Managing Director Bank Dunia ini, saat ini memang dibutuhkan pakde sebagai Menkeu. Pakde membutuhkan percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia supaya menarik banyak investasi.
Dan partner yang baik dalam pembiayaan infrastruktur siapa lagi kalau bukan Bank Dunia yang duitnya naudzubillah banyaknya. Jeng Sri pasti gampang nge-goceknya.
Sri Mulyani pernah disorot saat kasus Bank Century, dimana ia kemudian seperti "diselamatkan" dari kasus hukum itu dengan ditariknya ia ke Bank Dunia. Tapi diluar kasus itu, tidak ada yang meragukan kemampuan jeng Sri dalam pengelolaan keuangan, wong Bank Dunia aja mengakuinya.
Kita harus beri apresiasi tinggi kepada beliau yang rela meninggalkan kursi emasnya disana, dan mau berjuang di negeri sendiri. Jeng Sri akan menjadi salah satu Srikandi terbaik kita mendampingi bu Susi dan bu Retno.
Selain Jeng Sri, masuknya Wiranto sebagai Menkopolhukam juga menarik…
Sejak lama Wiranto memang diajak pakde untuk masuk kabinet, tapi beliau selalu menolak. Posisinya yang rentan di serang isu HAM, pada waktu itu jelas akan memberatkan pakde yang dalam posisi sulit karena ditekan KMP. Sesudah KMP protol, maka pakde dengan leluasa mengangkat Wiranto, salah seorang penasehat dekatnya, untuk masuk ke kabinet dan jelas Wiranto sudah tidak punya alasan lagi menolak.
Jendral Wiranto dikenal dgn tangan dinginnya dalam bermain perang asimetris. Perang asimetris adalah model perang dengan cara pemikiran yang tidak lazim. Seperti contoh membentuk dan memelihara kelompok radikal bukan dengan tujuan menjadi musuh negara, tetapi justru sebagai agen ganda dengan menyusup dan menjadi teman dari kelompok radikal yang benar2 menjadi musuh negara. Perang asimetris ini ga bisa di nilai dengan apa yang terlihat, tapi harus mampu mencerna dgn baik setiap langkah2 yang dilakukan.
Dua tokoh itu saja yang menarik bagi saya dalam reshufle kali ini…
Sedangkan pergantian Jonan mungkin dikarenakan ia kurang sinkron dalam mengambil keputusan spt kasus pelarangan gojek dan macetnya tol brebes. Anies baswedan sudah cakap, tapi ia masih belum mampu secepat motor Ducati dalam mengikuti arah kebijakan pakde.
Anies masih pake Kawasaki Ninja dengan gaya bermotor yang standar dan aman2 saja. Pakde butuh sesuatu yang ekstrim dalam model pendidikan, karena sudah terbukti puluhan tahun akar dari kejahatan yang banyak terjadi di Indonesia bersumber dari metode pendidikan yang sudah terlanjur salah.
Rizal Ramli jelas terkepret karena ia "terlalu berisik" dalam bekerja. Ciri khas pakde sejak dulu itu senang suasana yang tenang tanpa adanya bentrokan internal yang riuh rendah. Biasanya yang "suka ribut" itu di kotakkan dulu atau ditaruh di tempat yang memang dia harus ribut. Sebagai contoh penempatan Budi Waseso yang ditaruh untuk menggonggongi para pengedar narkoba, bukan malah KPK.
Yang lain biasa2 saja mungkin karena menteri yang terganti juga kurang publisitas dalam kerjanya. Sedangkan kompensasi kepada Golkar dan PAN yang sudah bergabung mendukung Jokowi, adalah hal yang lumrah. Rangkul semua, supaya semua bisa bekerja dan tidak hanya ribut dengan sesama.
"Bagaimana dengan Menko Puan Maharani ?"
Menko Puan ini eee.. begini.. eee… gimana ya? Sebentar saya pikir dulu.. umm.. susah juga ya? Dia seperti ada tapi tiada.
Mungkin pak Jokowi juga lupa keberadaannya…
Seruput kopi dulu ah….
Dikirim dari perangkat Samsung saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar