Jadilah pimpinan rohani yang berhikmat, jangan jadi tolol apalagi goblok.
.
Jadilah jemaat yang berhikmat, jangan jadi tolol apalagi goblok.
.
Saya Prof. Dr. Ir. Sabam Malau (Dosen Universitas HKBP Nommensen Medan) mencopas pandangan berikut ini karena saya sangat terinspirasi dan sangat setuju bahwa Kebaktian pada hari Minggu 22 dan 29 Maret 2020 dipindahkan dari Gedung Gereja ke rumah masing2 jemaat.
.
Mari rame2 mensharenya.
.
Hanya satu kata: LAWAN keangkuhan rohani!!
.
*Dr. dr. J. Teguh Widjaja, Sp.P, FCCP*
*Ketua Tim Penanganan Covid-19 RS Immanuel, Bandung*
Pagi tadi saya ditanya seorang gembala jemaat GKMI luar kota, apakah baiknya Ibadah gereja diliburkan dulu atau tetap jalan ? Siangnya ketemu teman yg jadi aktivis/penatua sebuah gereja besar di BDG (yg tiap minggu ibadah 4 kali) yg minta pendapat saya karena Ibadah gerejanya sementara distop dulu (dia termasuk yg setuju distop dulu). Sorenya dapat info istri bahwa di GKMI BDG juga sedang bahas apkh ibadah perlu diliburkan atau tidak.
Saya termasuk yg menganjurkan agar sementara waktu Ibadah diliburkan dulu. Banyak cara kreatif yg dapat dilakukan utk menggantikannya dengan anggota jemaat tetap di rumah masing2.
Alasan saya sbb:
1. Mencegah penularan.
Kasus2 di Indo saat ini sdh bukan lagi kasus2 yg datang dari luar negeri (imported cases) tapi sdh kasus2 yg menular dari orang ke orang yg tinggal di Indo (local transmision). Contohnya kasus yg meninggal di Solo. Pasien tertular setelah menghadiri sebuah seminar di Bogor. Seminar itu dihadiri ratusan orang dari berbagai wilayah di Indo. Siapa yg menularkan ke psn solo tsb dan siapa saja yg sdh tertular ? Siapa yg bisa menjamin bahwa anggota jemaat anda tidak ada yg kontak dgn peserta seminar tsb ? Itu hanya salah satu contoh penularan saja. Masih banyak sekali variasinya. Masalahnya banyak dari mereka yg dgn Positif Covid ini bisa tanpa gejala sama sekali sehingga tidak terdeteksi tetapi mereka sdh bisa menularkan ke orang lain.
Bagi para gembala jemaat dan pimpinan gereja yg masih memaksakan mengadakan ibadah minggu, seandainya kemudian ada anggota jemaatnya yg tertular dan jadi sakit, apkh berani mengakui bahwa dialah yg salah. Atau malah "menyalahkan Tuhan" dgn berdalih bahwa itu adalah kehendak Tuhan?
2. Memutuskan Rantai Penularan.
Virus Covid ini akan terus berkembang bila masih bisa menular ke orang lain. Tetapi bila sudah tidak ada lagi orang yg bisa tertular maka pelan2 virus ini akan lenyap. Jadi dgn tetap tinggal di rumah sebenarnya kita sdh menolong membantu memutuskan rantai penularan dan membantu melenyapkan wabah covid ini.
Pasti ada pihak2 yg protes dengan anjuran saya ini dgn mengatakan bahwa saya kurang beriman, bahwa saya tidak percaya kuasa Tuhan Yesus. Saya pernah baca suatu ilustrasi yg menarik. Bila suatu saat kita hendak menyeberang jalan raya yg ramai, apkh kita akan berdoa dulu di tepi jalan minta kuasa Tuhan melindungi kita dan lalu langsung menyeberang tanpa menghiraukan kendaraan yg lewat, karena Tuhan kan punya kuasa menghindarkan kita dari mara bahaya, dan bila akhirnya kita tertabrak dan tewas apkh itu kehendak Tuhan ? Atau apkh kita akan menunggu sampai jalanan sepi dan aman baru kita menyeberang sehingga selamat sampai di seberang.
Apkh Iman itu berarti mencobai Tuhan ? Apkh orang beriman boleh sombong dgn sengaja melawan mara bahaya ? Atau bukankah dgn beriman justru kita harus rendah hati mengakui keterbatasan dan kelemahan kita.
Saya kuatir bahwa ketika ada 2 golongan yg pro kontra soal ibadah ini menghadap Tuhan, maka Tuhan akan menghardik mereka yg pro ibadah sebagai orang2 yg sombong dan keras kepala, dan justru akan tersenyum dan berkata dgn lembut kepada mereka yg tetap tinggal di rumah, ibadah di rumah masing2, sebagai orang2 yg bertanggung jawab mencegah dirinya sakit dan membantu sesamanya manusia utk menghentikan wabah ini.
Kiranya Hikmat dan pertolongan Tuhan beserta kita.
*Dr. dr. J. Teguh Widjaja, Sp.P, FCCP*
*Ketua Tim Penanganan Covid-19 RS Immanuel, Bandung*
P.S.
Jika ada pemimpin2 gereja yang masih tetap ngotot menyelenggarakan ibadah2 di dalam gedung gereja di tengah2 wabah, saya ingin sujud menyembah di kaki saudara & memohon, "bantulah kakak saya mengatasi wabah ini dengan berdiam diri di rumah, agar kakak saya bisa selamat dan bisa segera kembali bersama keluarganya tanpa rasa waswas. Kita yang tidak berdiri di garis depan dalam peperangan ini mungkin tidak peduli dengan nasib orang2 seperti kakak saya yang harus berdiri di garis depan. Tapi paling tidak, kita bisa membantu meringankan beban mereka. Bukan malah menambah & memperpanjang penderitaan mereka & keluarga mereka". *Pdt. Paulus Sugeng Widjaja*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar