Rabu, 18 Maret 2020

Ternyata China tidak sehebat yang dibayangkan.

Waving goodbye!

With the last batch of 34 patients discharged, 14 out of 16 temporary hospitals  in #Wuhan have been closed. 

The other two are expected to close Tuesday. 

NOTE.

Saat itu, dunia mentertawakan China. 

Sebagian orang Islam menggunakan utk menghakimi :, China sedang mendapat kutukan Tuhan.

Karena makan hewan liar dan berbuat zalim kepada suku Uighur.

"Ternyata China tidak sehebat yang dibayangkan.

Dengan kelelawar bisa kalang kabut." kata Mereka.

Di luar negeri terjadi aksi rasis berlebihan terhadap orang China.

Seakan orang China identik dengan Virus.

AS membayangkan ekonomi China runtuh dan Xi Jin Ping jatuh.   

Berita dari mereka yang terjebak China phobia tidak henti menyebarkan hoax.

Begitu menyedihkan.

Betapa buruknya nasib China.

Namun setelah tanggal 23 februari , China kembali membuka diri.

Kehidupan berangsur normal.

Penyembuhan sudah diatas 50% , mendekati 100% dan tingkat korban mendekati nol persen.

Bahkan beberapa RS darurat korban Corona sudah ditutup karena tidak ada lagi pasien yang datang.

Produksi sudah kembali menggeliat. 

Tapi apa yang terjadi?

Dunia menyambut dengan penuh suka cita, bukan karena China sudah recovery, tetapi "China bantu mengatasi dampak adanya Virus Corona".

Mengapa?

Ketika pada akhirnya penyebaran COVID-19 melanda beberapa negara, semua negara panik.

Bukan karena khawatir atas virus corona tetapi dampak dari kerusakan ekonomi dari adanya virus corona itu.  

Bursa saham jatuh.

Pabrik menurunkan produksi, bahkan ada yang tutup.

PHK terjadi dimana-mana.

Bisnis di pusat wisata terancam gulung tikar, Bandara sepi dll.

Suasana mencekam terbentuk akibat pemberitaan hoax sebelumnya terhadap China, kini berbalik kepada mereka sendiri.

Ternyata dunia sadar, bahwa China adalah bangsa yang tangguh dan mereka bangsa yang rapuh.

Fakta mereka tidak sekuat China.

Arab kehilangan pendapatan dari kunjungan Haji, Kehilangan pendapatan dari ekspor migas, karena 2/3 pembeli migas Arab adalah China.

Kepanikan ekonomi melahirkan krisis politik di Arab.

AS panik, banyak distributor yang gulung tikar karena kurang suplai barang dari China.

Warga AS panik memborong kebutuhan umum, khawatir Pemerintah tidak mampu menyediakan barang karena Corona, sudah 600 orang terinfeksi virus.

Itali mengkarantinakan 16 juta penduduknya.

Dari perang dagang menuju perang harga minyak.

Seluruh bursa jatuh. 

Kepanikan meluas tidak terhindari.

China tersenyum, bukan mengejek, tetapi menenangkan mereka.

"Tidak ada manusia yang sempurna, tugas manusia melewati ketidak sempurnaan itu dengan rendah hati & focus kepada pemulihan, bukan kepada kepanikan.

Bagaimana menjadikan batu sandungan sebagai batu loncatan agar lebih baik dari sebelumnya"

Karena kepanikan tidak menghasilkan apa apapun.

"Lewat Virus Corona, Tuhan sedang berdialog kepada kita semua.

Untuk hidup damai dalam semangat kemanusiaan diatas perbedaan agama dan idiologi".

Mengapa?

Karena ideologi & agama bukan menjadi sumber kekuatan.

Karena politik menciptakan rasis.

Karena politisasi agama premordialistik melahirkan intoleransi & membuat rapuh.

China tangguh, karena agama & ideologi mempersatukan mereka dalam semangat kebersamaan atas dasar cinta bagi semua.

Kita yang rapuh karena pemahaman radikal tertentu agama  membuat orang kehilangan Cinta, menjadi egois dan memecah-belah.

Akankah kepanikan ini bisa menyadarkan kita?

Akankah orang bisa belajar kepada China, bagaimana seharusnya berpolitik dan beragama?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar