Berikut ini merupakan pemikiran - pemikiran yang diberikan oleh iblis sehingga diri kita selalu hidup dalam konflik batin, ganjalan, dan berbagai emosi negatif lainnya:
1. "Saya benar, orang tersebut yang salah, jadi orang tersebut yang harus datang terlebih dahulu untuk meminta maaf."
Padahal belum tentu juga kita yang benar, sebab suatu gesekan dan konflik yang terjadi selalu disebabkan oleh kedua belah pihak yang memanifestasikan sikap hati, intonasi berbicara, dan sikap tubuh yang berpontensi saling melukai. Jadi tidak ada salahnya jika kita terlebih dahulu yang meminta maaf. Setidaknya kerendahan hati kita sangat berpotensi membuat anugerah dan kasih Tuhan mengalir untuk memulihkan suatu hubungan (Roma 12:9-21).
2. "Saya adalah korban dari niat jahat orang lain."
Itu adalah sudut pandang yang diberikan oleh iblis agar kita hidup dalam dendam yang tersembunyi, padahal belum tentu orang lain punya niat jahat. Seringkali karena pembentukan, situasi, dan keadaan yang terdesak akhirnya orang lain 'secara terpaksa bahkan tidak sengaja' melukai diri kita. Ingat, cara Yesus meresponi orang yang menganiaya-Nya - Yesus berkata bahwa mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat! (ini adalah pikiran dan perasaan yang positif dalam diri Yesus yang harus kita miliki).
Sebenarnya jika kita sampai terluka hal itu disebabkan oleh diri kita sendiri yang masih membawa luka. Jadi tiap kali ada gesekan, perbedaan sudut pandang, dan permasalahan akan selalu menimbulkan rasa sakit di hidup kita. Biasanya orang yang hidup dalam 'tipuan iblis seperti ini' akan selalu memiliki siklus permasalahan dengan orang - orang sekitarnya. Sehabis konflik dengan A, akan berpindah ke B, lalu ke C. Lalu kembali lagi ke A. Dan begitu seterusnya putaran konflik dalam dirinya.
Untuk menanggulangi diri kita yang terluka dibutuhkan jamahan Kasih Bapa, minta Tuhan menjamah diri kita dalam momen doa dan penyembahan. Dengan demikian kita dapat melihat kasih setia Tuhan dan mengalami kasih-Nya yang melimpah. Sehingga kita tidak perlu bergumul untuk mengampuni, sebab dosa kita sudah diampuni Bapa, masakan kita tidak mau mengampuni orang lain? (Markus 1:25-26, Matius 18:21-35).
3. Menganggap diri 'wajar' jika merasa kesal, kecewa, marah saat melihat orang lain tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita harapkan, dan merasa berhak untuk memberikan penghukuman.
Biasanya orang - orang yang berpikir seperti itu akan selalu terganggu dengan sikap dan perilaku orang lain. Pokoknya orang lain selalu negatif saja. Bahkan saat orang lain melakukan hal yang baik, diri kita sudah membangun tembok batasan. Hal tersebut akhirnya menimbulkan 'jarak' dengan orang lain. Padahal Tuhan menghendaki untuk diri kita selalu berpikir tentang kebaikan orang lain, bukan keburukannya (Filipi 4:8 FAYH). Dan Bapa mau kita menjadi pembawa damai dan bersukacita senantiasa. Ia mau kita memanifestasikan realita Kerajaan Surga dalam hidup sehari - hari.
Dan ingatlah, pembalasan itu hak Tuhan, bukan hak kita (Roma 12:19). Bahkan Tuhan berhak mengampuni orang tersebut. Jadi apa hak kita untuk membenci orang tersebut? tidak ada!
Dari perenungan ini saya mendapati, bahwa ternyata diri kita tidak bisa mengendalikan sikap dan perilaku orang lain. Jika kita mencoba mengendalikan, maka iblis akan mudah bermain di areal perasaan dan pikiran kita. Tapi kita sesungguhnya bisa mengendalikan diri kita sendiri dengan cara menganggap bahwa kita sudah mati (Roma 6:11) Orang yang sudah mati bebas dari segala bentuk kekecewaan dan luka batin lainnya.
Wow, inilah kebenaran yang harus kita hidupi! Jika kita menghidupi hal ini maka betapa bahagianya hidup kita sehari - hari!! Yang kita rasa sebagai pribadi yang hidup di hadapan Allah hanya damai sejahtera dan sukacita saja!! #AkuCintaTuhan
Ps. Steven Agustinus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar