Selasa, 04 Mei 2021

Menurut Pastor, apakah saya akan pernah menemukan Tuhan?"

SEBUAH KESAKSIAN:

Kisah yg menggetarkan & menyentuh hati. Tulisan Pastor John Powell, S.J.

KISAH NYATA TENTANG TOMMY

Sekitar 14 tahun yg lalu, aku berdiri menyaksikan para mahasiswaku berbaris memasuki kelas utk mengikuti kuliah pertama tentang Teologi Iman.

Pada hari itulah utk pertama kalinya aku melihat Tommy. Dia sedang menyisir rambutnya yg terurai sampai sekitar 20 cm di bawah bahunya.  Penilaian singkatku: dia seorang yg aneh. Sangat aneh!

Tommy ternyata menjadi tantanganku yg terberat. Dia terus-menerus mengajukan protes. Dia juga melecehkan tentang kemungkinan Tuhan mengasihi manusia yg berdosa tanpa pamrih.

Ketika dia muncul utk mengikuti ujian di akhir kuliah, dia bertanya dgn agak sinis,
"Menurut Pastor, apakah saya akan pernah menemukan Tuhan?"

"Tidak," jawabku sungguh2.

"Oh," sahutnya.
"Rasanya Anda memang tdk pernah mengajarkan bagaimana cara menemukan Tuhan"

Kubiarkan dia berjalan sampai lima langkah lagi dari pintu, lalu kupanggil.   "Saya rasa kamu tak akan pernah menemukan-Nya. Tapi, saya yakin Dia-lah yg akan menemukanmu."

Tommy mengangkat bahu, lalu pergi.
Aku merasa agak kecewa karena dia tdk bisa menangkap maksud kata2ku.

Kemudian kudengar Tommy sudah lulus, dan aku bersyukur. Namun kemudian tiba berita yg menyedihkan. Tommy mengidap kanker yg sudah parah.

Sebelum aku sempat mengunjunginya, dia yg lebih dulu menemuiku.

Saat dia melangkah masuk ke kantorku,  tubuhnya sudah menyusut, dan rambutnya yg panjang sudah rontok karena kemoterapi.
Namun, matanya tetap bercahaya dan suaranya, utk pertama kalinya,
terdengar tegas.

"Tommy! Saya sering memikirkanmu. Dengarnya kamu sakit keras?" 
tanyaku langsung.

"Oh ya, saya memang sakit keras. Saya menderita kanker. Waktu saya hanya tinggal beberapa minggu lagi".

"Kamu mau membicarakan itu?"

"Boleh saja. Apa yg ingin Pastor ketahui?"

"Bagaimana rasanya baru berumur 24 tahun, tapi kematian sudah menjelang?"

Jawabnya, "Itu lebih baik ketimbang jadi lelaki berumur 50 tahun namun mengira bahwa minum minuman keras, bermain perempuan, dan memburu harta adalah hal-hal yg 'utama' dlm hidup ini".

Lalu dia mengatakan mengapa dia menemuiku..

"Sesuatu yg Pastor pernah katakan kpd saya pada hari terakhir kuliah Pastor. 
Saya bertanya waktu itu, apakah saya akan pernah menemukan Tuhan, dan Pastor mengatakan tidak. Jawaban yg sungguh mengejutkan saya. 
Lalu, Pastor mengatakan bhw Tuhanlah yg akan menemukan saya. Saya sering memikirkan kata2 Pastor itu, meskipun pencarian akan Tuhan yg saya lakukan pada masa itu tidaklah sungguh2. 
Tetapi, ketika dokter mengeluarkan segumpal daging dari pangkal paha saya...,"

Tommy melanjutkan dan mengatakan bhw
"...gumpalan itu ganas, saya mulai serius melacak Tuhan. Dan ketika tumor ganas itu menyebar sampai ke organ2 vital, saya benar2 meng-gedor2 pintu surga. Tapi tak terjadi apa pun.
Lalu, saya terbangun di suatu hari, dan saya tdk lagi berusaha keras utk itu. Saya menghentikan sgl usaha tentang itu. 
Saya memutuskan utk tdk peduli sama sekali pada Tuhan, kehidupan setelah kematian, atau hal2 semacam itu. Saya memutuskan utk melewatkan waktu yg tersisa hanya melakukan hal2 penting saja," lanjut Tommy.

"Saya teringat tentang Pastor dan kata2 Pastor yg lain: 
'Kesedihan yg paling utama adalah menjalani hidup tanpa mencintai.
Tapi hampir sama sedihnya, meninggalkan dunia ini tanpa mengatakan pada orang yg enkau cintai bhw kau mencintai mereka'.
Jadi saya mulai saja dgn orang yg tersulit, yaitu ayah saya."

Ayah Tommy waktu itu sedang membaca koran saat Tommy menghampirinya.
"Pa, aku ingin bicara". 
"Bicara saja". 
"Pa, ini penting sekali." 
Korannya turun perlahan 8 cm.
"Ada apa?" 
"Pa, aku cinta Papa. Aku hanya ingin Papa tahu itu."

Tommy tersenyum padaku saat mengenang saat itu.

"Korannya jatuh ke lantai. Lalu ayah saya melakukan dua hal yg seingatku belum pernah dilakukannya. Ia menangis dan memelukku. Lalu kami mengobrol semalaman, padahal dia harus bekerja besok paginya. 
Kalau dgn ibu saya dan adik saya sih lebih mudah," sambung Tommy.

"Mereka menangis bersama saya, dan kami berpelukan, dan berbagi hal yg kami rahasiakan ber-tahun2.
Saya hanya menyesalkan mengapa saya harus menunggu sekian lama.
Ketika saya berada dlm bayang2 kematian, saya baru mulai terbuka pada orang2 yg sebenarnya dekat dgn saya.

Lalu, suatu hari saya berbalik dan Tuhan sudah ada di situ. 
IA tdk datang saat saya memohon pada-Nya. Rupanya DIA bertindak menurut kehendak-Nya dan pada waktu-Nya. 
Yg penting adalah Pastor benar. DIA menemukan saya bahkan setelah saya berhenti mencari-Nya".

"Tommy..," aku tersedak.

"Menurut saya, kata2mu lebih universal dari pada yg kamu sadari.
Kamu menunjukkan bhw cara terpasti utk menemukan Tuhan adalah BUKAN dgn membuatnya mjd milik pribadi atau penghiburan instan saat membutuhkan saja, melainkan dgn membuka diri pada cinta kasih-Nya".

d"Tommy..," saya memotong lagi.
"Boleh saya minta tolong?
Maukah kamu datang ke kuliah Teologi Iman dan mengatakan kpd para mahasiswa saya apa yg baru kamu ceritakan?"

Meskipun kami sudah menjadwalkannya, namun ia tak berhasil hadir hari itu, karena ia sudah harus berpulang.
Ia melangkah jauh dari iman ke visi.
Ia menemukan kehidupan yg jauh lebih indah dari pada yg pernah dilihat mata manusia atau yg pernah dibayangkan.

Sebelum ia meninggal, kami mengobrol terakhir kali.
"Saya tak akan mampu hadir di kuliah Bapak," katanya.

"Saya tahu, Tommy." 
"Maukah Bapak menceritakannya utk saya? Maukah Bapak menceritakannya pada dunia utk saya?" 
"Ya, Tommy. Saya akan melakukannya."  

"Ya Tuhan, ajarlah kami menghitung hari2 kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yg bijaksana."(Mazmur 90:12)

Bersediakan Anda meneruskan tulisan ini utk membantu Pastor John Powell menceritakan kisah Tommy pada dunia?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar