Oleh Albertus Patty
Reza Aslan menyampaikan kritik sangat pedas terhadap teologi kemakmuran. Teologi ini berkembang pesat di tengah komunitas Kristen. Dua nama pengkhotbah terkenal di Amerika Serikat yang memanfaatkan teologi ini disebutnya dengan jelas. Keduanya adalah TD Jakes dan Joel Osteen. Pengikut kedua pengkhotbah ini cukup banyak. Mereka mengalirkan dana persembahan jutaan dollar setiap bulannya.
Efeknya? Kedua pengkhotbah ini menikmati kemakmuran yang luar biasa. Gereja mereka sangat megah. Rumah mereka luar biasa mewah. Mobil mereka berderet-deret. Keluaran terbaru! Uang yang diperoleh dari hasil persembahan, mereka investasikan di berbagai bidang usaha, terutama di berbagai usaha pertambangan dan real estate.
Apa intisari dari teologi kemakmuran ini? Jawaban Reza Aslan sangat sederhana. Inti teologi kemakmuran ini adalah, kata Aslan, Allah mau para pengikut yang setia kepadaNya menjadi makmur dan mampu memiliki mobil Bentley. Anda tahu, Bentley adalah mobil super mewah yang harga satuannya bisa mencapai 20 milyar rupiah. Intinya, teologi kemakmuran menawarkan umatnya mimpi indah: memiliki "Bentley' yaitu kemakmuran dan kelimpahan materi yang tiada tara!
Bagaimana caranya supaya pengikut teologi kemakmuran ini menjadi makmur? Para pengkhotbah ini, menurut Aslan, akan berkhotbah yang isinya janji manis, tetapi yang diawali dengan kewajiban penting. "Bila kamu memberi persembahan 10 persen dari penghasilanmu, Allah akan memberikan balasan kepadamu berkali-kali lipat yang akan membuat engkau kaya dan makmur!"
Janji kemakmuran seperti ini, menurut Aslan, sangat tidak Alkitabiah. Yesus tidak pernah memberikan janji seperti itu. Ini sebuah manipulasi! Yesus bahkan mengecam orang yang hidupnya dikuasai materi dan harta bendanya. Yesus juga tidak pernah mengajarkan jalan super mudah, tanpa kerja keras, untuk menjadi makmur dan kaya raya.
Meski demikian, janji kemakmuran ini adalah tebaran mimpi. Ia memberi pesona dan daya pikat luar biasa. Janji ini menghipnotis banyak umat. Mreka ingin kaya. Ingin berlimpah materi! Mereka pun memberi persembahan dan berharap dalam sekejab, seperti yang dijanjikan para pengkhotbah itu, Allah akan membuka tingkap-tingkap langit. lalu, mereka menjadi makmur dan kaya raya.
Sesungguhnya yang terjadi adalah justru para pendeta itu sendirilah yang menikmati 'Bentley' kemakmurannya. Umat menjadi ATM hidup. Dana terus mengalir ke gereja. Padahal dana itu dikelola tanpa akuntabilitas. Tanpa transparansi! Umat tak punya keberanian mempertanyakan. Tak punya nyali mengeritisinya. Takut dosa!
Siapa Reza Aslan? Dia keturunan Iran-Amerika dan penganut Islam yang taat. Istrinya keturunan Inggris-Amerika, penganut Kristen. Aslan seorang sarjana yang diakui pengetahuannya, baik dalam teologi Kristen maupun teologi Islam. Ia meraih Master Teologi di Universitas Katolik. Doktornya dalam bidang teologi Islam. Ia merupakan anggota Asosiasi Profesor Penulis Kreatif di Universitas California, Riverside. Dia juga editor yang berkontribusi untuk The Daily Beast.
Bukunya menjadi salah satu buku terlaris di pasaran internasional adalah No god but God: The Origins, Evolution, and Future of Islam. Dia juga pengarang buku Zealot: The Life and Times of Jesus of Nazareth. Buku yang terakhir ini menyatakan tentang interpretasi mengenai kehidupan dan tujuan dari sejarah kehidupan Yesus Kristus.
Kritikan Reza Aslan terhadap teologi kemakmuran bukan karena ia membenci kekristenan atau membenci gereja. Tidak sama sekali! Ia seorang moderat. Reza Aslan sendiri mengakui bahwa ia mencintai Yesus Kristus dan menjadi pengikutNya, tetapi tanpa harus menjadi seorang Kristen. Ia tetap penganut Islam yang taat. Unik!
Aslan justru prihatin ketika ajaran Yesus dimanipulasi demi melayani nafsu dan ketamakan para kapitalis berjubah Pendeta atau para pengusaha bertopeng rohaniawan. Keprihatinan Aslan terutama karena umat yang lugu menjadi korban. Oleh karena itu, meski ia penganut Islam, ia tidak tahan menyuarakan suara kenabiannya untuk mengeritik praktek manipulasi Firman Tuhan yang dilakukan oleh para petinggi gereja itu sendiri.
Kehancuran gereja bukan karena tantangan dari luar. Bukan juga karena persekusi dan ancaman dari manapun. kehancuran gereja muncul karena kerapuhan spiritual yang muncul dari dalam dirinya sendiri. Kehancuran gereja terjadi terutama ketika nafsu terhadap mamon dan terhadap kekuasaan memonopoli kesadaran umatNya.
Celakanya, teologi kemakmuran dari Amerika Serikat ini sudah menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Pembodohan umat agar setia memberi persembahan sebagaiu tanda iman yang kuat, plus, dengan bonus janji manis untuk memperoleh 'Bentley' kemakmuran dan kemewahan ditebar setiap hari Minggu.
Ah.....ternyata Tuhan bisa pakai siapa saja, termasuk seorang Reza Aslan yang Islam untuk menegur gerejaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar