Kamis, 15 April 2021

PANGERAN PHILIP, Pangeran yang hilang.



Gunawan Wibison PANGERAN PHILIP, Pangeran yang hilang. Jumat, 9 April lalu, pihak keamanan Kerajaan Inggris mengumumkan keadaan duka dengan sandi Forth Bridge is down ( dari nama jembatan di Edinburg), itu berarti Raja Inggris -suami Ratu Elizabeth II- mangkat. Bendera di seluruh Inggris diturunkan lalu dinaikkan lagi setengah tiang, persiapan detil pemakaman harus dilakukan dengan rapi. Kondisi sandi serupa juga akan diberlakukan bila Ratu Inggris berpulang, nama sandinya: London Bridge is down. Selalu memakai jembatan, simbol monarki Inggris sebagai pemersatu bangsa. Pemakaman Pangeran Philip – di tengah masih berkecamuknya pandemi Covid- akan menjadi pemakaman yang menyulitkan –sekaligus tak mengenakan- bagi pihak Kerajaan Inggris. Menyulitkan, karena antusias warga –yang mau hadir- demikian besar. Mereka ingin melepas untuk terakhir kalinya Pangeran Yang Terhilang, yang telah sangat setia mendampingi Ratu Elizabeth II memimpin pemerintahan sebuah negara besar -Kerajaan Inggris Raya, sekaligus pemimpin 15 negara anggota Negara-Negara Persemakmuran lainnya (dari 32 negara!)- selama 74 tahun usia pernikahan! Dari Pernikahan ini mereka dikaruniai 4 anak: Charles, Anne, Andrew dan Edward. Di sisi lain, Pangeran dengan dua gelar Pangeran Denmark dan Pangeran Yunani ini –gelarnya trahnya panjang, karena dari dua negara: Schleswig-Holstein-Sonderburg-Beck -                                                                             adalah seorang perwira karir di AL Kerajaan Inggris dengan posisi terakhir 'Admiral of The fleet' dengan pangkat Kolonel. Saat PD 2 beliau pernah bertempur di dua kawasan panas (karena gejolak perang yang tinggi) yakni di samudera Atlantik, Eropa, dan Asia –diantaranya turut merebut pulau Okinawa, Jepang. Karir cemerlang dan jabatan prestisius ini –terpaksa- dilepas Philip saat ia mempersunting Putri Elizabeth, pewaris tahta Kerajaan Inggris Raya, Putri Raja Inggris George VI, pada tanggal 20 November 1947. Tidak hanya masyarakat, kondisi Covid yang masih berkecamuk ini juga tak mengenakan semua pihak. Sesungguhnya banyak para pemimpin dunia yang berkeinginan hadir untuk melepas Pangeran yang mangkat dalam usia 99 tahun ini, namun, ketatnya aturan pandemi di Inggris memaksa Keluarga Kerajaan juga harus taat pada undang-undang. Upacara pemakaman akan dilangsungkan pada hari Sabtu besok, 17 April 2021, mulai pukul 15.00, atau sekitar pukul 21.00 WIB. BBC akan menanyangkan secara langsung semua prosesi agar warga di seluruh dunia bisa menyaksikan. Prosesinya singkat. Jenazah akan dibawa keluar dari istana Buckingham, menggunakan sebuah mobil Landrover yang didisain khusus, menuju Kapel (sebuah ruangan khusus untuk berdoa, biasanya masih menjadi bagian dari gereja) St. George di dalam lingkungan istana Windsor yang megah dan luas. Dengan kata lain, prosesi pemakaman TIDAK keluar istana dan TIDAK melalui jalan umum –karena berpotensi menimbulkan kerumunan warga- dan hanya berkutat di dalam istana saja. Pangeran Philip akan dimakamkan di dalam Kapel, setelah melalui serangkaian doa pelepasan jenazah. Prosesi jalan kaki bagi pengiring mobil jenazah juga tak lama, sekitar 8-10 menit, dan hanya dihadiri oleh 30 undangan saja. Keluarga kerajaan akan memakan jatah sekitar 20 undangan bagi Istri, anak, menantu dan cicit sementara sisanya diisi oleh kerabat dekat kerajaan. Istri pangeran Harry, aktris Megan Markle, dikabarkan tidak bisa hadir karena tengah hamil anak kedua. Aturan kerajaan yang ketat dan tetap dipegang teguh, mengharuskan Pangeran Harry, adik Pangeran William – Putra kedua Pangeran Charles dan Puri Diana- untuk keluar dari istana karena menikahi janda dengan status bukan cerai karena kematian. 10 September 2011, Megan dinikahi oleh produser film Amerika Trevor Engelson di Ocho Rios, Jamaica. Pasangan ini bubar 18 bulan kemudian, tahun 2013, dan Trevor masih hidup hingga saat ini. Keluarga Kerajaan memegang teguh aturan perkawinan. Mereka menyakini sebagai kerajaan –wakil Tuhan- di dunia, jadi harus tampil baik dan sempurna. Tahta Ratu Inggris sekarang –Elizabeth II- bisa dikatakan sebagai 'Tahta Tiban' –'Tahta Durian Runtuh'- Ayah Lilibeth, nama kecil Ratu Elizabeth II, adalah Raja George VI –biasa dipanggil Bertie. Sebetulnya ia tak menyangka akan dinobatkan menjadi raja, pasalnya, Bertie adalah anak kedua pemalu, gagap dan biasa hidup hemat, kakaknya bernama Edward lah yang seharusnya menjadi raja karena ia anak sulung. Tak disangka Edward jatuh hati pada sosialita Amerika, biang pesta, Wallis Simpson, janda dua kali dari mantan suami yang dua-duanya –waktu itu- masih hidup, Edward pun harus memilih: mengutamakan negara/ kerajaan atau kehilangan tahta. Edward semula ngotot mau tetap jadi raja, tetapi peraturan tetap peraturan yang harus ditaati. Bila dilanggar PM Inggris waktu itu –Stanley Baldwin- berserta seluruh kabinet mengancam akan mengundurkan diri. Edward pun turun tahta dan harus keluar dari Inggris, pasangan ini kemudian bermukim di Vila Windsor di Perancis dengan tunjangan besar setiap tahun dari kerajaan Inggris. Kembali ke Pangeran Philip. Di atas saya sebut Pangeran Yang Hilang, karena memang faktanya demikian. Ia adalah Pangeran – untuk dua kerajaan dari dua negara, Denmark dan Yunani – dan Philip lebih memilih Yunani karena Kakek dan ayahnya yang raja Yunani tinggal disana. Pergolakan terjadi di Yunani, rakyat berkehendak negara berubah menjadi republik penuh. Dalam pergolakan sang kakek mati tertembak. Ayah Philip, Pangeran Andrew lari ke Jerman dan terus mengupayakan agar bisa 'comeback' ke Yunani sebagai raja. Usahanya sempat berhasil, namun ia malah membawa Yunani ke dalam kancah peperangan dengan Turki yang merugikan negara. Pangeran pun kembali didepak. Philip sempat mengenyam pendidikan di Perancis dan Jerman, sebelum 'diambil' oleh saudaranya sendiri Ratu Alexandra dari Inggris yang masih terhitung adik kakeknya (yang mati tertembak) Nah, Ratu Alexandra adalah istri Raja dan Kaisar Inggris, Edward VII di tahun 1901-1910, nah lagi, Edward ini terhitung buyutnya Ratu Elizabeth II juga. Jadi masih muter disitu-situ juga. Bingung? Lebih baik menghapal 32 negara anggota persemakmuran. 15 negara masih 'milik' kerajaan Inggris, dan tergabung dalam negara-negara Persemakmuran: Canada, Australia, Selandia Baru, Jamaica, Barbados, Bahamas (terdiri banyak pulau), Grenada, Papua New Guinea, Kepulauan Solomon, Tuvalu, St. Lucia, St. Vincent, Belize, Antigua dan Barbuda, St. Kitts dan Nevis. Negara  bekas anggota persemakmuran, dan sudah berdiri sendiri: Pakistan sampai 1956, Afrika Selatan 1961, Sri Lanka 1972, Ghana, Nigeria, Sierra Leone, Tanganyika, Trinidad dan Tobago, Uganda, Kenya, Malawi, Malta, The Gambia, Guyana, Mauritius dan Fiji. Pada masa negara-negara di atas masih dalam wewenang penuh kerajaan Inggris, ada kalanya raja atau ratu Inggris pergi berkeliling untuk mengecek setiap wilayah. Tur-nya sangat panjang dan melelahkan karena acaranya hampir sama: kedatangan, penyambutan dan pidato diakhiri arak-arakan. Butuh waktu SATU TAHUN untuk mengunjungi setiap wilayah! Daerah yang terlewati dan tidak dikunjungi akan marah dan tersinggung. Runyam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar