Rabu, 23 November 2016

Babak Fase Sudden Death, Dua Jempol Buat Pak De

Babak Fase Sudden Death, Dua Jempol Buat Pak De

Tidak ada yang menyanggah Aksi Demo 4 11 cukup fantastis dalam  jumlah massa. Besarnya jumlah massa menjelaskan ada tiga hal pokok yang terpenuhi yaitu soal isu, dana dan mobilisasi. 

Isu sensitif penistaan agama menyedot bela rasa. Dana bejibun yang digelontorkan hingga 100 Milyar mampu mengongkosi pergerakan arus massa dari daerah luar Jakarta. Mobilisasi yang terorganisir dengan militansi massa solid mampu membangun daya gentar lawan.

Aksi 4 11 boleh disebut pukulan yang bertenaga tapi belum cukup mengKOkan target. Pasalnya skenario 411 memang bukan untuk mengKOkan namun untuk melumpuhkan mental pemerintah dan aparat sekaligus menaikkan nilai tawar aksi 4 11 pada penyandang dana. 

Target awal menjadikan Ahok tersangka sudah terpenuhi. Maka perlu aksi maha besar untuk memenangkan game ini. Itu sebabnya demo atas isu Ahok ini mirip serial Film Harry Potter bisa sampai jilid 5.

Selepas aksi 4 11, GNPF yang dikomandani Bachtiar Nasir dengan Ketua Pembina Habib Rizieq Shihab langsung melakukan rapat besar. Diputuskanlah rencana aksi jilid 2. 

Tanggal 25 November ditetapkan sebagai hari penentuan skenario cantik manis itu. Skenario cantik manis ini bukan lagi soal Ahok, Ahok sudah tersangka. Skenario utama harus dimenangkan. Apa itu? Lengserkan Jokowi. 

Eng ing eng... ronde knok out segera tiba. Presiden Jokowi tengah malam selepas aksi 411 langsung melakukan evaluasi bersama jajarannya. Menurut Jokowi ada aktor aktor politik yang menunggangi aksi demo 411.

Publik terperangah meski sudah tahu sebelumnya ada mantan orang besar dibalik aksi 411. Kontan pernyataan terbuka Presiden Jokowi membikin atmosfir politik menghangat.

Pasca 4 11 permainan memasuki babak baru. Perisai sudah terbuka. Musuh musuh sudah diketahui. Alur pendanaan sudah dilacak. Selanjutnya strategi mematikan pergerakan lawan.

Presiden Jokowi dengan sigap memainkan jurus klasik seni berperang Sun Tzu. Jika bisa mengalahkan musuh dengan merangkul untuk apa pakai senjata. Jokowi tahu apa yang harus dilakukan. 

Pertama, menunda kunjungan ke Australia. Berikutnya melakukan langkah cluster cluster pendukung aksi 411. Mana yang sekedar bersimpati, mana pendukung aksi terselubung. 

Yang sekedar ikut bela rasa disadarkan akan kerusakan yang timbul jika masuk skenario si penyandang dana. Jokowi melakukan konsolidasi sosial kepada semua stakeholders yaitu para ulama, habaib dan pemuka masyarakat. 

Jokowi juga bertemu dengan pimpinan parpol pendukung utama pemeilrintah. Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Ketum PDIP Megawati Soekarno Putri, Ketum Nasdem Surya Paloh, Ketum Golkar Setya Novanto, Ketum PPP Rommy diajak makan siang di Istana Merdeka. 

Jokowi serasa sengaja mau mempertontonkan ke si penyandang dana. "heii bro..kamu bisa saja punya duit gede, tapi gue punya kawan banyak". Duhh perihnya. Ya perih dong. Banyak duit tapi gak punya kawan. Apa ga kesepian coba. 

Safari konsolidasi sosial ini berlangsung berhari hari. Intens dan intim.

Di sisi lain, pemeo jika anda ingin damai siapkan angkatan perangmu juga dilakoni Jokowi. Jokowi membangun garis demarkasi pertahanan dengan garis api yang terang benderang. 

Hampir semua barak pasukan tentara dikunjunginya. Mako Kopassus, Kostrad, Paskhas, Marinir dan Brimob dikunjungi Jokowi. Hasilnya menggetarkan musuh. Para prajurit bersumpah Hasatya Prabu kepada Presiden Jokowi.

Konsolidasi sosial dan konsolidasi pasukan ini berlangsung sempurna. Di akar rumput, para relawan Jokowi juga bergerak bergelombang. Hampir seluruh daerah bergerak menyuarakan pesan kebangsaan. Jaga Pancasila. Jaga Bhineka Tunggal Ika. Cintai NKRI.

Gelombang masyarakat sipil yang digerakkan para relawan Jokowi ini membangun kesadaran kolektif semua entitas anak bangsa. 

Puncaknya adalah gelaran Karnaval Cinta NKRI yang digagas Relawan NKRI pada Minggu 20 11 menyentak kesadaran kita sebagai anak bangsa. 

Puluhan ribu orang memegang bendera Merah Putih sepanjang jalan Monas Bundaran HI. Pesan utamanya adalah bahwa TNI dan Polri tidak sendirian dalam mengawal Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Presiden Jokowi tidak sendirian dalam mengawal negara dan bangsa. Ada relawannya yang siap turun kapan saja saat dibutuhkan.

Buntut perang urat syaraf ini, aksi 25 11 akhirnya dimundurkan ke tanggal 2 Desember. Kelompok buruh yang akan diikutkan untuk aksi 2511 gembos. Pentolan buruh di Cikarang, Tangerang, Bekasi dan Banten tidak satu suara. 

KSPI pimpinan Said Iqbal yang getol koar koar akan turun dengan 2 juta buruh terlanjur ejakulasi dini. Belum apa apa sudah lunglai. Ujungnya, aksi 2511 dimundurkan ke 212. Siapa tahu buruh bisa dibujuk untuk ikut turun lagi.

Pekan ini, episode kill or to be killed akan menjadi masa penentuan. Pilihannya cuma dua. Jokowi yang lengser ataukah aktor aktor politik dibalik layar itu yang akan meringkuk di penjara.

Pesan pengibaran panji panji perang Sumpah Prajurit dan Sapta Marga oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bak godam berhulu ledak nuklir menghantam pihak perencana makar. 

"Siapa coba coba menantang akan berhadapan dengan saya dan prajurit saya. Prajurit TNI juga siap berjihad mempertahankan NKRI", kata Jenderal. Gatot tegas. 

Kapolri Jenderal Tito juga mengirim pesan keras. Menurut Tito ada agenda terselubung yang akan dimainkan pada aksi 212. 

Tito memerintahkan seluruh jajarannya untuk mengeluarkan Maklumat agar menahan pergerakan orang luar masuk Jakarta. 

Tito bahka tidak memberi izin atas penggunaan jalan protokol untuk digunakan sebagai tempat Shalat Jumat.

Pesan keras ini tidak tanggung tanggung membikin keder banyak pihak. Ini bukan lagi soal fulus, ini soal hidup mati. 

Sinyal perang terbuka TNI Polri dan masyarakat sipil relawan Jokowi dan 50 ribu Banser Ansor Jatim berdampak besar. 

Mereka yang tadinya ngotot, perlahan kendur bahkan balik badan. MUI mundur malah melarang keras GNPF memakai simbol atribut MUI. Ustad Arifin Ilham yang awalnya ikut juga mundur. 

Paling mengejutkan dan bikin bulu mata rontok adalah aksi balik kanan Fahri Hamzah. Fahri  bikin para pendukung setianya tercabik cabik perasaannya. 

Fahri yang saat orasi tampak bak Singa mengaum menggelegar orasinya menghasut massa makar, tiba tiba kemarin pasang badan akan membela Jokowi paling depan kalau Jokowi digulingkan. 

Apa gak sesak nafas pendukungnya yang terlanjur teriak teriak TURUNKAN JOKOWI !!! LENGSERKAN JOKOWI!!! JATUHKAN JOKOWI PENGHINA ULAMA!!! Tampar kami Bang...Tamparr kami Bang. Sungguh teganya teganya teganya.

Lalu bagaimana akhir episode aksi 212 ini?

Lamat lamat aku mendengar lagu Sendiri Lagi yang dinyanyikan si penyandang dana dengan sendu.

"Tinggallah kusendiri, Dalam sepi ini
Tiada temanku lagi, Tak sanggup hati ini
Sendiri begini, Tanpa dirimu kasih

Tiada arti diriku, Bila kau tak disisiku

Mengapa .. Oh mengapa, Kau tinggalkan diriku
Tak tahu .. Ku tak tahu Salahku padamu
Hingga kau pun tega, Biarkan diriku sendiri ...Sendiri lagi ...

Aihhh...alamakkk...sedih dan perih sekali lagu si penyandang dana ini. Maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai. Maksud hati mau melengserkan  apa daya kawan seperjuangan balik badan. Huhhhh..

Bai de wei... terimalah pantun ini Pak De sebagai salut atas langkah jenius Pak De...

Dua jengkol untuk Mukidi, Dua jempol untuk Pak De Jokowi.

Yummyyy...

Birgaldo Sinaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar