Mengunjungi teman sejak SMP.
- Inspirasi dari Nominasi Film Terbaik Oscar 2021: *THE FATHER*
"Lebih menakutkan dari kanker. Lebih menyeramkan ketimbang serangan jatung. Itu adalah datangnya penyakit Dementia."
Demikian seorang ilmuwan, David Perlmutter, memberi gambaran. Mereka yang terkena penyakit Dementia, yang memorinya terganggu, rusak ingatan. Mereka tak hanya kehilangan dirinya sendiri. Tapi juga kehilangan keluarganya. Kehilangan teman-temannya.
Kutipan ini yang teringat ketika saya terpana menonton salah satu nominasi film terbaik Oscar 2021: The Father.
Anthony Hopkins memainkan peran itu secara apik. Mimik wajahnya. Gerak tubuhnya. Suaranya. Kadang la marah. Kadang Ia khawatir. Kadang Ia rindu. Kadang Ia menangis seperti anak anak.
Tak heran Anthony Hopkins mendapatkan penghargaan aktor terbaik pemenang Oscar 2021.
-000-
Anthony, sudah berusia lanjut. Betapa Ia terkaget. Di ruang tamu apartemennya, hadir seorang laki- laki. Santai saja laki-laki itu membaca koran.
Seketika Anthony menghardik. "Hei, siapa kamu. Mengapa kamu masuk ke apartemen saya."
Lelaki itu pun tidak terkejut. Ia hanya senyum dan tetap membaca koran. Tambah kecang Anthony berkata. "Hei, siapa kamu? Keluar kamu dari apartemen saya."
Lelaki itu pun akhirnya menjadwab. "Saya Paul."
Ditanya lagi oleh Anthony: "Sudah berapa lama kamu duduk di sini?" Tenang Paul menjawab: "Saya tinggal di sini."
Semakin terpana Anthony. Bagaimana mungkin ada orang asing juga tinggal di apartemennya.
Anthony penasaran. Ia tanya lagi, apakah lelaki itu kenal putrinya, Anne? Ia tinggal bersama Anthony.
Paul menjawab: "Saya kenal Anne. Saya Paul, suami Anne."
Semakin bertambah rasa bingung Anthony. Tergopoh- gopoh Ia kembali ke kamar. Ia bingung apa yang terjadi.
Tak lama kemudian, berganti suasana, Anne sang putri masuk ke kamarnya.
Segera Anthony mengeluh: "Anne, ada lelaki di ruang tamu itu. Ia mengaku suamimu. Apakah benar?"
Anne menenangkan Ayahnya. "Ayah, tak ada siapapun di ruang tamu."
"Coba kau cek lagi. Ada laki-laki itu. Ia mengaku suamimu, bernama Paul."
Kembali Anne menenangkan Ayahnya. "Ayah, Aku kan sudah 5 tahun bercerai dengan Paul. Ia sudah lama tidak ke sini. Mustahil Ia ke sini."
Semakin Anthony, sang Ayah bingung. Ia merasa orang-orang sedang mempermainkan dirinya.
-000-
Bertahun- tahun sudah Anne menjaga Ayahnya yang terkena penyakit dementia, terganggu ingatan.
Momen itu datang juga. "Kita harus bicara serius, Ayah." Anne bercerita rencananya pindah ke Paris. Ia tak akan bisa lagi hidup bersama Ayahnya setiap hari.
"Saya menemukan seorang pria. Kami akan menikah." Tapi Anne berjanji akan tetap datang setiap akhir pekan. Tak jauh dari Paris ke London.
"Karena itu, Ayah harus menerima seorang perawat. Setiap hari perawat itu yang akan menemani Ayah. Terutama mengingatkan Ayah minum Obat."
Anthony marah seketika. "Saya tak mau ada orang asing di rumah ini. Saya juga baik- baik saja. Bisa menjaga diri sendiri."
Anthony pun meyakinkan Anne. Orang asing bisa saja mencuri barang- barangnya.
Ia pun menceritakan pengalamannya dengan suster yang dikirim Anne. Ia sengaja mengumpan suster itu dengan meletakkan jam tangannya di meja. Kini jam tangannya hilang.
"Itu jam tangan kesayanganku. Semua benda lain bisa dicuri."
Anne tetap tenang. Ia mengingatkan Ayahnya. Apa benar jam tangannya hilang? "Apakah Ayah sudah cari di meja tersembunyi di dekat kamar mandi? Bukankah Ayah acapkali menyimpan barang beharga di sana?"
Anthony pun bergegas ke meja itu. Ia memang menemukan jamnya ada di sana.
-000-
Berulang- ulang kejadian menimpa Anthony. Kadang memori dari masa lalu begitu jelas. Kadang kabur.
Kadang tertukar soal waktu. Peristiwa tahunan lalu seolah baru saja terjadi. Kadang orang yang sama tampil datang padanya dengan wajah yang berbeda.
Ia rindu dengan putrinya yang lain. Entah mengapa sang putri sudah lama sekali tak mengunjunginya. Ia acap bertanya pada Anne. Adiknya itu ada dimana?
Namun sore itu, Anthony terkesiap. Memori itu datang kembali. Ia teringat ketika datang ke kamar rumah sakit. Putrinya yang Ia rindukan itu wafat.
Semakin Anthony tak mengerti. Bagaimana mungkin Ia bisa tak ingat bahwa putri yang satunya sudah wafat.
Ia bingung. Ia takut. Ia merasa terancam. Ia mengira orang- orang sedang mempermainkannya.
-000-
Anthony juga teringat momen di ruang makan itu. Secara tak sengaja, Ia mendengar Anne dan suaminya bertengkar hebat.
Sang suami mulai keberatan Sang Ayah tinggal bersama mereka. Paul, sang suami, menyarankan Ayahnya dirawat di rumah jompo.
"Itu lebih baik buat Ayah. Ia akan jumpa sesama penderita Dementia."
Paul juga merasa hubungannya dengan Anne terganggu karena waktu Anne habis terkuras mengurus Ayahnya.
Anthony mengira-ngira. Apakah gara gara dirinya, Anne akhirnya bercerai dengan Paul?
-000-
Anthony tak lagi menyadari waktu. Ia hanya kaget mendapatkan dirinya kini tinggal di rumah jompo.
Seorang dokter pria yang merawatnya, kok wajahnya seperti Paul, menantunya?
Ia bertanya, apakah anda Paul, mantan menantunya? Lelaki itu menjawab: "Bukan. Saya dokter yang merawat anda. Ingat kan? Kan kita sudah sering berjumpa."
Sungguh Anthony tak mengerti. Apa yang sesungguhnya terjadi. Dunia di luar dirinya semakin membungungkan.
Di kamar itu, di panti jompo itu, Ia membuka jendela.
Ada kesedihan mendalam.
Ketika suster masuk, Ia pun tertuduk, menangis memeluk suster.
Suster menenangkan. "Anne akan datang akhir pekan, dari Paris."
Anthony hanya menangis. Ia memanggil mamanya. Ia hanya ingin mama. "I want my mother."
Suster terus menenangkan. Dengan tangisannya yang mendalam, Anthony semakin tak mengerti dunia di luar. Ia semakin merasa sepi. Sendiri. Tak lagi mengenal siapapun."
Ujar Anthony di sela tangisnya: "aku kehilangan daun- daunku. Aku kehilangan rantingku."
-000-
Mereka yang terkena kanker umumnya juga wafat. Tapi sebelum wafat, mereka tetap mengenali lingkungannya.
Tapi yang terserang demantia, jauh sebelum ajal tiba, Ia sudah kehilangan teman- teman. Kehilangan keluarga. Bahkan kehilangan dirinya sendiri.
Saya pun terbayang ucapan terakhir Anthony. Sebuah pohon. Yang ditinggal oleh daun-daunnya. Kering. Sendiri. Sepi. Kaku.***
Mei 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar