Minggu, 21 November 2021

MEREKA BENAR ADA DI TENGAH KITA



MEREKA BENAR ADA DI TENGAH KITA . Densus 88 Antiteror Polri menangkap anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Ahmad Zain An-Najah. Dia diduga ditangkap bersama dengan Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia Ahmada Farid Okbah. Kenapa itu menjadi heboh, karena An-Najah adalah anggota MUI dan Ahmad Farid Okbah, konon banyak fotonya tersebar sedang bareng dengan banyak elit politik kita. Itu jelas sangat bermakna. Di luar sana, siapa pun ada indikasi pernah terkait dengan ter*ris, itu sangat rentan menjadi target penyelidikan aparat negara. Bukan hanya foto bareng, bahkan Gubernur DKI  pun justru terlihat difoto sedang membaca buku karya tersangka itu. Seharusnya ini bukan hal biasa-biasa saja. Ini adalah sinyal bahaya. Ini adalah bukti nyata bahwa radikalisme telah masuk sangat dalam pada banyak ranah kehidupan kita. Mereka telah diterima dan menjadi teman atau kenalan banyak pihak yang memiliki posisi sangat penting di negara ini. Mereka benar telah berada dan tinggal di tengah-tangah kita. "Haruskah kita khawatir?" Membaca cuitan Menkopolhukam atas isu tak sedap ini, kita dapat meraba makna urgensi negara menghadapi kasus ini. Pak Mahfud terlihat sangat santai. Tak ada hal luar biasa atas peristiwa tersebut terlihat dari caranya menanggapi kejadian ini. Pada isu yang menjadi trending bubarkan MUI dan maka Anwar Abas terlihat sangat reaktif, Mahfud MD mengatakan bahwa Anwar Abas memiliki hak untuk bicara. Dia tak melanggar hukum. "Kita tak bisa melarang KH Anwar Abbas ngomong. Selama ini dia tak melanggar hukum. Orang spt KH Anwar Abbas diperlukan agar kita punya perspektif lain ttg masalah yg kita hadapi. Sama dgn Pak @msaid_didu suka ngritik dgn centil dan lucu����. Kita perlu dia biar ada pembanding." demikian cuitan Mahfud di tuiter. Sepintas lalu itu memang terlihat satir. Said Didu dianggap pelawak dibanding seorang mantan birokrat. Dan itu memang cara elegan menampar seorang Didu. Dia yang ingin mencoba peruntungan dengan bergabung pada kelompok kritis pada pemerintahan disanding dengan menempatkannya sebagai orang yang lucu. Terkait Anwar Abas, segala omongnannya menurut Mahfud justru diperlukan untuk sebuah perspektif. Apakah itu termasuk tentang menyamakan Indonesia perlu dibubarkan dengan logika pembubaran MUI? Apakah itu termasuk ucapannya tentang ide Kemenag dibubarkan? Bila ya, sepertinya sensitifitas pak Mahfud MD harus kita kritisi. Dia terlalu menyepelekan gejala tak baik ini. Dia terlalu menganggap enteng ucapan Abas. "Apakah itu dapat diartikan sebagai sikap resmi pemerintah?" Masak lewat cuitan? Sepertinya, itu lebih dari pandangan pribadinya saja. Sikap resmi negara adalah melawan apapun bentuk ter*risme. Dan modus baru dalam rupa mengejar siapa pendana maupun pihak yang terkait dengan pendanaan bagi kegiatan ter*risme kini menjadi fokus utama Densus 88 saat ini. Farid maupun An-Najah tak pernah melakukan  tindak kekerasan apalagi terkait tindak brutal ter*risme. Penangkapan Farid dan An-Najah konon karena kesaksian dari 28 orang tersangka kasus ter*risme yang ditangkap sebelumnya. Konon mereka dianggap terhubung dengan banyak dana sebagai sumber pembiayaan kegiatan tak baik itu. Bila benar terbukti, siapa pun yang pernah foto bareng dengannya, harusnya sudah mulai sulit tidur. Dan luar biasanya, mereka adalah satu paket dalam satu kelompok dengan agenda merebut DKI. Dan kita tahu bagaimana cara mereka merebut DKI Jakarta. Warna dan coraknya sangat nyata. Pihak yang terlibat, juga hanya itu-itu saja bukan? Ya, semoga Densus 88 mampu menelisik jauh hingga ke akar-akarnya. Bukan dengan cuitan, tapi dengan aksi nyata. . . RAHAYU . Karto Bugel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar