RENUNGAN PAGI :
Seekor kuda kecil hendak menyeberangi sungai. Karena belum menguasai betul seluk beluknya sungai tersebut, maka ia pun meminta pendapat dan nasehat dari beberapa temannya di dalam hutan.
Sapi tua berkata: "Air sungai ini sangat dangkal, cuma mencapai betisku saja, menyeberangi sungai ini sama sekali tidak ada masalah menurutku."
Tupai berkata: "Wowww… Air sungai itu dalam sekali, kita tak bisa menyeberang disana. Salah seorang temanku karena tidak hati-hati waktu main di dahan pohon yang ada di pinggiran sungai akhirnya jatuh ke dalam sungai ini dan mati kelelap!"
Karena bingung dan ia tdk bisa menentukan sendiri dalam dan dangkalnya sungai, maka kuda kecil itu terpaksa pulang dan bertanya pada Ibunya. Ibunya dengan senyumnya yang ramah berkata kepadanya: "Anakku sayang, kita ini adalah kuda Nil. Kita bisa berenang, ga usah bingung dengan pernyataan teman2 kamu.."
Hati-hati jika meminta nasehat dari "orang yang jauh berbeda dengan kita". Soalnya apa yang cocok dan mudah buat dia belum tentu cocok dan mudah buat kita.
Seringkali kita meminta nasehat pada orang yang sesungguhnya tidak tepat. Karena misalnya orang tersebut belum terbukti dapat melakukan hal yang dinasehatkannya tersebut. Berapa banyak trainer yang mengajarkan jurus-jurus rahasia untuk bisa kaya, padahal dia sendiri blm kaya?
Oleh karena itu jika kita meminta nasehat carilah orang yang kredibel / terpercaya yang tidak akan memberikan nasehat berdasarkan teori tapi pengalaman sejati.
Berbicara tentang memberi nasehat / Advis, ternyata juga ada seninya. Suatu ketika saya berada di sebuah forum dimana di sana ada seorang "dewa" di dunia sales, karena ilmunya dan pengalamannya yang luar biasa.
Seperti biasa, ada yang bertanya meminta advis tentang tehnik sales yang harus dilakukannya pada sang "dewa" ini. Apakah dia langsung menjawab? Ternyata tidak! Ia malahan bertanya, bertanya dan bertanya (probing) hingga orang yang meminta advis itu suatu ketika "sadar" apa yang harus dilakukannya.
Ternyata banyak orang sesungguhnya sudah tahu apa yang harus dilakukannya. Yang dibutuhkan sesungguhnya hanya "orang" untuk mengarahkannya. Dengan tehnik mengarahkan seperti ini ternyata orang yang meminta Advis itu menjadi lebih mengerti dan menerima karena itu adalah nasehat dari dirinya dan untuk dirinya.
Tehnik ini juga yang banyak digunakan dalam counselling. Para ahli Psikologi mengerti di dalam counselling yang harus dilakukan adalah mendengarkan, mendengarkan serta mengarahkan. Lebih sedikit bicara, dan lebih banyak bertanya.
Biarkan orang yang meminta advis itu menemukan sendiri way out / jalan keluar atas masalahnya sendiri dan ini jauh lebih efektif daripada kita yang memberi tahu apa yang harus dilakukannya. Pikiran bias dengan mengira kehidupan atau situasi orang yang meminta Advis itu "sama" dengan yang pernah di alami kita itu kurang tepat.
Dengarkan lebih banyak, supaya kita lebih mengerti situasi orang itu. Agar kita dapat memberikan arahan lebih baik.
"Judging" atau menghakimi itu sangat berbahaya di dalam memberi nasehat, Serta tidak akan mendatangkan kebaikan bagi orang yang menerimanya. Dan seringkali menjadi Mr. atau Mrs Solution is not a solution.
Apakah mudah menjadi pendengar yang baik ketika otak kita sudah penuh dan sarat dengan ide, pengalaman serta ilmu yang dipelajari? Rasanya gatal ingin nyeletuk, ingin segera memberi nasehat. Tapi seorang ahli / guru yang bijak biasanya cenderung diam. Sebab ia tahu semakin banyak bicara, semakin banyak memberi Nasehat, semakin banyak ia melakukan kesalahan.
*Nasehat tidak akan ada gunanya jika orang yang mendengarkannya tidak mau melakukannya*, tidak ada "kesadaran", tidak ada "kemauan" untuk berubah, bahkan sesungguhnya dia bertanya hanya sekedar bertanya, atau sekedar bertanya untuk mentest ilmu orang yang memberi nasehat tersebut.
Selamat Pagi. Selamat Beraktivitas. Sehat dan Sukses selalu. GBU🙏🏼🙏🏼🙏🏼
Tidak ada komentar:
Posting Komentar