Denny Siregar: Kehilangan Terbesar Jokowi
25 March 2020 | 22:29
Denny Siregar
Saya masih ingat. Pada waktu sedang membuat buku Jokowi : The Art of War, saya banyak mendengar cerita tentang almarhum ibunda Presiden dari saudara dekat mereka.
Almarhum bunda Sujiatmi Notomihardjo diceritakan sebagai ibu yang keras dalam mendidik anaknya. Keras di sini bukan dalam artian memukul atau kekerasan, tetapi punya keteguhan.
Keluarga Jokowi adalah keluarga miskin. Untuk memenuhi ekonomi mereka, ibunda beliau harus berjualan bambu dan kayu, kadang sampai malam hari.
Malah ada cerita ketika itu Jokowi kecil sedang iseng menggoda tukang jualan arang yang lewat rumahnya. Ibundanya pun dengan sigap membeli arang yang ada dan memarahi anaknya, "Ayo, arangnya dimakan!"
Itulah kenapa ketika Jokowi menjadi Presiden, apa yang dilakukan ibundanya sangat membekas dalam hati dan perilakunya.
Ia meluncurkan banyak program yang mengangkat harkat "wanita sebagai tulang punggung keluarga". Salah satunya dengan program Mekaar, untuk membina ekonomi mereka.
Saya tentu tidak bisa merasakan kesedihan besar yang dirasakan seorang Jokowi ketika harus berpisah dengan ibundanya. Apalagi ini terjadi saat ia sedang dalam 'perang akbar' melawan virus corona yang sedang menyebar.
Jokowi dan Ibunda
Sujiatmi Notomihardjo dan putranya, Presiden Jokowi. (Foto: Instagram/Jokowi)
Seperti kita semua, Jokowi sangat mencintai dan menghormati ibunya.
Anda bisa bayangkan, bagaimana sakit hatinya ketika ia difitnah habis-habisan oleh lawan politiknya, bahwa ibunda Sujiatmi bukan ibu kandungnya? Sungguh keterlaluan fitnah mereka hanya karena syahwat politik dengan beraninya memfitnah orang baik-baik melalui ibunya.
"Diemin saja...," kata bu Noto saat Jokowi menguatkan ibundanya ketika difitnah.
Sayang saya tidak sempat bertemu bunda Sujiatmi atau lebih dikenal dengan panggilan Bu Noto itu waktu ke Solo. Saya lupa kenapa, kemungkinan ibunda tidak ada di tempat kalau tidak salah. Tapi cukuplah cerita-cerita tentangnya yang menggambarkan betapa kasih ibu sepanjang jalan dan kasih anak itu hanya sepanjang galah.
Saya tentu tidak bisa merasakan kesedihan besar yang dirasakan seorang Jokowi ketika harus berpisah dengan ibundanya. Apalagi ini terjadi saat ia sedang dalam "perang akbar" melawan virus corona yang sedang menyebar.
Tapi saya yakin, beliau kuat karena berasal dari rahim seorang ibu yang juga kuat. Dan khas Jokowi, dalam situasi apa pun, dia selalu meminta restu ibunda tercintanya..
"Jalankan amanah itu sebaik-baiknya. Jalankan semua amanah itu dengan ikhlas dan hati-hati," begitu pesan almarhumah saat Jokowi datang dan minta restunya waktu akan maju menjadi presiden pertama kali.
Turut berduka cita, Presidenku. Semoga ibunda dilapangkan kuburnya dan diampuni semua dosa-dosanya. Dan yang ditinggalkan tabah dan kuat menghadapi situasinya.
Selamat jalan, Bu Noto. Terima kasih sudah mempersembahkan putramu untuk Indonesia.
Innalillahi wa inna ilaihi radjiun.
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar