Rabu, 26 Januari 2022

Bensin Sawit

_Senin 24 Januari 2022_

*Bensin Sawit*

https://www.disway.id/r/4929/bensin-sawit#.Ye3CNbv1JNI.

Nama *Melia* kembali menghiasi langit ilmu pengetahuan Indonesia.
_Dia berhasil membuat bensin dari kelapa sawit!_
Anda sudah tahu nama bensin baru itu: *Bensa* – bensin sawit.

Tahun lalu nama Melia juga melejit. Dia berhasil menemukan *katalis merah putih* –sehingga Pertamina *TIDAK perlu impor katalis* lagi untuk proses pengolahan minyak mentahnya.

Nama lengkapnya:
*Melia Laniwati Gunawan.*

Melia pun kini menjadi satu dari tiga wanita paling menonjol di ITB. Yang dua lagi Anda sudah tahu: *Dr Betty Alisyahbana* dan *Dr Nyoman Anjani.* Betty pernah menjabat _Presdir PT IBM Indonesia_ dan _komisaris Garuda Indonesia._ Juga, menjadi ketua Wali Amanat ITB. Nyoman menjadi _eksekutif puncak di Unilever Indonesia._ Betty aslinya arsitek ITB, lalu ke bisnis konsultasi. Nyoman aslinya teknik mesin ITB –lulus cum laude– lalu ke Unilever.

Melia masuk ke teknik kimia.
_"Saya ingin jadi guru kimia,"_ ujar Melia kemarin sore. Akhirnya Melia jadi ilmuwan, peneliti, dan dosen yang sangat berprestasi.
_"Semua itu berkat pembimbing saya, *Prof Dr Subagjo."*_ ujar Melia.
_"Beliau yang membimbing saya sejak S-1, S-2, sampai S-3,"_ ujar Melia lagi.
_"Tanpa beliau, saya bukan apa-apa,"_ tambahnya.

Melia dari keluarga miskin. Ayahnya, *Gunawan,* sopir angkutan umum.
Terkadang jurusan _Bandung–Cimahi._ Kadang jurusan _Bandung–Cirebon._ Kendaraan umumnya bukan bus, tapi suburban –tidak ada lagi jenis kendaraan seperti itu sekarang.

Waktu Melia kelas II SMP di Bandung, ayahnya meninggal. Mendadak, _"Kami tidak tahu karena apa. Kami masih kecil. Tidak mengerti,"_ ujar Melia.

Sejak itu sang ibu harus menghidupi *lima anak*_Melia anak pertama._ Sang ibu menerima upah jahitan. Melia membantu sang ibu.

Tamat SMP, Melia bisa masuk SMA –meski swasta. Ada SMA yang baru dibuka tiga tahun sebelumnya: _SMA Kristen Bina Bakti._
Dia angkatan ketiga di SMA itu. _"Saya alumni pertama yang berhasil masuk ITB,"_ ujar Melia.

Itu karena nilai Melia sangat baik. Matematikanya selalu dapat angka 10. Untuk kimia kadang 8, kadang 9. Untuk biaya kuliah, Melia merangkap menjadi guru kimia di almamaternya: *Bina Bakti.*

Setelah lulus S-1, Melia diperlukan ITB.
_Dia diberi beasiswa untuk ke S-2 teknik kimia: agar bisa jadi dosen di ITB._
Lalu, dapat beasiswa lagi untuk S-3. Juga di ITB.
Disertasi doktor Melia berjudul:
*Konversi Normal Butanol Menjadi Isobutilen* –kita perlu kuliah 7 tahun di ITB untuk mengerti maksudnya.

Melia berdarah campuran. Ayahnya sopir suburban tadi, *Tionghoa* bermarga Go –dalam bahasa Mandarin disebut marga Wu. Ibunya Sunda asgar – asli Garut. 
Mereka bertemu di Bandung.

Melia kini punya dua anak – perempuan semua. Yang satu lulusan desain ITB, satunya lagi lulusan bisnis Universitas Parahyangan.
"Anak-anak tidak ada yang suka kimia," ujar Melia.

Dengan penemuan bensa, minyak sawit TIDAK lagi hanya bisa jadi minyak diesel! 
Selama ini minyak diesel sudah bisa dicampur dengan sawit. Anda sudah tahu sebutannya: B20 atau B30 atau berapa saja.( Kalau B2 HARUS ke Lapo )
Bergantung berapa persen campuran minyak sawitnya.

Tim ITB lantas maju lebih tinggi lagi.
ITB bisa menciptakan D100! 
Yakni, minyak sawit diubah menjadi 100 persen minyak diesel! 
Tanpa dicampur-campur lagi!

Kelemahannya:
Bahan baku D100 itu masih dari CPO sawit! Terlalu mewah/baik! 
Artinya:
Bahan baku itu terlalu mahal!

Aslinya, CPO disiapkan hanya untuk minyak goreng.
Atau sabun dan sebangsanya. 
Bukan untuk bahan bakar!

Perusahaan sawit hanya mau memproduksi CPO karena tujuan akhir mereka sama: agar bisa diubah menjadi minyak goreng.

Padahal,
Jikalau tujuannya untuk dibuat D100 atau bensa, TIDAK perlu sampai diproses menjadi CPO! 
Berarti, diperlukan pabrik lain:
Namanya, pabrik IVO 
Bukan pabrik CPO.

Maukah perusahaan perkebunan sawit membangun pabrik IVO untuk bahan baku D100 dan bensa?!

TIDAK MAU!!

Mereka pilih membangun pabrik pengolah sawit untuk memproduksi CPO. 
Pabrik itu disebut PKS –pabrik kelapa sawit. (Bukan partai PKS alias Kadrun)

CPO bisa dijual ke pabrik minyak goreng. 
Di dalam maupun ke luar negeri.
Harga CPO sangat baik saat ini – termahal dalam sejarah sawit: 1.400 dolar AS/ton!

Saking mahalnya,
Sampai ada yang justru menjual perusahaan sawitnya! 
Salah satunya adalah pengusaha besar yang sangat terkenal.
Aneh kan?!
Justru ketika mahal, harus dijual. Kalau kelak murah, baru beli lagi."

Ganjil, tapi masuk akal.

Para pengusaha sawit tentu bertanya:
Kalau kami membangun pabrik IVO, siapa yang membeli?! 
Dengan harga berapa?!

TIDAK akan ada yang bisa menjawab.

Karena itu,
Para pengusaha sawit akan tetap pilih masuk ke PKS!

Itulah sebabnya, ITB akan membangun sendiri pabrik IVO. Dari IVO diolah lagi menjadi bensa.

Kelebihan bensa dari bensin adalah RON-nya.
RON bensin yang kita kenal adalah 93 – atau di bawah itu. 
Sedangkan RON bensa dari IVO bisa sampai 112!!

Maka, saya kira, bensa itu, kelak, akan dicampur dengan bensin RON 83. Untuk menjadi bensin RON 93. Atau variasi sejenis.

Pemerintah mendukung penuh langkah ITB tersebut! 
Toh, ada dana besar yang bisa dipakai untuk melanjutkan penelitian itu: dana khusus sawit. 
Yang dikumpulkan pemerintah dari para pengusaha sawit – di luar APBN.

Dana tersebut sekarang terkumpul di BLU (Badan Layanan Umum) Sawit di bawah Kementerian Keuangan. 
Tujuannya,
Membantu pengembangan green energy dari sawit.

Tahap pertama akan dibangun pabrik IVO berkapasitas 50.000 ton di Sumsel. 
Saya perkirakan perlu biaya sekitar Rp 120 miliar__saya samakan dengan pabrik CPO/PKS.

Setelah bensa dibuat dari IVO –bukan lagi dari CPO– tentu harga bensa bisa lebih rendah. Tapi, serendah-rendahnya harga bensa –perkiraan saya– masih akan di sekitar Rp 20.000/liter.

Memang harga sawit luar biasa mahal! 
Pesaing bensa adalah mulut manusia. Kian banyak mulut di muka bumi, kian mahal minyak goreng.

Itu mirip dengan proyek etanol dari jagung:
harus bersaing dengan mulut ternak. 
Jumlah ternak terus dikembangkan:
lebih baik jagung untuk makanan ternak.

Akan tetapi, dengan ditemukannya bensa, kita sudah lebih punya banyak pilihan untuk green energy. Bahkan, kalaupun kelak harga sawit jatuh, masih bisa untuk bensa.

Sawit untuk mulut manusia.
Jagung untuk mulut ternak.

Edit
C.310


Tidak ada komentar:

Posting Komentar