Kamis, 13 Oktober 2022

KENAPA TUHAN HARUS TIDAK KELIATAN?

10. KENAPA TUHAN HARUS TIDAK KELIATAN?

*Ada bukti – baru percaya? The Hiddenness of God*

Sebetulnya Tuhan tidak harus tidak kelihatan. Dia bisa saja menampakkan diri dalam wujud tertentu (Theophany). Mungkin maksudnya mengapa seolah2 tersembunyi dan tidak menunjukkan bukti atas keberadaanNya.
 

Bicara soal bukti. Apakah setiap hal harus dibuktikan baru dapat dipercayai? Apakah *ketiadaan dari bukti selalu menjadi bukti dari ketiadaan?* 


*Logical positivism:* Filosofi ini hanya bisa menerima bahwa sesuatu itu benar dan berarti hanya bila bisa di observasi. Kalau tidak bisa di-observasi dan di-verfikasi, maka sesuatu itu sah untuk dianggap tidak ada dan meaningless. *Padahal ketiadaan dari bukti bukan selalu bukti dari ketiadaan.*


Akan tetapi anggaplah bukti keberadaan Tuhan itu adalah bukti yang dituntut oleh atheist HARUS ADA untuk membuktikan diriNya ADA sehingga bisa mempercayaiNya. Lalu bukti macam apa yang harus disediakanNya? 


Richard Dawkins ketika ditanyakan bukti apa yang dituntut akan keberadaan Tuhan yang dianggap cukup sebagai bukti oleh atheist supaya tidak lagi menjadi atheist, maka dia menjawab demikian:

_"I used to think that if somehow, you know, great big giant, nine-hundred-foot-high Jesus with a voice like Paul Robeson suddenly strode in and said: 'I exist, here I am,' but even that, I actually sometimes wonder wether that would…"_ (Dawkins).


Meskipun jawaban Dr. Dawkins terputus, dia jelas meninggalkan kesan bahwa bahkan bilapun Tuhan menampakkan diri kepadanya, mengambil bentuk "Yesus raksasa setinggi 900 kaki" dengan suara yang kuat, bahkan pertemuan itu mungkin tidak akan meyakinkannya.


Lihat, tidak ada tidak ada jawaban yang serius, yang ada cuma olok-olok. Bahkan Dawkins sendiri tidak bisa mendefiniskan apa bukti yang dia tuntut untuk bisa menjadi percaya. Begitu pula dengan jawaban2 dari para atheist yang lain, sama saja.


Jadi, ketika direnungkan, memang kita tidak akan bisa menemukan jawaban dari bukti yang dituntut yang bisa memuaskan seluruh atheist. Apakah argument ontologis atau kosmologis atau teleologis dari theist bisa menjadi bukti keberadaanNya seperti yang selalu di tuntut atheist? Tentu saja tidak. Mengapa? Karena walaupun argument2 itu adalah argument yang baik tetapi toh kalau tidak mau dipercaya tetap tidak bisa dipercayai oleh seluruh atheist sebagai bukti keberadaanNya (makanya Alkitab mengajarkan faktor penting soal IMAN yang benar – bukan iman yang buta, tanpa penyelidikan dan saksi-saksi apapun).


Karena bukti yang seperti itu paling tidak harus memenuhi dua kriteria: *pertama.* Bukti itu harus benar, nyata dan observable dan *kedua* (ini yang paling penting) bukti itu harus ABSOLUT, yaitu harus bisa dipercayai oleh semua orang sehingga tidak ada satupun yang tidak percaya lagi dan bisa menolak bukti itu. Sebab kalau masih ada yang tidak percaya atau menolak maka berarti atheisme masih ada dan berarti itu sama saja dengan keadaan sekarang, yaitu sebagian merasa argument2 theist itu sudah merupakan bukti, tetapi yang lainnya masih menolak. 


Jadi harus TIDAK ada penolakan atas bukti itu oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun supaya bukti itu valid (bahkan bukti bahwa bumi ini bulatpun masih tidak bisa dipercaya oleh semua orng, misalnya: penganut bumi datar - flat-earther – yang percaya bahwa bumi bulat adalah konspirasi karena sebetulnya bumi ini datar).


Bila Tuhan itu Mahakuasa tentu dia mampu memberikan bukti seperti itu (tentu saja Dia akan memberikannya ketika suatu hari nanti kita bertemu muka dengan muka – dan bukannya sekarang). 


Namun yang menjadi masalah adalah bila hal itu dilakukanNya pada saat ini, yaitu hadir sepenuhNya tanpa bisa ditolak oleh siapapun, lalu apa yang terjadi atas diri kita. Apakah kita tahan berdiri di hadapanNya yang Maha-kudus? Apakah kita mungkin akan mati hangus seperti penampakanNya di Gunung Sinai? Apa pula yang akan terjadi terhadap kehendak bebas kita (free will)? Apakah kehendak bebas manusia bisa berfungsi dengan baik ketika kita ada dihadapanNya? Artinya kita bisa memilih dengan jujur dengan pilihan2 kita? Termasuk pilihan2 jahat kita? Ataukah malah akan terjadi kemunafikan dimana-mana? Karena ada orang2 yang merasa lebih nyaman bila tidak ada Dia…. atau orang2 yang ingin berbuat sesuatu yang jahat kini tidak bisa lagi mengekspresikan keinginannya itu secara jujur. Kita mendadak menjadi manusia yang baik hanya karena kita sudah melihat diriNya ada dan sedang mengawasi kita. 


Persis seperti seseorang yang tidak melanggar lampu merah hanya karena dia melihat ada polisi diujung jalan, itu adalah *kepatuhan yang palsu.* Semuanya akan menjadi mekanis dan munafik. Tidak akan bisa dihasilkan kasih sejati atau sukacita sejati dalam dunia seperti itu. Ini adalah dunia yang bukan menjadi tujuanNya. Oleh karena itu tuntutan bukti seperti itu tidak akan pernah dipenuhi olehNya. Dan dengan demikian tuntutan seperti itu adalah tuntutan yang absurd bila dipikirkan dengan seksama.

Makanya orang seperti *Blaise Pascal* menuliskan ini:

_"In faith there is enough light for those who want to believe and enough shadows to blind those who don't."_

>>> Lihat *J.P. Moreland:*

_"God maintains a delicate balance between keeping his existence sufficiently evident so people will know he's there, and yet hiding his presence enough so that people who want to choose to ignore him can do it. This way, their choice of destiny is really free."_


Tuhan menghargai kebebasan kehendak manusia sebegitunya, sampai-sampai Dia harus menjaga keseimbangan yang rumit antara menunjukkan keberadaan diriNya supaya orang-orang yang ingin mencariNya bisa menemukanNya dan menyembunyikan diriNya supaya orang-orang yang ingin menolakNya, bisa menolakNya.
 

Dengan demikian manusia bisa memilih (freedom to choose) dengan pilihan bebasnya dan dengan demikian kasih sejati (love) bisa muncul, juga dari pilihan bebas manusia. Bukankah ada lagu yang berkata: "there is no love without freedom?"


Pertanyaan berikutnya, *kenapa sih kebebasan memilih (free will) itu dianggap penting bahkan oleh Allah sendiri – sehingga sampai2 Allah harus "menyembunyikan" diriNya sedemikian?* Karena hanya dengan kebebasan sejati yang tidak dintervensi oleh Allah, maka KASIH SEJATI barulah bisa muncul. 


Jadi ketika kita berkata: "Aku mengasihiMu" itu bukanlah dikatakan kita karena kita melihat Allah yang berdiri di depan kita dengan ancaman neraka sehingga MEMAKSA kita untuk berkata begitu, tetapi karena kerelaan dan pilihan bebas kita sendiri yang terpukau oleh pengorbanan Kristus di kayu salib demi neyelamatkan kita manusia berdosa ini – sehingga kita berkata dengan tulus: "aku mengasihiMu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar