Senin, 19 April 2021
Doktrin Merupakan Sebuah Keniscayaan Bagi Gereja
"Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau"
(1 Timotius 4:16)
Saat ini begitu banyak orang Kristen yang apatis terhadap doktrin, seolah-olah doktrin itu merupakan sesuatu yang rumit dan hanya milik para pendeta atau pengajar Sekolah teologia. Apakah betul demikian? Apakah betul bahwa doktrin itu kurang penting bagi gereja atau orang-orang Kristen? Untuk menjawab masalah tersebut kita harus memikirkan beberapa hal berikut ini:
Pertama, doktrin tidak muncul pada zaman reformasi saja, jauh sebelum reformasi gereja, doktrin sudah mulai dirumuskan oleh para Bapa Gereja ketika mereka menghadapi ajaran-ajaran sesat yang muncul, seperti aliran Gnostik, aliran Marcion, dan Montanus. Doktrin yang mereka rumuskan itu yang kemudian dikenal dengan Pengakuan Iman Rasuli yang didasarkan pada Filipi 2:5-11 dan 1 Timotius 3:16.
Kedua, doktrin merupakan satu keniscayaan dalam proses pertumbuhan iman seseorang. Artinya doktrin yang benar dan jelas akan berkorelasi dengan pertumbuhan iman seseorang. Kita harus sadar bahwa Alkitab bukanlah sebuah buku jadi yang bisa langsung menjadi pegangan, melainkan sebuah bahan mentah yang perlu diolah secara sistematis dan menyeluruh dan ini adalah tugas perumus doktrin. Kalau tidak, sulit bagi orang percaya untuk mengenali iman mereka dengan lebih dewasa, apa yang sebetulnya mereka percayai. Terkadang tidak sedikit orang Kristen yang sistem kepercayaannya saling kontradiktif satu sama lain, tanpa ia sadari.
Ketiga, doktrin sangat diperlukan karena pemahaman akan doktrin berkaitan langsung dengan cara pandang (world view) maupun kehidupan praktis orang percaya. Misalnya, bagaimana kita mengenal Allah dalam Yesus Kristus yang kita sembah? Apakah kita mengenal Allah sebagai hakim yang kejam, atau yang acuh tak acuh terhadap sejarah manusia, atau sebagai Allah yang peduli dan penuh rahmat. Semuanya itu tentunya sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita sehari-hari.
Pandangan seseorang terhadap doktrin akhir zaman misalnya, sangat mempengaruhi sikap hidup dia. Seseorang penganut premillianisme cenderung pesimis melihat perkembangan dunia. Sebaliknya, penganut postmillianisme cenderung lebih optimis. Ini membuktikan bahwa doktrin adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan orang percaya. Contoh lain, sebagai warga negara, apakah kita menjadi orang Kristen yang taat membayar pajak, dll.
Saat ini kita hidup di zaman yang relatifisme, sehingga menurutnya tidak ada kebenaran yang mutlak, segala sesuatu dianggap relatif termasuk masalah iman. Karena itu kita butuh sebuah pegangan yang mutlak dalam hal ini yang berkaitan dengan iman Kristen. Karena itu doktrin yang benar haruslah didasarkan pada pembelajaran Alkitab yang benar. Kalau kita salah dalam menafsirkan firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab maka hal itu sangat mempengaruhi iman. Maksudnya apakah iman kita itu benar atau salah dalam mengaplikasikan kehidupan sehari-hari, sangatlah tergantung dari doktrin yang kita pelajari. All truth is God's truth๐๐ป✝️๐
Tidak ada komentar:
Posting Komentar