Carl Boberg lahir di tahun 1859 di Monsteras, daerah pantai selatan Swedia. Ayahnya adalah seorang tukang kayu di perusahaan perkapalan. Rumah pondok tempat keluarga Boberg tinggal menghadap ke pelabuhan. Seperti halnya anak-anak Swedia pada abad itu, Carl Boberg selalu dibawa ke gereja oleh orangtuanya. Dan jadilah dia seorang Kristen tapi hanya sebatas Kristen 'KTP', sampai pada peristiwa pertobatannya di usia 19 tahun. Setelah bertobat, Carl Boberg merasa bahwa Tuhan memanggil dia untuk melayani sepenuh waktu. Selama dua tahun berikutnya dia masuk sekolah Alkitab, untuk mempersiapkan diri menjadi pendeta. Kemudian di usia 22 tahun dia mulai berkhotbah. Pada awalnya ada orang yang mengejeknya karena masih muda dan belum banyak pengalaman. Namun lambat laun dia diterima sebagai hamba Tuhan yang berbobot.
Pada musim panas tahun 1885, saat Carl Boberg berumur 26 tahun, pendeta yang masih muda ini pergi dengan beberapa temannya menghadiri suatu pertemuan di sebuah desa yang letaknya tiga kilometer dari tempat tinggalnya. Saat mereka pulang, beberapa jam kemudian lagu 'How Great Thou Art' ditulis Pdt. Carl Boberg. Di Refrain nya, berulang-ualng dia memuji kebesaran Sang Pencipta.Sebenarnya apa yang terjadi ketika itu ? Apa yang dilihat dan didengar serta dirasakan oleh Carl Boberg menjelang senja itu sehingga terdorong untuk memindahkan semua itu dalam bentuk lirik lagu ? Buku Story behind The Song terbitan Yis Production mendeskripsikan saat-saat menjelang 'lahir' nya lagu itu.
Beberapa bulan kemudian, syair rohani tersebut diterbitkan dengan memakai bahasa Swedia, diberi judul 'O Store Gud' yang artinya 'O Great God' (Oh Allah Yang Besar) oleh surat kabar setempat. Setelah beberapa tahun, seiring dengan berlalunya waktu, syair rohani itu tidak pernah lagi terdengar. Tetapi beberapa tahun kemudian, saat menghadiri pertemuan Kristen di daerah lain, Carl Boberg mendengar sidang jemaat di situ menyanyikan syair rohani karangannya dengan memakai melodi lagu rakyat Swedia.
Pada tahun 1891, saat Carl Boberg menjadi penyunting surat kabar Kristen mingguan Witness of Truth (Saksi Kebenaran), dia menuliskan syair rohaninya itu lengkap dengan melodinya. Namun lagu rakyat yang telah dipasangkan dengan syairnya itu mirip sebuah lagu dansa. Karena lagu itu memakai birama 3/4 dan iramanya cepat. Syukurlah tiga tahun kemudian ada seseorang yang namanya tidak dikenal, yang mengubah kembali not-not itu ke dalam birama 4/4, sehingga melodi dan cara menyanyikannya lebih pantas bagi sebuah nyanyian rohani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar