Minggu, 17 Desember 2017

MENJUAL NAMA YESUS DENGAN DOA*_

```Shalom```  ⭐✝

Truth Daily 
Enlightenment 
17 Desember 2017

            _*MENJUAL NAMA YESUS DENGAN DOA*_

     Dalam masyarakat yang agamawi seperti Indonesia, tokoh agama atau rohaniwan sangat dihormati dan dijunjung tinggi. Karena pemahaman banyak orang, termasuk banyak orang Kristen, bahwa rohaniwan adalah wakil Tuhan di dunia ini. Melalui mereka, umat dapat memperoleh berkat, pertolongan, dan perlindungan Tuhan. Di masyarakat seperti ini, tidak heran kalau mereka memiliki pengaruh yang sangat kuat. Karena kuatnya pengaruh mereka, maka politisi melirik mereka menjadi kendaraan dan alat untuk mencari pengikut dan simpati. Kalau para rohaniwan sudah terlibat dalam gelanggang politik, maka agama menjadi komoditas politik. Hal ini akan merusak kesatuan dan persatuan bangsa serta berpotensi memecah belah bangsa. Para rohaniwan juga dipakai sebagai iklan-iklan di beberapa media untuk memperkenalkan dan menawarkan produk-produknya. Stasiun televisi pun menggunakan pengaruh mereka untuk menaikkan "rating"-nya. Demikianlah pengaruh dan peran rohaniwan di masyarakat yang agamawi.

     Pada umumnya, disadari atau tidak, umat berpendirian bahwa rohaniwan seperti pendeta atau yang mengaku hamba Tuhan di lingkungan komunitas Kristen, memiliki doa yang dianggap lebih "mujarab". Seakan-akan Tuhan lebih mendengar doa pendeta daripada doa mereka yang bukan pendeta. Itulah sebabnya pada umumnya rohaniwan dijadikan "broker" (perantara) untuk dapat menjangkau Tuhan guna menyampaikan permintaan-permintaan. Dalam hal ini, pemahaman banyak umat mengenai doa, bahwa doa itu adalah permintaan. Umat meminta bantuan pendeta atau yang mengaku hamba Tuhan untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan.

     Kondisi masyarakat seperti ini, dimanfaatkan oleh para rohaniwan yang tidak mengenal kebenaran dan tidak memiliki nurani yang baik. Mereka berusaha mengesankan bahwa mereka adalah wakil Tuhan di bumi. Mereka juga mengesankan bahwa mereka dekat dengan Tuhan. Dengan demikian, mereka dapat "dipakai" oleh umat sebagai akses untuk menjangkau Tuhan. Tidak heran kalau di kalangan Kristen ada hamba Tuhan atau pendeta, yang terus-menerus menyaksikan bahwa dirinya bisa berdialog dengan Tuhan dan bahwa dirinya istimewa di hadapan Tuhan lebih dari pendeta lain. Bodohnya, banyak masyarakat Kristen dengan mudah memercayainya, sehingga mereka menjadi korban dari nabi-nabi dan nabiah-nabiah palsu. Suatu hari kita dapat membuktikan bahwa mereka adalah serigala.

     Kondisi masyarakat yang agamawi tersebut, termasuk dalam komunitas orang-orang Kristen membuka celah dan potensi penyalahgunaan wewenang rohani oleh orang-orang tertentu yang mengaku hamba Tuhan atau pendeta. Wewenang rohani artinya hak atau kepercayaan untuk berbicara atas nama Tuhan, guna menyampaikan kehendak-Nya kepada umat. Seharusnya, jabatan rohaniwan yang di dalamnya Tuhan memberi wewenang rohani, dipakai untuk menuntun umat mengenal Allah dan membangun karakter mereka agar menjadi manusia yang saleh. Tetapi, wewenang rohani itu disalahgunakan atau dimanipulasi untuk kepentingan pribadi demi memperoleh materi atau uang dan kehormatan.

     Ada hamba-hamba Tuhan atau pendeta yang secara implisit atau secara tidak langsung menjanjikan bahwa jika ia mendoakan umat, maka umat yang didoakan kemungkinan besar akan mendapat jawaban doa. Bahkan, ada pendeta yang menjanjikan puasa dan doa semalam suntuk untuk persoalan jemaat tersebut. Hal ini mengesankan bahwa Tuhan bisa didesak atau disuap dengan cara doa demikian. Di balik doa yang dijanjikan dan dilakukan oleh seorang hamba Tuhan atau pendeta, mereka "mencari nafkah" untuk kebutuhan jasmaninya. Hal ini bukan bermaksud mengatakan bahwa kalau jemaat membagi miliknya kepada seorang pelayan Tuhan berarti salah. Pernyataan ini bermaksud agar doa tidak menjadi sarana menjual nama Yesus.

     Doa adalah dialog, bukan sekedar permintaan. Cara-cara ini membuat jemaat tidak berperkara sendiri dengan Tuhan. Hal ini sangat merugikan perkembangan atau pertumbuhan rohani jemaat. Setiap individu harus berurusan secara pribadi dengan Tuhan untuk menemukan dan mengerti kehendak-Nya. Tuhan mau berurusan dengan setiap individu secara eksklusif dan intim, tidak melalui pengantara siapa pun. Sebab, Yesus adalah satu-satunya pengantara orang percaya. Sudah saatnya para hamba Tuhan dan pendeta mendorong umat untuk berurusan langsung dengan Tuhan, bukan menjual nama Yesus dengan doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar