Oleh: Manuel Mawengkang
Framing busuk kepada pemerintah Republik Indonesia dilakukan oleh IDI dan Pemprov DKI. Kedua elemen ini menjadi duri dalam daging perihal penanganan Covid di Indonesia. IDI dan ABas dungu bin bodoh itu, memberikan framing busuk kepada Jokowi perihal data kematian Covid 19. Agar apa? Agar Jokowi ditumbangkan. Terawan diberhentikan.
ABas dan IDI satu suara, resonan dan bagai pinang dibelah dua pakai pisau tumpul. IDI dan ABas mengatakan bahwa yang meninggal karena Covid sudah lebih dari 1000 orang.Sungguh jahat. Iblis sekali mereka.
Lantas framing busuk semacam ini pun langsung dibantah oleh Achmad Yurianto selaku juru bicara istana dalam penanganan Covid 19. Pak Yurianto mengatakan dengan sangat jelas bahwa data yang mereka laporkan, sudah sesuai dengan standar WHO, yang juga dijalankan oleh negara-negara lain.
Jadi, statement sampah dari IDI dan ABas ini diduga kuat sebagai statement politik devide et imperaalias politik pecah belah. IDI dengan mayoritas anggotanya pendukung Om Wowo yang gagal jadi presiden dan ABas yang dendam banget sama Jokowi karena dipecat, adalah racikan sempurna untuk memojokkan Jokowi.
Kita tahu bahwa negara-negara lain sedang mencari cara dan bekerja keras untuk melawan Covid 19. Sayangnya, hanya di Indonesia, kaum pemuja HTI seperti IDI dan ABas ini diam-diam ingin menjungkalkan Jokowi. Tagar pun dibeli di Twitter. Mereka ramai-ramai belanja media dan belanja tagar. Untuk apa? Untuk menggiring opini publik soal Jokowi yang gagal mengurus Covid 19. Coba cek twitter, tagar impeachment Jokowi pun jadi barang dagangan.
Lur, emang Jokowi bisa di-impeachlewat Twitter?
Gobl$k! Gak bisa lah!
Kita tahu bahwa justru mereka lah, IDI dan ABas ini adalah kelompok yang gagal mengurus Covid 19.Mereka menjalankan tugas mereka dengan semaunya. Bahkan PKS pun secara blo'on mengirimkan bantuan masker bukannya ke RS, tapi ke IDI. Kan bego…
Padahal di kantor IDI, tidak ada pasien positif Covid. Kenapa gak langsung ke RS saja? Semakin tercium bau busuk anti Pancasila di tubuh IDI, PKS dan ABas bukan?
Seharusnya mereka bergandengan tangan untuk melawan Covid yang menyerang umatnya juga di Gowa dan berbagai daerah lainnya.Kenapa ABas, gabener pujaan Om GL ini malah merusak persatuan dan kesatuan, kerjasama dengan Pemerintah Pusat? Monas sudah jadi materai roh kudisnya mungkin.
Kedunguan IDI dan ABas pun sontak membuat Jokowi bereaksi keras. IDI dan ABas disentil, ditampol dan di-sleding oleh Pak Joko Widodo terkait data hoax yang disebarkan oleh mereka mengenai kematian ribuan orang di Indonesia terkait Covid 19.
Selama ini framing busuk sudah kita dengar, untuk melancarkan mafia-mafia alkes mengimpor barang-barang mahal dari luar negeri, namun tidak efektif dan efisien. Lantas, bagaimana jawaban Jokowi? Bagaimana ABas dan IDI ditempeleng? Begini…
Mengenai komunikasi yang terbuka, sistem informasi data yang terbuka kepada semua pihak. jangan ada yang menganggap-anggap lagi kita ini menutup-tutupi…
Tidak ada sejak awal kita ingin menutup-tutupi masalah-masalah yang ada…
kata Jokowi dalam rapat terbatas laporan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Senin (20/4/2020).
Kalau Jokowi sudah menggebuk semak belukar, saya memprediksi bahwa sudah akan ada kiamat lokal bagi IDI dan ABas. Sebentar lagi mafia alkes akan dibongkar oleh Erick Thohir. Menteri BUMN sudah mengantongi nama siapa saja mafia alkes yang menari di atas Covid 19 ini. Dia sudah mengatakan dengan jelas hal tersebut.
Jadi kita hanya menunggu Pak Joko Widodo melakukan eksekusi di lapangan. Sekali gebuk semak belukar, IDI, ABas dan mafia alkes siap berceceran. Semua mafia alkes, saat ini ketar-ketir, keringat dingin dan sebentar lagi kejang-kejang melihat bagaimana Jokowi mengeksekusi kesemua itu. IDI dan ABas yang diduga menjadi pelicin mafia itu pun juga sudah ditegur langsung oleh Presiden.
Saya punya saran kepada para pemain alkes yang menghalang-halangi metode donor plasma Konvalesen. Jangan main-main sama Covid 19.
Ini musibah dunia. Dan tolong, jangan berpolitik di atasnya. Metode Konvalesen ini sudah menjadi metode yang terbukti menekan angka kematian di Iran. Jadi, ventilator hanya alat bantu, bukan satu-satunya alat untuk menyembuhkan. Lagipula, ventilator itu bantu nafas, bukan membunuh Covid secara efektif.
Jangan mau sengaja beli alat mahal itu, hanya untuk mengisi sebagian perut orang yang tidak pernah kenyang. Bottomless pit. Ahok bisa dirangkap tuh jadi algojo pembantai mafia alkes.
Begitulah korup-korup.
Sumber Berita:
https://seword.com/politik/erick-kantongi-mafia-alkes-jokowi-tinggal-gebuk-I0jvmOpGvi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar