Minggu, 26 Juni 2016

SEBUAH SEKTE SEX BARU Melalui GERAKAN PENULARAN SEDUNIA

Bagus niih tulisan prof sarlito----
ini ulasan LGBT dari Prof. Sarlito Wirawan, saya copas yah

LGBT :
SEBUAH SEKTE SEX BARU Melalui GERAKAN PENULARAN SEDUNIA

From : Prof. Sarlito Wirawan Sarwono.

Mungkin ada yang heran bertanya, kenapa saya begitu keras terhadap perilaku
~ Lesbianism,
~ gay,
~ bisexual
~ and transexualism
(LGBT).

Saya seakan penuh murka dan tak memberikan sedikitpun ruang toleransi bagi pengidapnya.

Mungkin saya perlu klarifikasi bahwa
~ saya tidak sedang bicara tentang pelaku, orang dan oknum.
~ Terhadap oknum, orang dan pelaku LGBT, kita harus tetap mengutamakan kasih-sayang, berempati, merangkul dan meluruskan mereka.
~ Dan saya juga tidak sedang bicara tentang sebuah perilaku personal dan partikular.
~ Saya juga tak sedang bicara tentang sebuah gaya hidup menyimpang yang menjangkiti sekelompok orang.

Karena saya sedang bicara tentang sebuah ……….GERAKAN !!!

Ya, saya sedang bicara tentang sebuah GERAKAN : ORGANIZED CRIME
~ yang secara sistematis dan massif sedang menularkan sebuah penyakit !!!

Sekali lagi, bagi saya ini bukan semata
~ perilaku partikular,
~ sebuah kerumun,
~ bahkan bukan lagi semata-mata sebuah gaya hidup,
~ tapi sebuah harakah : MOVEMENT!!!

Terlalu paranoidkah kesimpulan ini ???

Saya telah mengumpulkan begitu banyak kesaksian di kampus-kampus tentang
~ mahasiswa-mahasiswa normal kita yang dipenetrasi secara massif agar terlibat dalam LGBT
~ dan tak bisa keluar lagi darinya.

Perilaku mereka sangat persis seperti
~ sebuah sekte,
~ kultus atau gerakan-gerakan eksklusif lainnya : fanatik, eksklusif, penetratif dan indoktrinatif.

Ya, ini telah berkembang menjadi sebuah sekte seksual.

Kenapa mereka perlu menjadi sebuah gerakan ?

Karena target mereka tak main-main :
~ mendorong pranata hukum agar eksistensi mereka sah secara legal.

Dan untuk itu mereka membutuhkan beberapa prasyarat :
~ Pertama, jumlah mereka harus signifikan secara statistik, sehingga layak untuk mengubah asumsi, taksonomi dan kategorisasi
~ Kedua, keberadaan mereka telah memenuhi persyaratan populatif, sehingga layak disebut sebagai sebuah komunitas
~ Ketiga, perilaku mereka telah diterima secara normatif menurut persyaratan kesehatan mental dari WHO.

Untuk memenuhi ketiga hal ini, maka organisasi ini,  
~ harus mampu menularkan penyimpangannya secara eksponensial kepada lingkungannya.

Mereka telah mempelajari hal itu dari keberhasilan "perjuangan" saudara-saudara mereka di Amerika Serikat.
~ Mereka sadar, pertumbuhan jumlah mereka hanya bisa dilakukan lewat penularan, mengingat mereka tak mungkin tumbuh lewat keturunan.
~ Mereka sadar, tanpa penularan mereka akan punah !!!

Kenapa harus menyasar mahasiswa ?

Sebenarnya yang ingin mereka sasar ada dua:
~ Pertama, mahasiswa;
~ dan yang kedua, institusi akademik.

Mereka menyasar mahasiswa,
~ karena mahasiswa adalah generasi galau identitas dengan kebebasan tinggi dan tinggal di banyak tempat kost.

Sedangkan institusi akademik perguruan tinggi mereka butuhkan
~ untuk menguatkan legitimasi ilmiah atas "kenormalan" mereka.

Mereka bergerilya secara efektif,
~ dengan dukungan payung HAM
~ dan institusi internasional.

Per 1 Januari 2015,
~ tercatat ada 17 negara yang undang-undangnya telah melegalkan perkawinan sesama jenis.
~ Dan akan menyusul belasan negara lain.

Trend dukungan atas perkawinan sesama jenis terus bertambah.

Silahkan tanya ke politisi negeri ini apakah mereka akan melegalkan perkawinan sesama jenis di Indonesia ?
~ Sekarang sih saya yakin jawabannya: TIDAK.
~ Tapi 20-30 tahun lagi, tergantung situasinya.
~ Jika itu membuat mereka terpilih, akan banyak politisi yang bersedia menyetujuinya.

Saya tidak berlebihan.
~ Itu rasional sekali.
~ Silahkan cek di negara-negara lain.

Tahun 1950,
~ tidak ada satupun negara yang melegalkan perkawinan ini,
~ tapi dunia berubah sangat cepat,
~ kelompok pendukung kebebasan semakin besar,
~ kelompok yang tidak peduli, "i dont care" semakin banyak,
~ sistem demokrasi mempercepat legalisasi perkawinan sesama jenis.
~ Syah. Atas nama kebebasan.

Semua agama melarang perkawinan sesama jenis.
~ Tapi demokrasi tidak mengenal kitab suci.

Kalian tahu, bahkan homo kelas berat,
~ masih santai pergi ke gereja,
~ ke tempat-tempat ibadah.
~ Mereka hanya mengenal suara terbanyak.

Saya kasih contoh Brazil, Mei 2011 mereka melegalkan perkawinan sesama jenis.
~ Apakah orang Brazil tidak beragama?
~ 90% penduduk mereka beragama
~ lantas apakah tidak ada disana yang keberatan dengan legalisasi ini ?

Jawabannya sederhana :
~ mayoritas tutup mata.
~ "I don't care".
~ Urus saja (urusan) masing-masing.
~ Saya tidak mau recok. kamu jangan rese.
~ Yang sesama cowok mau ciuman di tempat umum pun, bodo amat.
~ Toh, mereka tidak mengganggu saya.

Dulu, Brazil itu sangat religius.
~ Lantas kenapa sekarang jadi berubah sekali ?
~ Bagaimana mungkin politisi mereka meloloskan UU itu ?
~ Apakah rakyatnya tidak keberatan ?

Itulah kemenangan besar paham kebebasan. Mereka masuk lewat
~ tontonan,
~ bacaan,
~ menumpang lewat kehidupan glamor para pesohor.

Masyarakat dibiasakan melihat sesuatu yang sebenarnya mengikis kehadiran agama.
~ Awalnya jengah,
~ lama-lama terbiasa,
~ untuk kemudian apa salahnya ?

Di sisi lain, eksistensi agama dipertanyakan.
~ Tuh lihat, toh yang beragama juga bejat,
~ tuh lihat, mereka juga menjijikkan.

Fobia agama dibentuk secara sistematis, dimulai dari pemeluknya sendiri, untuk kemudian, orang-orang dalam posisi gamang, mulai mengangguk, benar juga.
~ Orang-orang jadi malas mendengarkan nasehat agama,
~ buat apa ?
~ Urus sajalah urusan masing-masing.

Rumus ini berlaku sama di seluruh dunia. Apapun agamanya.
~ Bahkan termasuk dalam kasus, tidak ada agama di suatu tempat, hanya ada nilai-nilai luhur
~ yang pasti juga akan melarang pernikahan sesama jenis.

Fasenya sama persis.
Strateginya juga sama.
~ Dekatkan mereka dengan materialisme dunia,
~ jauhkan mereka dari nilai-nilai luhur.
~ Gunakan teknologi untuk mempercepat prosesnya. Internet misalnya, itu efektif sekali menyebarkan berita, propaganda, dan sebagainya.

Apakah Indonesia juga akan begitu ?

Silahkan tunggu 20-30 tahun lagi. Jika,
~ tidak ada yang membangun benteng-benteng pemahaman bagi generasi berikutnya,
~ tidak ada yang membangun pertahanan tangguh, malah sibuk saling sikut berkuasa, sibuk berebut urusan dunia, sibuk dengan urusan duniawinya,

20-30 tahun lagi, kita akan menyaksikan pasangan cowok bermesraan di tempat-tempat umum.

Tetangga sebelah rumah kita adalah pasangan sesama jenis, dan mereka dilindungi oleh UU, karena sudah dilegalkan.

Ketika masa itu tiba, kalian bisa kembali mengeduk catatan ini

Pedulilah,
~ hidup ini bukan cuma urusan pribadi masing-masing.
~ Hidup ini tentang saling menjaga, saling menasehati, saling meluruskan.

Pedulilah, Kawan,
~ ikut menyebarkan pemahaman baik,
~ lindungi keluarga, teman, remaja, dan semua orang yang bisa kita beritahu agar menjauhi perilaku melanggar aturan agama, nilai-nilai kesusilaan.

SARLITO WIRAWAN SARWONO
Guru Besar Psikologi UI



Dikirim dari perangkat Samsung saya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar