Iyyas Subiakto
GP akhirnya mengantongi tiket capres PDIP setelah melalui jalan tak rata karena ada gangguan krikil dari dalam.
Bahasa tubuhnya dan narasi berkomunikasinya yg santun akhirnya membuat dia makin kuat sebagai kandidat.
Di Indonesia ini kalau ada sosok yg mulai disukai dan lalu ada yg menzholimi lgsg dpt auto simpati, ingat SBY waktu di Katai Taufik Kiemas sbg jendral anak2. Namanya lgsg naik, walau akhirnya kita tau memang sifatnya kekanak2an.
GP di ganggu BP, dibuat head to head dgn Puan, bisa saja itu test ombak. Kalau ternyata Puan lolos Alhamdulillah, kalau skrg gagal, GP yg dapat berkah, dan PDIP ttp meraup untung dari strategi adu anak banteng itu.
Karena anak tetap anak, induknyalah yg menuntunnya.
Kebutuhan pasar politik Indonesia khusus nya utk mencari penerus Jokowi memang GP yg pantas. Selain satu kapal, gestur GP tak jauh dari Jokowi, walau stylenya tetap beda karena latar belakang berpolitiknya beda.
GP dari GMNI, Jokowi dari walikota. Duluan GP di PDIP dibanding Jokowi.
GP pernah lama mengenyam kampus Senayan sbg anggota DPR RI , yg penuh drama dan permainan, disana ada uang bawah tanah, ada main mata, tau sama tau, dsb. Kan kita baru dikasi bocoran BP dan AD dua jagoan PDIP di komisi 3.
Kata teman saya hanya Ahok anggota DPR RI yg gak pernah makan uang jenis gambar tuyul di Senayan. Karena Ahok ke Senayan sudah sbg sosok penguasa, cara cari makannya beda. Sama dgn Jokowi, jadi walikota setelah sukses jadi pengusaha mebel. Bahkan sampai skrg usaha mebel itu jalan, dikelola secara profesional oleh kawan saya Andi Wibowo yg juga sepupu Jokowi. Minggu lalu saya baru mampir kerumahnya di Solo, usahanya jalan dan berkembang.
Dari latar belakang yg sama itulah makanya Ahok dan Jokowi itu serasi dalam berpikir ttg Indonesia utk lebih baik dgn jalan memerangi korupsi. 100% menghindari uang abu2 dan sumbangan cukong ke partai pastilah tidak mungkin, karena utk menjadi pejabat sekelas kades saja butuh dana. Apalagi untuk jadi presiden.
Disanalah mesin partai dan mesin lainnya dihidupkan, ada burner, ada vacum cleaner. Tapi selama sosok yg dijagokan bersih, khususnya gak kemaruk ngeruk, Insya Allah Indonesia selamat.
Style GP yg berangkat dari anggota DPR RI jelas beda dgn Jokowi yg enterprenuer tulen. Tapi apakah GP tidak bisa dipercaya, oh bukan itu maksudnya.
Ini lebih kepada "style" dalam berpolitiknya dan bgmn cara mereka mengambil keputusan dalam skala mengurus negara.
Jokowi lebih taktis, slow but sure, GP mungkin hampir sama, hanya saja, kalau dikatakan dia petugas partai, GP petugas banget dan loyal. Sementara Jokowi agak bandel dikit.
Dalam bahasa marketing, kalau GP diperintah dia akan jawab "yes mam" contohnya disuruh nolak Israel dia lgsg "siap" karena dia adalah typical good boy.
Kalau Jokowi diperintah dia akan menjawab " yes but ". Ini beda esensinya, kalau perintah itu mempunyai dampak tidak baik dan beresiko dia akan memberi tawaran alternatif wayout, Jokowi tidak masuk pada kelas Korea yg dikatakan BP. Dia punya prinsip dan tujuan dalam setiap bertindak. Dia bukan type pembeo. Anak nakal memang selalu pinter. Anak yg penurut kebanyakan manggut2.
Bagaimana sikap kita, sementara GP pilihan utama, kecuali the last minute Jokowi noleh kekiri, kita harus lihat untung ruginya. Karena saat ini kalau nanti capres ada 3 pasang, GP, PS, AB. Pilihan ini jelas, GP pilihan terbaik, ini bukan karena PDIP nya ya, sama saat kita memilih Jokowi kita bukan memilih PDIP.
Kalau kebetulan PDIP itu rumah Jokowi, Ganjar dan bahkan Gibran. Tapi itu bukan rumah kita sebagai pemilih sosok presiden. Bisa saja saya milih PSI, anda milih PAN, asal bukan NDP. ( Nasdem, Demokrat, PKS ).
Kenapa harus memilih GP? Rasionalitasnya jelas, bahwa dua calon lainnya terlalu beresiko buat Indonesia. PS punya hubungan emosional dgn Cendana, kalau dia terpilih, bisa saja penyakit lama akan kambuh, Cendana merapat, Indonesia sekarat, atau minimal melarat.
Kecuali PS mau jadi cawapres, tapi apa dia mau, karena kalau nanti dia nyapres lagi, maka ini kali ke 4 dia ngotot mau jadi presiden. Kemecernya sudah sampai ubun-ubun. Ditawari cawapres bisa stress dia. Kecuali Jokowi bisa memberi harapan baru, wapres dan tetap Menhan..🤣
Rasionalitas kedua kenapa GP menjadi pilihan kita, karena calon yg amburadul kelakuan buruknya kita tau, si pengibul AB. Kebayang kalau kemarin yg di capreskan Puan, motong banteng dia, pesta dapat lawan ringan, kalau sekarang tau GP di capreskan berasap kupingnya, kencing di celana bohirnya.
Jadi sementara kita kuatkan pilihan kita ke GP. Tapi harus juga disiapkan mental kita bahwa GP bukan Jokowi.
Kita harus bisa membedakan antara "YES MAM" dan "YES BUT" Tapi masih lebih baik dari YES MAN. Yang ngaku dari Sleman, padahal dari Yaman. 😂😂🤣
Semoga niat baik kita di jembarkan jalan kedepan.
Iyyas Subiakto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar