Catatan di Penghujung Hari
10 Maret 2017
Harian Kompas yang terbit hari ini, di bawah judul Mengejar Cita-cita Hatta mengisahkan perjuangan Mohammad Hatta untuk Indonesia sejahteran. Dalam kisah itu diceritakan bahwa menyaksikan suka-duka ayah tirinya sebagai seorang saudagar, Hatta yang saat itu berusia 11 tahun sar, ada yang salah dengan politik keuangan negara yang saat itu dikuasai Belanda. Pencerahan itu berujung pada cita-cita akan suatu negara merdeka yang mampu menjamin kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Mimpi akan negara yang menjamin kemakmuran dan keadilaan sosial bagi seluruh rakyat tercermin dalam sikap hidupnya yang mengutamakan kepentingan orang lain dari pada diri sendiri seperti yang dikisahkan putrinya: Hatta menginginkan sepatu Bally yang terkenal namun karena tidak mampu membeli maka ia menggunting iklan sepatu tersebut dan menyimpannya dalam buku harian. Hatta sebenarnya mampu membeli sepatu itu namun ia mendahulukan memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan modal usaha.
Seorang negarawan dan politisi sesungguhnya seluruh hidupnya diabdikan bagi perjuangan kesejahteraan bersama seluruh rakyat. Dan itulah makna dan tujuan politik yang sesungguhnya. Negarawan dan politisi mendahulukan kepentingan rakyat, tidak berjuang untuk kepentingan pribadi maupun golongannya. Hatta adalah teladan bagi seluruh anak bangsa negeri ini, bagaimana menjadi seorang negarawan dan politisi.
Apa yang terjadi dengan banyak politisi di negeri ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi dengan Hatta. Banyak politisi di negeri ini berpolitik bukan demi kesejahteraan bersama seluruh rakyat akan tetapi demi ambisi dan kepentingan pribadi dan golongannya. Kalaupun ada janji berjuang untuk kesejahteraan bersama itu hanyalah janji-janji kampanye yang tidak pernah terwujud. Banyaknya para politisi yang terjerat kasus korupsi dan bahkan DPR gudang para politisi disebut sebagai lembaga terkorup di negeri ini menegaskan bahwa banyak politisi di negeri ini bukanlah para politisi tetapi para pemburu rente.
Cita-cita para negarawan dan politisi yang sesungguhnya seperti Hatta sulit di kejar kalau mereka yang disebut politisi sebetulnya adalah para pemburu rente.
Iwan Roes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar