_Niha Alif_
Inilah kenyataan pahit perpolitikan tanah air, selalu playing victim di atas jeritan rakyat. Adanya kasus lama yang dibongkar kejaksaan membuat mantan penguasa meradang. Akibatnya segala momen dimanfaatkan untuk menjungkalkan lawan. Tak peduli dengan pendemi corona yang kini menimpa bangsa. Bagi mereka asalkan bisa menyelamatkan diri dan hartanya dari jeratan kasus hukum yang ada.
Dalam opini saya, Luhut bukanlah sasaran mereka. Dia hanya pelampiasan untuk membuat kacau suasana, agar pemerintah dapat tekanan dari rakyat yang di bawah. Orang seperti Said Didu bukanlah aktor utama. Dia hanya pion dari orang besar di belakang layar. Perhatikan saja awal munculnya corona, seruan lockdown diserukan dari kelompok itu-itu saja. Selain Said Didu, sebelumnya ada AHY yang dalam kongres Demokrat sudah lantang teriak lockdown. Artinya mereka memang menginginkan kerusuhan by design.
Sekarang setelah Said Didu dibidik, sasaran mereka justru playing victim. Seolah-olah penguasa mendzalimi rakyatnya. Padahal orang-orang seperti Said Didu yang selalu membuat panas suasana hingga menuntut Jokowi mundur. Kini setelah Said Didu terjebak ucapannya, sang aktorpun keluar menampakkan dirinya, dia adalah SBY. Dengan curhat pilu dia merasa seolah-olah penguasa bertindak sewenang-wenang.
Seperti dilansir detik.com, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti isu yang berkembang di masyarakat soal 'ancaman' penghinaan presiden di tengah wabah virus Corona. SBY melihat munculnya situasi ketegangan antara masyarakat dan pejabatpemerintah.
"Kedua, saya perhatikan beberapa hari terakhir ini justru ada situasi yang tak sepatutnya terjadi. Apa itu? Kembali terjadi ketegangan antara elemen masyarakat dengan para pejabat pemerintah, bahkan disertai dengan ancaman untuk 'mempolisikan' warga kita yang salah bicara. Khususnya yang dianggap melakukan penghinaan kepada Presiden dan para pejabat negara," kata SBY dalam sebuah tulisan berjudul 'Indonesia Harus Bersatu, dan Fokus Pada Penghentian Penyebaran Virus Korona' di laman Facebook miliknya, Rabu (8/4/2020).
SBY meminta situasi ini ditangani dengan bijak karena jangan sampai situasi tegang ini terus berlanjut. Apalagi saat ini seluruh masyarakat sedang menghadapi krisis wabah virus Corona.
"Mumpung ketegangan ini belum meningkat, dengan segala kerendahan hati saya bermohon agar masalah tersebut dapat ditangani dengan tepat dan bijak. Kalau hal ini makin menjadi-jadi, sedih dan malu kita kepada rakyat kita. Rakyat sedang dilanda ketakutan dan juga mengalami kesulitan hidup karena terjadinya wabah korona ini. Juga malu kepada dunia, karena saya amati hal begini tidak terjadi di negara lain," ujarnya.
Pertanyaannya, apakah tulisan SBY ini berhubungan dengan Said Didu yang kini dibidik Luhut? Kalau iya, apa hubungan ia dan bapak tua ini? Apakah Didu cuma suruhan orang besar di belakang layar yang ingin situasi Indonesia tak tenang? Makanya ia meradang kalau salah satu pionnya terancam dimasukkan kandang.
Kalau dibaca cermat, ini semua tak lepas dari kasus lama yang menjeratnya. Jiwasraya masih terus disusut Kejaksaan di tengah pandemi corona. Tak tanggung-tanggung, kini 5 triliun lebih asetnya berhasil diamankan. Hingga masyarakat meminta dana sitaaan untuk membantu penanganan corona. Padahal Jiwasraya sendiri disebut-sebut tengah bermasalah sejak 2006 di mana SBY adalah presidennya.
Dilansir dari cnnindonesia.com, Kejagung kembali menyita ratusan unit reksadana dengan nilai mencapai Rp5,8 triliun.
"Dari 135 produk reksadana dapat diselesaikan sebanyak 134 produk. Dengan umlah sebanyak 15.007.176.810 unit senilai Rp5.840.973.582.733," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung, Hari Setiyono melalui keterangan resmi, Senin (7/4).
Nyali Pemerintah Jokowi memang tak ada matinya. Saat negara dilanda wabah corona, para penegak hukumnya masih menunjukkan taring menyita aset para koruptor. Pantas saja para mantan kebakaran jenggot dan lantang bersuara. Saat pembuat onar Said Didu dibidik Luhut, aktor belakang layarnya langsung lantang bersuara.
Semoga Jokowi dan kepolisian tak bergeming dengan segala tekanan yang ada. Kalau memang terbukti bersalah, hukum harus ditegakkan tak peduli ia mantan penguasa apalagi mantan pejabat BUMN.
Semoga negara kita segera keluar dari pandemi corona dan juga bersih dari virus koruptor yang ada. Kita optimis negara ini bisa menjadi lebih baik ke depan. Untuk itu kepercayaan tinggi harus diberikan pada Jokowi serta para pejabat sekitarnya. Indonesia berjaya kalau kita menang melawan semua pertarungan. Baik bertarung melawan penyakit maupun koruptor yang membuat negara ini sakit.
*Begitulah kura-kura*
Referensi:
https://m.detik.com/news/berita/d-4970339/sby-soroti-ketegangan-pejabat-warga-saat-corona-malu-negara-lain-tidak
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200408135133-12-491633/kejagung-kembali-sita-aset-kasus-jiwasraya-rp58-triliun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar