, 'That person's been with Jesus.' I ask you to help me to be fearless for the truth. In Jesus' name I pray. Amen."


Sabtu, 26 Juli 2025

Anda Tak Perlu Takut Mati

27 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
2 Korintus 4:18 "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."
------------------
Hanya orang bodoh yang akan menjalani hidup tanpa persiapan untuk menghadapi sesuatu yang mereka tahu tidak terelakkan. Ada satu hal yang tidak dapat kita hindari: kematian.

Anda mungkin akan mati dalam seminggu atau setahun, atau mungkin 50 tahun lagi. Tetapi pada akhirnya Anda akan mati. Karena kematian tak dapat dihindari, Anda perlu memastikan bahwa Anda siap menghadapinya dengan memastikan bahwa Anda hidup dalam damai sejahtera.

Kematian telah jadi bagian dari persamaan di bumi semenjak dosa memasuki dunia ini bersama Adam dan Hawa. Alkitab mengatakan, "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 6:23). Dosa mendatangkan maut ke dunia.

Meskipun kematian tidak terelakkan, membicarakannya masih dianggap tabu dalam masyarakat kita. Undang beberapa orang ke rumah Anda, sajikan hidangan besar, dan katakan, "Mari kita bicara tentang kematian"— kemungkinan besar tamu Anda akan langsung menuju pintu!

Bahkan, kita sendiri tidak suka menggunakan kata-kata seperti kematian, sekarat, dan mati. Kita telah menciptakan berbagai eufemisme untuk menghindarinya. Kita mengatakan, "Dia sudah meninggal," atau "Dia sudah tiada" atau "Dia sudah meninggal."

Namun, Anda tidak perlu takut mati. Sebenarnya, salah satu tujuan Yesus datang ke Bumi ialah untuk menghilangkan rasa takut Anda akan kematian. Bagaimana caranya? Pertama, Dia mati di kayu salib, menebus semua dosa Anda agar Anda bisa masuk surga. Kemudian Dia bangkit, menunjukkan bahwa ada kehidupan setelah kematian.

Alkitab mengatakan, "Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut" (Ibrani 2:14-15).

Saya tidak takut mati—dan saya tidak ingin Anda juga takut. Alih-alih memendam ketakutan dan rasa sakit Anda, Allah ingin Anda memandang-Nya serta memberikan harapan tentang Indonesia. "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal" (2 Korintus 4:18).

Renungkan hal ini:

- Apakah Anda berdoa hari ini untuk meminta Yesus menjadi Juruselamat Anda? Jika ya, ceritakan kepada teman Kristen Anda atau hubungi gereja setempat untuk mendapatkan dukungan.

- Apakah Anda mengenal seseorang yang sedang menghadapi kematian dan rasa takut? Bagaimana Anda dapat membagikan kabar baik bahwa Yesus dapat menghilangkan rasa takut mereka akan kematian?

- Bagaimana dengan mengetahui di mana Anda akan menghabiskan kekekalan Anda akan membentuk perasaan Anda tentang kematian?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 40-42; Kisah Para Rasul 27
________________
Jika Anda akan meninggal hari ini, apakah Anda yakin akan masuk surga? Jika belum, inilah saatnya untuk menyelesaikan masalah ini dan menghapus rasa takut akan kematian.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
===========
You Don't Have to Fear Death
By Rick Warren

"The troubles will soon be over, but the joys to come will last forever." 2 Corinthians 4:18 (TLB)
-----------------
Only a fool would go through life unprepared for what they know is inevitable. And there's one thing that's inevitable for all of us: death.

You may die in a week or in a year, or in 50 years. But you will die. And because death is inevitable, you need to make sure you're ready for it by making sure you're at peace with God.

Death has been part of the equation here on earth since sin entered the world with Adam and Eve. The Bible says, "The wages of sin is death" (Romans 6:23 NLT). Sin brought death into the world.

Even though death is inevitable, talking about it is taboo in our society. Invite a bunch of people to your house, serve a big meal, and say, "Let's talk about dying"—and your guests will likely head to the door!

In fact, we don't even like to use words like death, dying, and dead. We've come up with all kinds of euphemisms to avoid them. We say, "He's passed on," or "She's pushing up daisies," or "He kicked the bucket."

But you don't have to be afraid to die. In fact, one of the things Jesus came to do is to take away your fear of death. How? First, he died on the cross, paying for all your sins so you could go to heaven. Then he was resurrected, showing that there is life after death.

The Bible says, "For only as a human being could [Jesus] die, and only by dying could he break the power of the devil, who had the power of death. Only in this way could he set free all who have lived their lives as slaves to the fear of dying" (Hebrews 2:14-15 NLT). 

I'm not afraid to die—and I don't want you to be either. Instead of looking to your fear and to your pain, God wants you to look to him and to the hope of heaven. The Living Bible paraphrase tells us how: "So we do not look at what we can see right now, the troubles all around us, but we look forward to the joys in heaven which we have not yet seen. The troubles will soon be over, but the joys to come will last forever" (2 Corinthians 4:18).

If you were to die today, are you certain that you would go to heaven? If you aren't, it's time to settle the issue—and erase the fear of death—by praying something like this:

"Dear God, I don't want my sin to separate me from you any longer. I ask for your forgiveness. You have promised that if I believe in Jesus, you'll forgive me for everything I've ever done wrong, you'll show me the purpose of my life, and you'll accept me into your family and bring me to heaven one day to live with you for eternity.

"Jesus, I confess my sin, and I believe you are my Savior. I trust you when you say salvation comes by grace, through faith, and not by anything I do. I ask you to come into my life as my Lord. Today, I commit my life to you.

"I want to live the way you created me to live—at peace and without fear—and to use the remainder of my life to serve you. In Jesus' name I pray. Amen."

If you just prayed to accept Jesus, please email me at Rick@PastorRick.com and let me know about it. I'd like to send you some free materials to help you start your journey with Jesus.


Jumat, 25 Juli 2025

Foto dari deka



Dulu saya juga heran, darimana platform seperti Whatsapp membiayai dirinya ya ? Kenapa gak ada iklan, misalnya, jadi kita bisa tahu darimana pendapatan mereka. Tetapi ternyata bukan begitu caranya. Whatsapp tetap gratis, karena model bisnisnya bukan di iklan, tetapi data pengguna. Dengan modal "data" itu, mereka jualan ke Meta, induknya Facebook dan Meta terinpirasi utk menyambungkan Whatsapp dengan platform media sosial mereka, sehingga apa yang kita bicarakan di whatsapp akan menjadi petunjuk algoritma di Fb dan IG apa yang kita butuhkan. Whatsapp dibeli Meta seharga lebih dari 200 triliun rupiah. Itu namanya model bisnis, atau business model. Kreatif. Berkelas. Nah, pemerintah kita ini gak pernah punya business model yang kreatif. Mereka taunya cash dan cash doang. Kalo gak dari pajak, ya dari majakin. Cuman itu kapasitas berpikir di negara berkembang. Taunya uang receh, gak pernah berfikir jauh ke depan menciptakan business model yang menarik padahal apa yang kita gak punya ? Penduduk 250 juta. SDA kaya raya. Yang kita gak punya ternyata otak. Itulah yg bikin kita jadi negara kok berkembanggg terusss.. Denny Siregar

Cara Menghibur Seseorang yang Sedang Menuju Kematian

26 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
Mazmur 23:4 "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."
----------------------
Ketika seseorang sedang sekarat—ketika mereka menerima diagnosis medis yang tak dapat disembuhkan atau berada pada stadium akhir—orang-orang di sekitar mereka cenderung menjauh. Mereka tidak tahu bagaimana caranya menguatkan orang-orang yang mereka cintai di hari-hari terakhir mereka. Namun, saat seseorang sedang sekarat, mereka sesungguhnya membutuhkan orang lain untuk menemani mereka.

Selama bertahun-tahun menjadi seorang pendeta, saya telah mendampingi banyak orang yang sedang sekarat. Saya telah belajar bagaimana menguatkan mereka secara emosional, fisik, dan rohani. Mereka membutuhkan orang-orang di sekitar mereka untuk memberikan PENGHIBURAN (COMFORT):

C (Confront) – Hadapi ketakutan Anda sendiri.

Banyak orang takut mati, sehingga mereka mencoba untuk menghindar dari orang-orang yang sedang sekarat. Mungkin Anda takut dengan kematian itu sendiri. Saya telah menyaksikan banyak kematian. Tubuh manusia akan melambat, dan akhirnya berhenti. Di satu momen tubuh mereka di sini, lalu di momen berikutnya tidak ada. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Atau, mungkin Anda takut mengatakan kebenaran. Tapi ketahuilah, apa yang Anda katakan—atau tidak katakan—sebenarnya tidak terlalu penting. Seseorang yang sedang sekarat hanya membutuhkan Anda ada bersamanya.

O (Offer)– Berikan kehadiran Anda.

Ketika seseorang sedang sekarat, mereka hanya membutuhkan Anda untuk hadir buat mereka. Anda bahkan tidak perlu berbicara! Duduklah saja bersama mereka dan pegang tangannya jika mereka menginginkannya. Atau bacalah buku atau bekerjalah dengan laptop Anda di ruangan yang sama dengan mereka. Tetaplah di sana. Dan ingatkan mereka bahwa Tuhan juga menyertai mereka: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku" (Mazmur 23:4).

M (Minister)– Layani mereka dengan dukungan emosional.

Lakukan saja apa yang perlu Anda lakukan. Jalankanlah tugas Anda, berikan pijatan punggung, atau siapkan camilan. Jika Anda tidak yakin apa yang dibutuhkan, tanyakan saja. Alkitab mengajarkan, "Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang" (1 Tesalonika 5:14).

F (Fortify) – Kuatkan mereka dengan dukungan emosional.

Orang yang sedang sekarat mungkin merasa menyesal, sedih, atau takut. Anda dapat membantu mereka memikul perasaan-perasaan tersebut: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (Galatia 6:2). Anda dapat menguatkan mereka dengan mendoakan mereka, membacakan firman Tuhan atau buku-buku penyemangat dengan lantang, atau bahkan dengan memainkan musik pujian dan penyembahan.

O (Open up) – Bukalah mereka dengan pertanyaan.

Orang-orang yang sekarat sering kali perlu mengutarakan perasaan dan pengalaman mereka. Terkadang mereka mungkin akan mengajukan pertanyaan yang tidak dapat Anda jawab, dan respons terbaik Anda ialah dengan bertanya balik. Jika seseorang bertanya, "Apakah saya akan mati?" Anda dapat bertanya balik, "Apa pendapatmu tentang kematian?" Jika mereka bertanya, "Mengapa ini terjadi padaku?" tanyakanlah, "Apa yang kau rasa sedang terjadi padamu?" Amsal 20:5 mengatakan, "Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya."

R (Remember) – Ingatlah bahwa anggota keluarga juga memiliki kebutuhan.

Anggota keluarga seseorang yang sedang sekarat membutuhkan bantuan praktis—seperti menyiapkan makanan, membersihkan rumah, atau bahkan waktu untuk tidur siang atau mandi. Dan mereka akan menghargai Anda yang mengajukan pertanyaan yang mereka rasa tidak nyaman untuk ditanyakan, seperti, "Apakah Anda punya preferensi untuk upacara pemakaman Anda?" atau "Apakah Anda sudah membuat surat wasiat?" Anda dapat membantu merawat teman Anda yang sedang sekarat dengan membantu keluarga teman tersebut.

T (Turn to) – Arahkan mereka kepada Yesus.

Hal yang paling utama ialah teman Anda akan memasuki kekekalan dalam keadaan siap bertemu Kristus. Dan itu hanya dapat terjadi ketika Yesus menyembuhkan mereka secara rohani. Untuk itu, kuatkanlah teman Anda untuk melakukan apa yang dilakukan Daud: "Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan. Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: "Ya TUHAN, luputkanlah kiranya aku!" (Mazmur 116:3-4).

Renungkan hal ini:

- Dari ketujuh cara "menghibur" seseorang di atas, manakah yang terasa paling sulit buat Anda? Bagaimana Anda dapat mempraktikkannya bahkan ketika Anda tidak mengenal seseorang yang sedang sekarat?

- Ketakutan apa yang Anda miliki tentang kematian? Apa yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi ketakutan tersebut?

- Sudahkah Anda mengizinkan Tuhan menyembuhkan Anda secara rohani? Sekalipun Anda sudah menjadi orang Kristen, adakah bagian hati Anda yang masih perlu disembuhkan oleh-Nya?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 37-39; Kisah Para Rasul 26
____________
Inti dari Kekristenan ialah belajar untuk menyerahkan hidup Anda—belajar untuk menjadi seperti Yesus. Salah satu cara terindah untuk melakukannya yaitu dengan memberikan penghiburan kepada seseorang yang sedang sekarat.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
===========
How to Comfort Someone Facing the End of Life
By Rick Warren

"Even when I walk through the dark valley of death, I will not be afraid for you are close beside me." Psalm 23:4 (NLT)
--------------------
When someone is dying—when they've received that terminal diagnosis or are reaching the end of a long life—people around them tend to pull away. They don't know how to support their loved one in their final days. But when someone is dying, they need people to come close.

In my years as a pastor, I've been with many, many people who were dying. I've learned how to support them emotionally, physically, and spiritually. They need the people around them to offer COMFORT:

C – Confront your own fears.

Many people fear death—so they try to avoid people who are dying. Maybe you're afraid of what death itself is like. I've been there for many deaths, and they're almost always quite ordinary. People's bodies slow down, and eventually they just stop; one moment they're here, and the next they're not. It's nothing to fear. Or maybe you're afraid of saying the wrong thing. What you say—or don't say—really isn't very important. Someone who's dying just needs you to be with them.

O – Offer your physical presence. 

When someone is dying, they simply need you to show up. You don't even have to talk! Just sit with someone and hold their hand if they want that. Or read your book or work from your laptop in the same room they're in. Just be there. And remind them that God is with them too: "Even when I walk through the dark valley of death, I will not be afraid, for you are close beside me" (Psalm 23:4 NLT).

M – Minister with practical assistance.

Just do what needs to be done. Run errands, offer a back rub, prepare a snack. If you're not sure what is needed, just ask. The Bible teaches, "Encourage those who are timid. Take tender care of those who are weak" (1 Thessalonians 5:14 NLT).

F – Fortify them with emotional support.

People who are dying may feel regret or sadness or fear. And you can help them carry those emotions: "Carry each other's burdens, and in this way you will fulfill the law of Christ" (Galatians 6:2 NIV). You can support them by praying for them, by reading Scripture or encouraging books aloud, or even by playing worship music.

O – Open them up with questions.

People at the end of life often need to talk about their feelings and experiences. Sometimes they may ask questions you can't answer, and the best response may be to ask a question in return. If someone asks, "Am I going to die?" you can ask them in return, "What are your thoughts about dying?" If they ask, "Why is this happening to me?" ask them, "What do you feel is happening to you?" Proverbs 20:5 says, "A person's thoughts are like water in a deep well, but someone with insight can draw them out" (GW).

R – Remember the family has needs too. 

A dying person's family members may need practical help—like meals prepared, a house cleaned, or even time to take a nap or a shower. And they may appreciate you asking questions they feel uncomfortable asking, like, "Do you have preferences for your memorial service?" or "Have you made a will?" You can help take care of your dying friend by helping that friend's family.

T – Turn them to Jesus. The most important thing is that your friend enters eternity prepared to meet God. And that can only happen when Jesus heals them spiritually. Encourage your friend to do what David did: "Death stared me in the face—I was frightened and sad. Then I cried, 'Lord, save me!'" (Psalm 116:3-4 TLB). 

The whole business of Christianity is for you to learn to give your life away—to learn to be like Jesus. And one of the most beautiful ways to do that is to offer comfort to someone who is dying.


Kamis, 24 Juli 2025

Berjalan dengan Sahabat yang Sedang Sekarat

25 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
Mazmur 31:14-15 "Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!" Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku!"
-------------------
Ada dua pengalaman yang pasti dialami setiap orang: kelahiran dan kematian. Di mana pun Anda tinggal, probabilitas kematiannya sama: 100 persen. Semua orang akan mati. Alkitab memberi tahu kita, "Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati?" (Mazmur 89:48).

Setiap orang bereaksi berbeda-beda, tetapi ada beberapa tahap umum yang biasanya dilalui orang dalam mempersiapkan diri menghadapi kematian. Tahap-tahap tersebut adalah lima tahap kedukaan. Tahap-tahap ini pertama kali diidentifikasi oleh Elisabeth Kübler-Ross dalam bukunya yang terbit tahun 1969, On Death and Dying. Anda juga dapat menemukan tema serupa dalam Kitab Mazmur.

Memahami kelima tahap kedukaan ini akan membantu Anda memahami dan menopang teman atau anggota keluarga yang sedang mempersiapkan diri menghadapi kematian.

Tahap 1: Penyangkalan

Ketika seseorang diberi kabar bahwa ia akan meninggal, kemungkinan besar ia akan merespons dengan penyangkalan. Penyangkalan mengatakan hal-hal seperti ini: "Ini tidak mungkin terjadi padaku." Penyangkalan sebenarnya adalah sebuah bentuk ketakutan. Seperti yang dikatakan Mazmur 55:4, "Karena teriakan musuh, karena aniaya orang fasik; sebab mereka menimpakan kemalangan kepadaku, dan dengan geramnya mereka memusuhi aku."

Tahap 2: Kemarahan

Orang-orang akan marah kepada Tuhan, kepada dokter, kepada keluarga mereka, dan bahkan kepada diri mereka sendiri. Mereka mungkin berkata, "Mengapa ini terjadi padaku? Ini tidak adil!" seperti dalam Mazmur 39: "Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku: "Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!" (Mazmur 39:3-4).

Tahap 3: Tawar-menawar

Orang-orang akan berkata seperti, "Tuhan, jika Engkau mengizinkanku hidup lebih lama lagi, aku berjanji akan..." Mereka mencoba tawar-menawar dengan Tuhan agar mereka dapat terus hidup. Namun Alkitab mengatakan, "Tiada seorangpun berkuasa menahan angin dan tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian. Tak ada istirahat dalam peperangan, dan kefasikan tidak melepaskan orang yang melakukannya" (Pengkhotbah 8:8).

Dan Mazmur 49:8 mengatakan, "Karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya."

Tahap 4: Depresi

Pada tahap ini, orang akan merasakan kesedihan yang luar biasa dan ingin menyerah. Mereka merasa tertekan. "Sebab sengsara dan miskin aku, dan hatiku terluka dalam diriku; aku menghilang seperti bayang-bayang pada waktu memanjang, aku dikebutkan seperti belalang" (Mazmur 109:22-23).

Tahap 5: Penerimaan

Pada tahap ini seseorang mulai berpikir, "Sebaiknya aku menerimanya dan bersiap-siap. Semuanya akan baik-baik saja. Aku siap menghadapi apa pun yang terjadi." Mazmur 31:14-15 mengatakan, "Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!" Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku!"

Tidak semua orang melewati semua tahap ini—dan tidak semua orang melewatinya secara berurutan. Namun, memahami tahap-tahap ini dapat membantu Anda mengenali apa yang mungkin dialami seseorang yang Anda kasihi saat mereka menghadapi kematiannya sendiri. Dan memahami apa yang mereka alami dapat membantu Anda untuk lebih dekat dan menopang mereka saat mereka sangat membutuhkan Anda.

Renungkan hal ini:

- Pernahkah Anda mengalami beberapa tahap kedukaan ini? (Ingatlah, Anda bisa berduka atas banyak hal, mulai dari kematian orang terkasih hingga kehilangan impian.) Bagaimana seorang teman mendukung Anda saat Anda berduka?

- Siapa seseorang yang Anda kenal saat ini yang sedang berduka? Bagaimana Anda bisa mendukung orang tersebut?

- Mazmur 31:4-5 mengatakan, "Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia." Aspek kehidupan apa yang perlu Anda percayakan kepada Tuhan hari ini?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 37-39; Kisah Para Rasul 26
____________
Ketika sahabat atau anggota keluarga Anda sedang berada di akhir hayatnya, bagaimana Anda dapat membantu mereka? Untuk dapat menopang mereka, Anda terlebih dahulu perlu memahami apa yang sedang mereka alami.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
===========
Walking with a Friend Who's Dying
By Rick Warren

"I am trusting you, O LORD, saying, 'You are my God!' My future is in your hands." Psalm 31:14-15 (NLT)
------------------
There are two experiences that absolutely everybody goes through: birth and death. No matter where you live, the mortality rate is the same: 100 percent. Everybody dies. The Bible tells us, "No one can live forever; all will die. No one can escape the power of the grave" (Psalm 89:48 NLT).

When it's your friend or family member who's at the end of their life, how can you help them? To offer support, you need to understand what they're going through.

Everyone reacts differently, but there are some common stages that people typically go through in preparing for death. They're the five stages of grief. They were first identified by Elisabeth Kübler-Ross in her 1969 book On Death and Dying. And you can find similar themes in the book of Psalms.

Understanding these five stages of grief will help you understand—and support—a friend or family member who's preparing for death.

Stage 1: Denial

When someone is given the news that they're going to die, they may respond with denial. Denial says things like, "This isn't really happening to me." Denial really is just a form of fear. As Psalm 55:4 says, "I am frightened inside; the terror of death has attacked me" (NCV).

Stage 2: Anger

People get angry at God, at doctors, at their family, and even at themselves. They might say, "Why is this happening to me? It's not fair!" like in Psalm 39: "I became very angry inside, and as I thought about it, my anger burned. So I spoke: 'Lord, tell me when the end will come and how long I will live. Let me know how long I have'" (Psalm 39:3-4 NCV).

Stage 3: Bargaining

People say things like, "God, if you'll just let me live a little bit longer I promise to . . . " They try to bargain with God so they can keep living. But the Bible says, "No one can keep from dying or put off the day of death" (Ecclesiastes 8:8 GNT). And Psalm 49:8-9 says it like this: "You can never pay God enough to stay alive forever and safe from death" (CEV).

Stage 4: Depression. 

In this stage, people may feel overwhelming sadness and want to give up. They feel depressed. The Message paraphrase says it like this: "I'm at the end of my rope, my life is in ruins. I'm fading away to nothing, passing away" (Psalm 109:22-23).

Stage 5: Acceptance

At this stage someone begins to think, "I may as well accept it and prepare for it. It's going to be okay. I'm ready for whatever happens." Psalm 31:14-15 says, "I am trusting you, O LORD, saying, 'You are my God!' My future is in your hands" (NLT).

Not everyone goes through all of these stages—and not everyone goes through them in order. But understanding the stages can help you recognize what someone you love may be experiencing as they face their own death. And understanding what they're going through can help you draw closer and support them when they need you most.


Rabu, 23 Juli 2025

Anda Tak Selalu Membutuhkan Sinar Mentari untuk Bertumbuh

24 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
Yakobus 1:3-4 "Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. Bisa saja untuk bertumbuh di saat cuaca cerah dan baik—tetapi Anda akan berakar lebih dalam di masa-masa sulit dalam hidup."
--------------------
Sebagai seorang pendeta, saya sudah mendengar banyak orang yang berkata bahwa mereka lebih banyak bertumbuh lewat perpisahan, penyakit, kehilangan pekerjaan atau tragedi. Mereka menyadari bagaimana Tuhan menggunakan kesulitan untuk mendekatkan mereka kepada-Nya dan mendewasakan mereka.

Alkitab mengatakannya seperti ini: "Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun" (Yakobus 1:3-4).

Biarkan iman Anda bertumbuh! Ketika Anda membiarkan Tuhan masuk ke dalam masalah Anda dan tidak mendorong Dia keluar, Anda akan menjadi tahan uji dan siap untuk menghadapi apa pun—kuat dalam karakter, utuh, dan sempurna.

Penderitaan ialah harga yang tinggi dari pertumbuhan. Ungkapan ini benar: Tidak ada hasil yang tanpa usaha. Kita menginginkan solusi cepat dan perbaikan mudah. Kita menginginkan pil, seminar, atau buku yang bisa mengubah segalanya tanpa melibatkan penderitaan. Kita menginginkan hasil yang membawa kedewasaan tanpa proses yang menyakitkan. Tetapi itu tidak akan terjadi!

Teolog J. I. Packer berkata, "Tuhan menggunakan penderitaan yang kronis, beserta semua penderitaan lainnya, sebagai pahat-Nya untuk memahat hidup kita. Itu memperdalam ketergantungan kita kepada Kristus untuk kekuatan yang baru setiap hari. Semakin lemah perasaan kita, semakin keras kita harus bersandar, dan semakin keras kita bersandar, semakin kuat kita bertumbuh secara rohani."

Hal yang membuat Anda patah semangat saat ini ialah hal yang sedang Tuhan gunakan untuk mengembangkan karakter Anda saat ini.

Bagaimana Daud bisa menulis mazmur yang begitu indah dan penuh kuasa? Karena di tengah segala kesepian, pengabaian, dan ketidakadilan yang dialaminya sebagai seorang gembala hingga ia menjadi seorang raja, Daud tahu bahwa Tuhan menyertainya setiap saat. Daud menuliskan kata-kata terindahnya di tengah kepedihannya yang terdalam.

Renungkan hal ini:

- Apakah Anda percaya bahwa Anda diberikan pilihan dalam pertumbuhan rohani Anda? Mengapa atau mengapa tidak?

- Apa salah satu cara agar Anda menjadi lebih serupa dengan Yesus melalui pengalaman yang menyakitkan?

- Mengapa penting untuk mengembangkan ketekunan?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 33-34; Kisah Para Rasul 24
____________
Dalam hidup, akan ada pertumbuhan di masa-masa sulit yang tidak akan Anda peroleh dengan cara lain. Proses ini tidak akan menjadikan Anda sempurna, tetapi akan menggerakkan Anda untuk menjadi lebih serupa dengan Kristus. Dan jika Anda percaya bahwa Tuhan akan memelihara dan menyertai Anda dalam penderitaan Anda, maka Dia akan mengembangkan ketekunan di dalam diri Anda dan memberikan Anda damai sejahtera dan sukacita.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
==========
You Don't Always Need Sunshine to Grow
By Rick Warren

"When your faith is tested, your endurance has a chance to grow. So let it grow, for when your endurance is fully developed, you will be perfect and complete, needing nothing." James 1:3-4 (NLT)
-------------------
It's possible to grow during times of bright, fair weather—but you put down deeper roots during the dark days of life.

As a pastor, I've heard from countless people who said they had grown more through separation, illness, job loss, or tragedy than they would have otherwise. They recognized how God had used difficulty to draw them closer to him and mature them.

The Bible says it this way: "When your faith is tested, your endurance has a chance to grow. So let it grow, for when your endurance is fully developed, you will be perfect and complete, needing nothing" (James 1:3-4 NLT).

Let it grow! When you let God into your problems and don't push him out, then you'll develop endurance that will make you ready for anything—strong in character, full and complete.

Pain is the high cost of growth. The old cliché is true: There is no gain without pain. We want the quick solution and the easy fix. We want the pill or the seminar or the book that's going to change everything without involving pain. We want the product that brings maturity without the painful process. But that isn't going to happen!

Theologian J. I. Packer said, "God uses chronic pain and weakness, along with all the other inflictions, as his chisel for sculpting our lives. It deepens our dependence upon Christ for strength each day. And the weaker we feel, the harder we lean, and the harder we lean, the stronger we grow spiritually."

The very thing that's discouraging you right now is the very thing God is using to develop you right now.

How was David able to write such beautiful and powerful psalms? Because through all the loneliness, neglect, and injustice he went through as a young shepherd and even as a king, David knew God was with him the whole time. David wrote his most beautiful words in his deepest pain.

There will be growth in the painful parts of life that you will not gain any other way. The process will not make you perfect, but it will move you toward being more like Christ. And if you'll trust God to keep you and walk with you in your pain, he will develop endurance in you and give you his peace and rest.


Selasa, 22 Juli 2025

Keluar dari Jerat Utang

23 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
Galatia 6:9 "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."
-------------------
Utang terkadang terasa seperti jurang maut yang tak akan pernah bisa Anda lewati. Namun, Tuhan tidak ingin Anda terus terpuruk; Dia ingin Anda merasakan kebebasan finansial.

Berikut ini beberapa langkah yang bisa Anda ikuti, bukan hanya untuk keluar dari jerat utang, tapi juga untuk bebas dari utang selamanya:

1. Buat komitmen untuk bebas dari utang sekarang. Mengambil langkah pertama sering kali merupakan bagian tersulit dari keseluruhan perjalanan! Jika Anda terlilit utang, Anda perlu membuat komitmen untuk terbebas dari utang dengan melunasi semua utang Anda. Hal itu memerlukan komitmen, disiplin, ketekunan, karakter dan pengorbanan. Tak ada seorang pun yang bisa begitu saja bebas dari utang. Bebas dari utang ialah sesuatu yang direncanakan. Jadi, buatlah komitmen hari ini untuk terbebas dari utang.

2. Berikan kepada Tuhan dan diri Anda sendiri. Meskipun Anda sedang berusaha melunasi utang, Anda perlu memberi persepuluhan (memberi kepada Tuhan) dan menabung (memberikan kepada diri sendiri). Ketika Anda ingin Tuhan memberkati suatu aspek kehidupan Anda, maka Anda harus mengutamakan Dia di aspek tersebut. Seperti yang Alkitab katakan, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Jika Anda ingin Tuhan memberkati keuangan Anda, maka Anda perlu mengutamakan Dia dalam keuangan Anda. Caranya ialah dengan memberikan persepuluhan dan menabung.

3. Catat semua yang Anda miliki, utang, dan hasilkan. Alkitab mengatakan, "Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan" (Amsal 24:3). Untuk bisa menjadi bijak dalam mengelola keuangan, Anda harus memahami dari mana uang Anda berasal dan ke mana perginya.

Orang bilang uang bisa bicara, tapi sebenarnya tidak. Uang itu bisa pergi begitu saja. Sangat mudah untuk sampai di akhir bulan dan bertanya, "Ke mana perginya semua uang saya?" Tapi sebaliknya, ketika Anda membuat anggaran, Anda memberi tahu uang Anda ke mana Anda ingin ia pergi, alih-alih bertanya-tanya ke mana perginya. Anggaran ialah pengeluaran yang direncanakan.

4. Susun rencana pelunasan. Utang tidak lunas secara kebetulan, Anda perlu memiliki rencana pembayaran. Alkitab mengatakan, "Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan" (Amsal 21:5). Bila Anda tidak yakin bagaimana cara menyusun rencana pelunasan, carilah seorang penasihat keuangan. Sama seperti jika Anda pergi ke dokter saat sakit, menemui seorang penasihat keuangan profesional—atau bahkan teman yang bijak yang ahli dalam mengelola keuangan—dapat membantu Anda untuk kembali sehat secara finansial.

5. Jangan menambah utang baru. Ketika Anda menyusun rencana keuangan untuk melunasi utang, jangan menambah utang baru. Cara termudah untuk melakukannya mungkin dengan menggunting kartu kredit Anda. Sambil Anda belajar hidup tanpa utang, belajarlah untuk menerima kebenaran ini juga: "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (Ibrani 13:5).

6. Bertekun. Bebas dari utang tidaklah mudah. Dibutuhkan disiplin, usaha, dan pengorbanan. Dengan kata lain, Anda harus berpegang teguh pada prinsip itu. Alkitab mengatakan, "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah" (Galatia 6:9).

Renungkan hal ini:

- Bagaimana Anda mengutamakan Tuhan dalam keuangan Anda saat ini? Jika belum, perubahan-perubahan apa yang perlu Anda lakukan?

- Ibrani 13:5 memerintahkan para pengikut Yesus, "Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu." Dalam aspek kehidupan apa Anda merasa puas? Di mana letak ketidakpuasan Anda? Berdoalah tentang aspek-aspek ketidakpuasan tersebut hari ini dan mohon Tuhan membantu Anda untuk merasa puas.

- Kapan Anda menuai berkat Tuhan (Galatia 6:9) karena Anda terus melakukan apa yang benar, bahkan ketika itu sulit?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 31-32; Kisah Para Rasul 23:12-35
____________
Anda tidak mempunyai kendali atas apa yang terjadi dalam perekonomian dunia. Namun, Anda memiliki kendali atas berapa banyak yang Anda hasilkan, tabung, dan belanjakan. Berkomitmenlah untuk bebas dari utang dan kelola keuangan Anda sesuai dengan kehendak Tuhan, apa pun yang terjadi dengan perekonomian Anda.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
===========
Getting Out of the Debt Trap
By Rick Warren

"Let us not get tired of doing what is right, for after a while we will reap a harvest of blessing if we don't get discouraged and give up."  Galatians 6:9 (TLB)
--------------------
Debt can sometimes feel like a bottomless pit you'll never get out of. But God doesn't want you to keep sinking deeper; he wants you to experience financial freedom.

Here are some steps you can follow to not only get out of debt but stay out of debt permanently:

1. Commit to becoming debt-free now. Taking this first step is often the most difficult part of the whole journey! If you're in debt, you need to commit to becoming debt-free by repaying all your debts. That takes commitment, discipline, perseverance, character, sacrifice, and delayed gratification. No one just drifts out of debt. Getting out of debt is intentional. So commit today to becoming debt-free.

2. Give to God and to yourself. Even when you're working to get out of debt, you need to tithe (give to God) and save (give to yourself). When you want God to bless an area of your life, you need to put him first in that area. As the Bible says, "Seek first his kingdom and his righteousness, and all these things will be given to you as well" (Matthew 6:33 NIV). If you want God to bless your finances, you need to put him first in your finances. You do that by tithing and saving.

3. List all you own, owe, and earn. The Bible says, "By wisdom a house is built, and through understanding it is established" (Proverbs 24:3 NIV). To be wise about your money, you have to understand where your money is coming from and where it's going.

People say that money talks, but it doesn't. It just walks away quietly. It's so easy to get to the end of the month and ask, "Where did all the money go?" But when you create a budget, you tell your money where you want it to go rather than wondering where it went. A budget is simply planned spending.

4. Set up a repayment plan to get out of debt. You won't get out of debt accidentally; you need to have a plan. The Bible says, "Good planning and hard work lead to prosperity" (Proverbs 21:5 NLT). If you're not sure how to set up a repayment plan, you need to find a financial coach. In the same way you might go to the doctor when you're sick, seeing a professional financial adviser—or even a wise friend who's good with money—can help you get back to financial health.

5. Add no new debt. While you're going through your financial plan to get out of debt, don't add any new debt. The simplest way to do this may be for you literally to cut up your credit cards. As you learn to live without them, learn to embrace this truth too: "Be content with what you have" (Hebrews 13:5 NIV). 

6. Stick to it. Getting out of debt is not easy. It takes discipline, effort, and sacrifice. In other words, you've got to stick to it. The Bible says, "Let us not get tired of doing what is right, for after a while we will reap a harvest of blessing if we don't get discouraged and give up" (Galatians 6:9 TLB). 

You don't have control over what the economy does. But you do have control over how much you give, save, and spend. Commit to getting out of debt and doing your finances God's way, no matter what happens with the economy.


Senin, 21 Juli 2025

Mencukupkan Diri

22 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
Ibrani 13:5 "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
--------------------
Hampir setiap hari saat saya memeriksa kotak surat, saya menemukan iklan penawaran kartu kredit. Namun ada satu kata yang tidak pernah digunakan pada iklan kartu kredit tersebut: "utang." Sebaliknya, mereka mengatakan hal-hal seperti, "pembayaran mudah." Saudara, tidak ada yang namanya pembayaran mudah.

Sesungguhnya, ada bahaya dari utang—dan hidup dengan mengandalkan utang bisa menjerat Anda.

Jika Anda bergantung pada kartu kredit untuk mempertahankan gaya hidup Anda, berarti Anda hidup di luar kemampuan Anda. Alkitab mengatakan, "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada padamu" (Amsal 3:27-28).

Bagaimana Anda tahu jika Anda hidup di atas kemampuan Anda? Berikut ini cara mudah untuk mengetahuinya: Jika Anda tidak rutin membayar lunas kartu kredit setiap bulan, kemungkinan besar Anda selama ini mengandalkan utang untuk menutupi pengeluaran—yang kemudian dapat menyebabkan tiga masalah:

Ketika seseorang selalu menggunakan kartu kredit atau untuk mendukung gaya hidup di atas kemampuannya, biasanya itu pertanda mereka belum belajar bagaimana menunggu apa yang mereka inginkan. Seolah-olah mereka berkata, "Aku harus mendapatkannya sekarang! Aku tidak sabar!" Dan itu menunjukkan ketidakdewasaan. Namun, ketika Anda dewasa, Anda memiliki kemampuan untuk menunda kepuasan. Anda dapat menunda sesuatu sampai Anda mampu membelinya.

Banyak masalah dalam budaya kita saat ini yang berasal dari ketidakmampuan untuk menunggu. Itu bukan hanya soal perjuangan untuk mendapatkan kepuasan finansial. Orang-orang seringkali tidak dapat menunda kepuasan seksual, kepuasan emosional, dan sebagainya. Kita menginginkan semuanya, dan kita menginginkannya sekarang.

Namun, Alkitab menawarkan cara hidup yang berbeda: "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (Ibrani 13:5).

Mengandalkan utang berarti berasumsi tentang masa depan. Ketika seseorang meminjam sesuatu, mereka berasumsi bahwa mereka akan mampu melunasinya ketika tagihan jatuh tempo.

Namun, Firman Tuhan berkata, "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu" (Amsal 27:1). Hanya Tuhan yang tahu masa depan. Anda tidak dapat berasumsi bahwa besok Anda akan mampu membayar apa yang tidak mampu Anda bayar hari ini.

Pengeluaran dengan cara berutang pada akhirnya akan lebih mahal untuk jangka panjang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ketika kita pergi ke toko dengan niat membeli dengan kartu kredit, kita akan menghabiskan lebih banyak daripada jika kita membayar tunai.

Menghabiskan uang memang menyenangkan; ketika Anda merasa sedih, hal itu bahkan dapat membangkitkan semangat Anda untuk sementara waktu. Namun, ketika Anda menghabiskan uang yang tidak Anda miliki, perasaan bahagia itu tidak akan bertahan lama. Tanpa Anda sadari, tagihan-tagihan itu akan jatuh tempo dan Anda akan merasa terpuruk lagi, tetapi dengan beban utang yang semakin besar.

Tuhan tidak merencanakan hidup Anda terlilit utang—rencana-Nya jauh lebih indah. Dia ingin Anda hidup dalam kemerdekaan dan rasa aman, bebas dari utang, dan bersandar kepada-Nya untuk memenuhi semua kebutuhan Anda.

Renungkan hal ini:

- Ketika Anda memiliki kebutuhan dalam hidup, ke mana Anda biasanya mencari terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan itu?

- Apa yang Anda butuhkan hari ini? Bagaimana Anda dapat menunjukkan kepada Tuhan bahwa Anda percaya kepada-Nya untuk memenuhi semua yang Anda butuhkan?

- Bagaimana Anda tahu bahwa Anda dapat memercayai apa yang telah Tuhan janjikan dalam Firman-Nya?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 29-30; Kisah Para Rasul 23:1-11
__________
Hidup dalam utang menunjukkan kurangnya rasa puas.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
==========
The High Cost of Debt
By Rick Warren

"Keep your lives free from the love of money and be content with what you have." Hebrews 13:5 (NIV)
-------------------
Practically every day when I go out to my mailbox, I find offers to get a credit card. But there's one word those credit card advertisements never use: "debt." Instead, they say things like, "easy payments." Friends, there's no such thing as an easy payment.

The truth is, there are dangers to debt—and living on credit could be ensnaring you.

If you're depending on credit to maintain your lifestyle, you're living beyond your means. The Living Bible paraphrase says, "Don't withhold repayment of your debts. Don't say 'some other time,' if you can pay now" (Proverbs 3:27-28).

How do you know if you're living above your means? Here's an easy way to tell: If you're not paying your credit card off every month, chances are you're relying on credit to cover expenses—which can lead to three problems: 

Living in debt can reveal a lack of contentment. When someone's always using credit to support a lifestyle above their means, it's usually a sign they haven't learned how to wait for what they want. It's like they're saying, "I've got to have it now! I can't wait!" And that shows immaturity. But when you're mature, you have the ability to delay gratification. You can put off something until you can afford it. 

Many of the problems in our culture today come from the inability to wait. And it's not just a struggle with financial gratification. People are often unable to delay sexual gratification, emotional gratification, and more. We want it all, and we want it now.

But the Bible offers a different way of living: "Keep your lives free from the love of money and be content with what you have" (Hebrews 13:5 NIV).

Relying on credit presumes upon the future. When someone puts something on credit, they're presuming that they'll have the means to pay it off when the bill comes due.

But God's Word says, "Don't brag about tomorrow; you don't know what may happen then" (Proverbs 27:1 NCV). Only God knows the future. You can't assume that tomorrow you'll be able to pay for what you can't afford today.

Spending on credit ends up costing more in the long run. Study after study shows that when we go into a store intending to buy on credit, we will spend more than if we were paying cash.

It can be fun to spend money; when you're feeling down, it might even temporarily raise your spirits. But when you spend money you don't have, that good feeling won't last. Before you know it, those bills will come due and you'll feel low again, but with the added burden of debt.

God didn't plan for you to live weighed down by debt—his plan is so much better. He wants you to live in freedom and security, unburdened by debt and relying on him to meet all your needs.


Minggu, 20 Juli 2025

Bantu Mereka untuk Mengampuni

21 Juli 2025

Bacaan Hari ini:
Ayub 18:4 "Engkau yang menerkam dirimu sendiri dalam kemarahan, demi kepentinganmukah bumi harus menjadi sunyi, dan gunung batu bergeser dari tempatnya?"
--------------------
Ketika Anda membantu seorang teman yang pernikahannya berakhir, Anda dapat menghiburnya dengan cara memberi dukungan lewat doa dan berbagi rasa sakit mereka. Anda juga dapat mendorong mereka untuk melakukan salah satu hal tersulit setelah perceraian: mengampuni.
Inilah bagian yang tersulit: Jika mereka ingin melangkah maju dan pulih dari semua rasa sakit, mereka harus meminta pengampunan, menerima pengampunan, dan menawarkan pengampunan. Karena jika tidak, mereka akan terjebak.

Ada tiga emosi umum yang sering dirasakan orang ketika pernikahan mereka berakhir—kemarahan, rasa bersalah, dan kepahitan. Jika itu terus-menerus dipupuk, emosi-emosi tersebut dapat merusak hidup mereka.

Lalu, bagaimana Anda, sebagai seorang teman, dapat membantu mereka?

Pertama, dorong mereka untuk berhenti menyalahkan orang lain. Mengatakan "Ini semua salah mereka" atau "Ini semua salahku" hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga. Menyalahkan tidak akan pernah menyelesaikan masalah, membuat Anda merasa lebih baik, atau mengurangi rasa sakit Anda. "Engkau yang menerkam dirimu sendiri dalam kemarahan, demi kepentinganmukah bumi harus menjadi sunyi, dan gunung batu bergeser dari tempatnya?" (Ayub 18:4)

Kedua, dorong mereka untuk meminta pengampunan dari Tuhan dan orang lain. Anda dapat mendampingi mereka ketika mereka meminta pengampunan dari Tuhan dan mempertimbangkan apakah mereka perlu meminta pengampunan dari orang lain. Jika mereka dapat menghadapi kekurangan mereka sendiri, barulah mereka dapat mulai pulih.

Alkitab mengatakan, "Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku. Ya, aku mengaku kesalahanku, aku cemas karena dosaku" (Mazmur 38:4, 18).

Ketiga, dorong mereka untuk memberi pengampunan kepada orang-orang yang telah menyakiti mereka, baik itu mantan pasangan, mertua, atau teman yang suka menghakimi. Itu bukan karena orang yang pernah menyakiti mereka itu layak mendapatkannya, tetapi karena mereka perlu melepaskan rasa sakit dan melanjutkan hidup mereka, karena Tuhan telah mengampuni mereka, dan karena mereka akan membutuhkan lebih banyak pengampunan di masa depan.

Efesus 4:31-32 mengatakan: "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."

Renungkan hal ini:

- Bagaimana Anda pernah melihat kemarahan, rasa bersalah, atau kepahitan merusak sesuatu dalam hidup Anda atau orang lain?

- Pernahkah Anda mengalami satu waktu di mana Anda mengampuni seseorang yang tidak meminta pengampunan dari Anda atau yang sebenarnya tidak layak menerimanya? Bagaimana hal itu memengaruhi hati dan kehidupan Anda?

- Bagaimana Anda dapat mendorong seorang teman yang tengah menghadapi masa sulit dalam hidupnya untuk meminta, menerima, atau memberikan pengampunan agar mereka menjadi lebih baik, bukan menjadi getir?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 26-28; Kisah Para Rasul 22
___________
Ketika seseorang mengalami situasi yang genting—seperti perceraian—mereka membutuhkan seorang teman yang dengan rendah hati akan mendampingi mereka dalam proses pemulihan mereka. Itu seperti yang kita baca dalam Kitab Pengkhotbah, "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (4:9-10).

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
==========
Help Them to Forgive
By Rick Warren

"You are only hurting yourself with your anger." Job 18:4 (GNT)
-------------------
When you're helping a friend whose marriage has ended, you can comfort them by supporting them with prayer and sharing their pain. You can also encourage them to do one of the hardest things after a divorce: forgive.

This is the most important issue your friend will have to deal with. If they're going to move forward and heal from all the pain, they need to ask for forgiveness, accept forgiveness, and offer forgiveness. Because if they don't, they're going to get stuck.

There are three common emotions people often feel when their marriage has ended—anger, guilt, and bitterness. If held onto, those emotions can ruin the rest of their life.

How then, as a friend, do you help your friend with forgiveness? 

First, encourage them to stop blaming others. Saying "It's all their fault" or "It's all my fault" is a waste of time and energy. Blaming has never solved a problem, made you feel better, or lessened your pain. "You are only hurting yourself with your anger" (Job 18:4 GNT).

Second, encourage them to ask God and others for forgiveness. You can be there for them as they seek God's forgiveness and consider whether they need to ask somebody else for forgiveness. When they can face their own shortcomings, they can begin to heal.

The Bible says, "My guilt overwhelms me—it is a burden too heavy to bear. But I confess my sins; I am deeply sorry for what I have done" (Psalm 38:4, 18 NLT). 

Third, encourage them to offer forgiveness to those who've hurt them, whether it's their ex-spouse, in-laws, or judgmental friends. Not because others deserve it, but because they need to let go and get on with their life, because God has forgiven them, and because they're going to need more forgiveness in the future. 

Ephesians 4:31-32 says this: "Get rid of all bitterness. . . . forgiving each other, just as in Christ God forgave you" (NIV).

When someone's going through a crisis—like a divorce—they need a friend who will humbly walk with them through the healing. Because, as we read in Ecclesiastes, "Two are better than one . . . If either of them falls down, one can help the other up" (4:9–10 NIV).


Sabtu, 19 Juli 2025

Bertolong-tolonganlah Menanggung Bebanmu!

20 Juli 2025

Bacaan Hari ini:

Roma 12:15 "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!"
------------------
Pada satu momen dalam hidup Anda, seseorang yang dekat dengan Anda kemungkinan besar akan mengalami perpisahan—dan salah satu cara terbaik untuk mendukung mereka ialah dengan berdoa. Cara lainnya adalah dengan berbagi rasa sakit mereka.

Setelah kehilangan hampir segalanya, teman-teman Ayub turut merasakan penderitaan Ayub dengan cara hadir untuknya. Alkitab mengatakan, "Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Teman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia" (Ayub 2:11).

Ada kebenaran menarik tentang penderitaan dan sukacita. Setiap kali Anda berbagi sukacita, sukacita itu akan berlipat ganda. Jika Anda menceritakan sesuatu yang baik yang telah terjadi dalam hidup Anda, sukacita Anda akan semakin bertumbuh.

Namun, sebaliknya dengan penderitaan. Ketika Anda menanggung penderitaan dengan seseorang, maka rasa sakit itu tidak berlipat ganda; justru berkurang setengahnya. Seketika Anda tidak lagi menanggung rasa sakit itu sendirian. Anda berbagi beban dengan orang tersebut.

Alkitab mengatakan hal ini dalam Roma 12:15: "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!"

Dan Amsal 17:17 mengatakan, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."

Orang-orang tidak membutuhkan simpati. Simpati berkata, "Aku turut bersedih mendengar penderitaanmu." Simpati berdiri di kejauhan. Sebaliknya, yang mereka butuhkan ialah empati. Empati berbeda dengan simpati. Empati berkata, "Aku turut bersedih bersamamu."

Akan tetapi, berbagi rasa sakit dengan seseorang yang sedang mengalami perpisahan bukan berarti menjelek-jelekkan mantan pasangan mereka. Yang mereka butuhkan ialah Anda ada bersama mereka, berbagi rasa sakit mereka, dan tidak mengatakan apa-apa. Mereka tidak butuh basa-basi Anda. Mereka tidak butuh Anda untuk membujuk mereka keluar dari rasa sakit mereka. Mereka bahkan mungkin tidak butuh nasihat Anda. Jadi, jangan berkata, "Semuanya akan baik-baik saja." Katakan saja, "Aku tahu kamu terluka. Aku ada di sini bersamamu dan aku ikut terluka bersamamu. Aku peduli dengan lukamu."

Pernahkah Anda duduk bersama seseorang yang sedang merasakan luka dan kepedihan selama satu jam penuh tanpa berkata apa-apa? Ketahuilah, mereka hanya membutuhkan Anda untuk menemani mereka. Sebab seorang sahabat menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17).

Maka, jadilah sahabat yang setia ketika seseorang yang Anda kasihi sedang mengalami perpisahan. Hadir dan berbagilah dengan mereka. Berempatilah. Alkitab mengatakan itulah yang harus dilakukan seorang sahabat.

Renungkan hal ini:

- Pernahkah Anda dihibur oleh seorang sahabat yang datang saat Anda menderita tetapi tanpa ada kata apapun yang diucapkan oleh orang tersebut? Bagaimana perasaan Anda?

- Mengapa menurut Anda sulit untuk tidak berkata apa-apa ketika Anda bersama seseorang yang sedang dalam penderitaan yang mendalam?

- Pernahkah Anda mengalami kehadiran Tuhan yang menghibur di saat-saat menyakitkan di masa lalu Anda? Bagaimana Dia ingin Anda menjadi seperti itu di kehidupan orang lain?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 23-25; Kisah Para Rasul 21:15-40
__________
Seorang sahabat menjadi seorang saudara dalam kesukaran

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
==========
Pain Shared Is Cut in Half
By Rick Warren

"When others are happy, be happy with them, and when they are sad, be sad." Romans 12:15 (CEV) 
-------------------
At some point in your life, someone close to you will likely go through a divorce—and one of the best ways you can support them is with prayer. Another way is to simply be willing to share their pain.

Job's friends shared in his pain by showing up after he had lost almost everything. The Bible says, "When Job's three friends . . . heard about all the troubles that had come upon him, they set out from their homes and met together by agreement to go and sympathize with him and comfort him" (Job 2:11 NIV).

There's an interesting truth about pain and joy. Whenever you share a joy, it gets doubled. If you tell me something good that's happened in your life, your joy grows even more!

But it's the opposite with pain. When you share a pain with someone, it's not doubled; it actually gets cut in half. All of a sudden, you're not carrying the pain all by yourself. You're sharing the load with the other person.

The Bible says this in Romans 12:15: "When others are happy, be happy with them, and when they are sad, be sad" (CEV).  And Proverbs 17:17 says, "Friends love through all kinds of weather" (MSG).

People don't need sympathy. Sympathy says, "I'm sorry you hurt." Sympathy stands at a distance. Instead, people need empathy. Empathy is different from sympathy. Empathy says, "I hurt with you." 

But sharing the pain with someone who's going through a divorce does not mean trash-talking the person who's hurt them. It means just being there with them, sharing their pain and not saying anything. They don't need your pious platitudes. They don't need you to try and talk them out of their pain. They don't even need your advice in the beginning. Don't say, "It's going to be okay." Just say, "I know you're hurting. I'm here with you and I hurt with you. I care about your hurt." 

Have you ever sat with a friend in pain for a solid hour and said nothing? People just need you to be with them. Proverbs 17:17 says this: "A friend loves you all the time, and a brother helps in time of trouble" (NCV). Be a solid friend when someone you love is going through a divorce. Show up and share their pain. Be empathetic. The Bible says that's what friends do