Negeri ini adalah negeri yg kita rasakan yg tak pernah serius dgn hukum. Zaman orba ga ada aturan, yg dianggap lawan bisa jadi cendawan. Konon jutaan nyawa melayang tanpa aturan kemanusiaan, dicurigai saja bisa gak pulang, hilang.
Dikeseharian kita melihat rakyat kecil tak berdaya, sudah terbiasa kita melihat pencuri mangga dihukum berat, yg korupsi hujan remisi, atau ngopi diluar terali.
Kita masih ingat kasus salah tangkap Sengkon dan Karta, setelah ketahuan, hanya dilepas, kata maafpun mereka tidak mendengar dari proses salah tangkap. Negara bungkam, hakim terdiam.
Sekarang ada fenomena hukum lentur saat pilpres. Konon salah satu cara melindungi capres yg di tengarai berbau kasus hukum cepat saja di capreskan. Atas nama keamanan dan alasan tak masuk diakal. Pengusutan bisa di tunda atau di tiadakan kepada ybs.
Isu BAB yg banyak nyerempet kasus hukum diselamatkan dgn pencapresan. Sekarang cak Imin terselamatkan dgn model yg sama. Dan yg lebih miris kasus yg berbau korupsi itu sudah sejak 2012. Kenapa KPK kok pekok, baru sekarang KOAR2 mau memanggil ybs. Ya jelas orang pantas curiga.
Bahasa politisasi paling enak untuk berlindung. Tapi juga merugikan bagi ybs, kalau hal itu tidak benar.
Tidak menyalahkan kapan hari Bu Mega minta KPK di bubarkan, mungkin beliau geram atas lembaga yg lahir di tangannya itu kok jadi alat politik, dan disana juga acap kali juga terjadi suap kepada penyidik.
Memang gak gampang jadi orang benar zaman segini. Kita punya agama, kita punya jutaan TOA manggil Tuhan, tapi kita sendiri kayak setan.
Sekarang malah enak jadi setan, bisa ikut nimbrung di lembaga hukum atau lembaga yg kerap PURA2 baik, gak tau isinya lebih busuk dari t*ik.
Saya baru berdiri dari kloset, terus berkaca, ahh ternyata saya sama saja seperti mereka, baik kulitnya busuk isinya..
Alasannya yg dicari gampang, yg lain juga brengsek, rugi kalau gak ikut merangsek..
Salam Indonesia, semoga bisa cepat sehat agar anak cucu kita keburu sekarat.
*Kay Subiakto*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar