Seorang pemuda yang mengendarai motor diberhentikan oleh polisi karena melanggar lampu merah. Sang polisi bertanya, "Apakah Saudara tidak melihat lampu sudah berganti merah?" Si pemuda dengan santai menjawab, "Saya melihat, Pak." "Lalu kenapa Anda tetap menerobosnya?" tanya polisi dengan heran. Si pemuda menjawab ringan, "Masalahnya, saya tidak melihat Pak Polisi berdiri di situ." Alamak! Si pemuda itu taat hanya jika ada petugas.
Kesalehan orang Farisi juga hanya di depan orang. Ibadah mereka lebih mengutamakan hal lahiriah, agar dilihat baik dan terpuji. Bagai membersihkan cawan dari luarnya saja sementara dalamnya tetap kotor (Luk. 11:39). Yesus menegur mereka dengan keras, "Celakalah kamu!" kata-Nya seraya membeberkan kejahatan mereka (Luk. 11:42-44). Bagi orang Farisi, manusia disucikan oleh perbuatannya, sementara bagi Yesus, kesucian lahir dari hati yang diubahkan, dan mewujud di dalam tindakan (Luk. 11:41). Hati yang bersih akan melahirkan perbuatan yang bersih. Sebaliknya, perbuatan yang bersih belum tentu menjamin hati yang bersih.
Saudaraku, bahaya mengutamakan penampakan luar daripada perubahan hati bisa juga terjadi pada kita. Keinginan untuk dipandang baik dapat membuat kita bersikap baik di depan orang. Namun, bagaimana jika tak ada orang lain? Biarlah peringatan Yesus membuat kita tersungkur dalam kegentaran di hadapan Tuhan Yang Mahatahu. Ya, Dia mengenal isi hati tiap orang. Perilaku manis kita tak dapat mengelabuinya. Hanya dari hati yang murni dapat lahir perbuatan-perbuatan yang memperkenankan Tuhan. Selamat menjaga hati!
"Tetapi Tuhan berkata kepadanya: 'Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan." (Luk. 11:39)
Bac: Luk. 11:37-44
(Gbu!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar