https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10225967399959443&id=1468423442&sfnsn=wiwspwa
Kalau mau menyebut gembong PCR, salah satunya jelas nama Erwin Aksa, keponakan JK. Maka kalau dirunut ke belakang kisruh PCR ini terkait dengan pontang-pantingnya Bosowa Goup zaman Jokowi. Ternyata benang merahnya lagi-lagi ke salah satu sumber kisruh yakni Cendana, Cikeas, dan Caplin (3C). Kali ini terkait Caplin.
Apalagi kalau pintu masuknya framing menyerang Jokowi, dengan cara menghantam menteri Jokowi, Luhut Binsar Pandjaitan dan Erick Thohir dimulai dari media pesanan Tempo. Kini pintu kerusakan soal PCR bukan hanya oleh konglomerat, namun juga relawan Jokowi ikut bermain.
Relawan Jokowi juga harus meningkatkan kecerdasan, jangan karena tidak mendapatkan posisi komisaris, kelaparan menyerang membabi buta, atau menggunakan posisi berteriak untuk kompromi. Mari kita kupas tuntas soal mafia PCR ini ya guys!
Untuk menyeimbangkan bisnis dan politik, Jusuf Kalla memiliki proxy media. Yang paling getol menyerang Jokowi, Tempo. Dan, Tempo-lah yang menggeber mafia PCR. Publik terkejut. Netizen kaget. Harapan Tempo adalah memecat Luhut Binsar Pandjaitan dan Erick Thohir.
Pasalnya. Di bawah Presiden Jokowi Jusuf Kalla gigit jari. Tidak diberi kesempatan bagi Jusuf Kalla untuk KKN. Akibatnya jelas 212, penjatuhan Ahok, semuanya JK bermain mendukung Anies Baswedan. Plus menggunakan masjid untuk kampanye ayat dan mayat: yang di 2019 akan diulangi gagal total.
Bahkan proxy JK bernama Anies Baswedan, yang hendak memanfaatkan Muhammad Rizieq Shihab (MRS), menyembah MRS yang dikira akan mampu menggoyang Presiden Jokowi. Gagal total Anies Baswedan sekondan JK ini memetic hasil. Malah Rizieq digelari pentolan teroris FPI.
Namanya Erwin Aksa dan keluarga JK adalah penguasa bisnis. Akarnya Golkar. Maka dalam bisnis PCR semuanya berakar di satu pintu; Golkar. Erwin Aksa menguasai 33 cabang di seluruh Indonesia. NasDem pecahan Golkar. Enggartiasto Lukito bekas Golkar, di NasDem, Enggar menguasai 34 cabang di seluruh Indonesia Raya.
Gerindra pecahan Golkar, dengan caleg gagal 2014 Ritchie Glen Yapranadi, dengan 24 cabang. Selanjutnya Jack Budiman (24 cabang). Nah yang ini tidak ada lawan tanding, memiliki kemahakuasaan sama dengan Erwin Aksa, karena dia disebut-sebut dekat dengan Tommy Winata.
Mau lebih dalam lagi, muncul Yayasan Dompet Dhuafa (40 cabang) yang tidak jelas pemilik saham mayoritas bermana Irmawati. Namanya Dhuafa harusnya tidak ikut-ikutan melakukan penggelembungan harga. Marwah Yayasan yang mengatasnamakan orang miskin juga menjual PCR mahal tak ketulungan.
Relawan Jokowi-Ma'ruf pun ikut bermain menyengsarakan rakyat dengan menjual test PCR harga berjut-jut, ratus ribu. Mereka yang terlibat adalah Irawati Muklas (31 cabang) dan Titi Rusdi (14 cabang). Meraka gerbongnya Bahlil Lahadalia. Kok tidak ada yang meminta Bahlil Lahadalia dipecat?
Konglomerat pendiri Kalbe Farma, Boenjamin Setiawan melalui kedua saudaranya Theresia Harsini dan Khouw Lip Swan hanya mengeruk uang melalui 8 cabang. Sementara perusahaan yang dikaitkan dengan Erick Thohir dan Luhut Binsar Pandjaitan tak lebih dari 5 cabang. Apa penyebabnya?
Karena dua orang ini, LBP dan ET adalah bamper Jokowi selain Sri Mulyani di bidang ekonomi dan fiskal. Menlu Retno yang menghancurkan hegemoni diplomat bahlul dan kurang cerdas. Erick Thohir membongkar praktik busuk di Garuda, dan BUMN lain yang menjadi ajang korupsi.
Tentu ET memiliki banyak musuh, 10 prestasi dihantam isu penyuntikan dana korupsi di zaman SBY ke Jiwasraya dan Asabri, Bumiputera dengan koruptor gila Benny Tjokro. Orang-orang Benny Tjokro dan Harry Prasetyo bergerak untuk menyerang balik Jokowi, dengan melemahkan para menteri benteng Jokowi.
LBP lebih lagi. Karena bersama LBP dan pasukan lain seperti AM Hendropriyono, Moeldoko, Marsetio, dan jenderal merah putih lain, Jokowi akan goncang dihantam aliansi Cendana, Cikeas, Caplin (3C).
Jadi terkait PCR ini lagi-lagi keterlibatan keluarga Jusuf Kalla melalui orang kuat Erwin Aksa, para konglomerat, para relawan Jokowi-Ma'ruf pun bermain menyengsarakan rakyat.
Silakan KPK menciduk semua yang terlibat, data dan fakta membuat teriakan Tempo mentah dan membuka kedok buruk luar dan dalam, Aksa Mahmud dan kawan-kawan, ditambah relawan Jokowi. (Penulis: Ninoy Karundeng).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar