Sungguh kita sangat bersyukur boleh memiliki orangtua yang mengasihi kita sehingga kita boleh ada sampai dengan saat ini. Kita bersyukur karena saat bayi, dalam segala keterbatasan kita, kita tidak dapat berbuat banyak kecuali menangis karena lapar, minum susu, buang air kecil dan buang air besar dan tidur serta tertawa. Kita tidak dapat membantu orangtua kita dalam kesibukannya, terlebih ibu kita.
Ketika kita mulai belajar berjalan, sering kali limbung, jatuh bangun dengan penuh kasih walau dalam keletihan mereka terus membantu kita, bahkan kadang-kadang kita digendongnya. Dengan bangga mereka menuntun kita dan bercerita perkembangan ketrampilan yang dialami putra/i-nya.
Waktu kita mulai belajar berbicara, walau ada banyak kata yang belum lengkap diucapkan, kalimat yang belum jelas, tapi mereka memberikan yang terbaik.
Hingga kita tumbuh menjadi seorang remaja yang kadang-kadang atau bahkan sering tidak sepaham, namun cinta kasih mereka begitu tulus.
Puji Tuhan, jika pada saatnya mereka boleh melepas saudara dan saya berkeluarga dan mandiri. Mungkin juga orangtua kita kini sudah tiada di dunia ini.
Dalam kondisi saudara dan saya kini, pernahkah kita coba tenang sejenak, mencoba mengenang segala yang telah mereka, orangtua kita lakukan? Cinta dan pengorbanannya.
Jika mereka saat ini diberi panjang usia, apakah mereka masih dapat melakukan segalanya dengan cekatan?
Mungkinkah mereka bisa mandiri terutama dalam mengurus dirinya sendiri? Apakah kita juga menunjukkan kesabaran, cinta kasih dengan pelayanan yang tulus kepada mereka, orangtua kita itu? Apalagi jika mereka sudah sulit diajak bicara karena pendengaran yang terganggu atau bahasa yang sulit dimengerti? Apakah kita masih melayaninya atau . . . .?
Mereka tidak dapat menuntut apalagi berharap banyak kepada anak-anaknya apalagi dalam situasi kondisi seperti sekarang ini. Namun bukankah sepatutnya kita mempraktekkan firman Tuhan yang senantiasa berbicara tentang cinta kasih?
1 Yohanes 4:7-8,11,19,21
7. Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.
8. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
11. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.
19. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
21. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
Apa pun alasannya, punya banyak uang atau uang kita sangat terbatas, mungkin kita sangat sibuk, yang pasti: setiap kita butuh cinta kasih. Memang uang salah satu hal yang sangat menolong kita mewujudkan cinta kasih. Uang bukan segalanya. Mereka butuh kepedulian kita. Sadarkah kita banysk orangtua masa kini kesepian? Adakah kita peka akan arti cinta kasih.
Bicara tentang orangtua tidak selalu ayah dan ibu kita. Kehadiran saudara-saudara kita juga adalah orang-orang yang Tuhan tempatkan dalam hidup kita, agar kita berbagi kasih.
Ya jika Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Kita mengasihi karena Allah terlebih dulu mengasihi kita. Perintah mengasihi ini dari Allah sendiri. Barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
Apakah saudara dan saya juga mempraktekkan kasih kepada orangtua dan saudara-saudara kita? Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar